Saat Penginjilan Tampak Tidak Berhasil
|
e-JEMMi -- Edisi 10/Oktober/2018
|
DARI REDAKSI:
Kedaulatan Allah dalam Penginjilan
Menjalankan Amanat Agung menjadi tugas setiap orang yang percaya. Namun, apa yang terjadi jika orang percaya yang sudah bertahun-tahun, bahkan berpuluh-puluh tahun, menjalankan panggilannya sebagai penginjil, tetapi hasil dari benih yang sudah disebarkan tidak tampak? Apakah mereka akan terintimidasi dan meninggalkan panggilannya sebagai penginjil? Apakah mereka akan tetap bertekun dalam menjalankan Amanat Agung? Ada hal yang perlu kita sadari sebagai orang percaya yang menjalankan Amanat Agung bahwa otoritas tertinggi dan yang berdaulat atas apa yang kita lakukan adalah Allah. Jadi, apakah orang yang kita injili bertobat dan menerima Yesus atau tidak, itu bukan otoritas kita sebagai orang percaya. Mari belajar dari Nabi Yeremia yang berkhotbah selama empat puluh tahun, tetapi tidak melihat adanya keberhasilan dalam mengubah pikiran masyarakat pada saat itu. Mereka tetap keras kepala. Yeremia menanggung beban pemberitaan yang sulit dan juga beban melihat buah yang sedikit, tetapi dia terus berkhotbah. Dalam edisi e-JEMMi bulan ini, kami menyajikan artikel yang akan mengingatkan kita semua bahwa Tuhan adalah Tuan atas tuaian. Saat orang percaya memakai metode kesuksesan yang didapat dari dunia untuk memenangkan jiwa kepada Yesus, saat itu juga orang percaya mengabaikan kedaulatan Allah atas jiwa-jiwa. Kiranya dengan membaca artikel ini, paradigma kita semua boleh diubahkan dan tidak mudah depresi saat pelayanan kita belum menghasilkan buah. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati.
|
ARTIKEL
Saat Tidak Ada yang Datang kepada Kristus
Sebagai seorang pendeta, saya telah belajar bahwa ada masa dalam hidup dan pelayanan saya ketika buah rohani tidak tampak jelas sebagaimana mestinya. Sebagaimana tidak jelas bagi orang lain, itu sama sekali tidak jelas bagi saya. Sebagai pendeta, kita menanam, menabur, dan menyiram lagi -- tetapi tampaknya sedikit buah yang dihasilkan dari pekerjaan kita. Tidak ada yang terjadi. Kita bisa bekerja setahun, dua tahun, beberapa tahun tanpa melihat buah dari usaha kita. Kita menginjili, kita berkhotbah dengan penuh semangat, kita mencoba mengembangkan persahabatan dengan orang-orang non-Kristen. Dan, tetap saja, tidak ada apa-apa. Jadi, kita bertanya kepada diri sendiri: "Apa yang salah dengan saya? Tuhan, mengapa Engkau tidak menggunakan saya?" Kita memiliki kecenderungan untuk menyalahkan Tuhan atau menyalahkan diri sendiri. Dalam dua kasus tersebut, kita menunjukkan kurangnya kepercayaan terhadap Injil.
Yang benar adalah bahwa Yesus adalah Tuhan atas tuaian atau bukan. Apa yang benar-benar kita percaya?
Salah satu doktrin iman yang paling agung adalah doktrin tentang kedaulatan Allah. Ini adalah landasan tradisi Reformed. Namun, implikasi dari kedaulatan-Nya dalam kehidupan pendeta sering kali bisa terasa menyakitkan hati. Hal itu menyakitkan karena bertentangan dengan pemahaman bahwa meskipun buah spiritual akan selalu terlihat jelas, buah itu tidak akan selalu segera terlihat.
Ketika kita begitu ingin melihat sesuatu dengan mata kita, godaannya adalah mengikuti metode yang diragukan untuk menghasilkan buah dan menyulap sesuatu. Bagaimanapun, sebagian besar gereja evangelis mempromosikan kesuksesan hanya sebagai fungsi dari berapa banyak orang yang dapat Anda tarik ke auditorium, atau berapa banyak tangan yang bisa Anda angkat sebagai bagian dari daya tarik emosional. Jadi, kita tergoda untuk memohon metode di dunia untuk mendapatkan apa yang sangat kita inginkan: kesuksesan. Namun, semakin serius pelayanan kita, semakin kita tahu bahwa tipu muslihat dan manipulasi bukanlah cara yang menghormati Tuhan untuk membawa orang datang kepada Kristus. Apa yang dibutuhkan jauh lebih sederhana: proklamasi Injil yang konsisten dan tekun. Tidak ada yang dibuat-buat. Dan, itu tampaknya berisiko karena Anda benar-benar menyerahkan hasilnya kepada Tuhan dalam khotbah Anda dan dalam usaha penginjilan Anda.
Perhatikan kehidupan Yeremia, nabi yang hidup pada zaman akhir kerajaan selatan Yehuda saat bangsa ini hancur. Allah mengutusnya untuk memberi peringatan terakhir kepada orang-orang Yehuda sebelum Dia mengusir mereka dari negeri itu. Allah akan menghancurkan bangsa ini dan mengirim mereka ke dalam pembuangan di bawah kerajaan penyembah berhala, Babel. Peran Yeremia adalah berkhotbah dan memperingatkan mereka tentang dosa dan perilaku penyembahan berhala mereka. Akan tetapi, inilah masalahnya: tidak ada yang mendengarkan. Tidak ada yang menjawab. Bahkan, untuk seruannya yang emosional dan kuat agar mereka taat kepada Allah. Yeremia berkhotbah selama empat puluh tahun, dan dia tidak melihat adanya keberhasilan dalam mengubah pikiran masyarakat. Mereka tetap keras kepala. Bahkan, para nabi sebelum dia berhasil, tetapi tidak demikian dengan Yeremia. Dia merasa seolah-olah sedang berbicara dengan tembok.
Hal ini sangat memengaruhi Yeremia. Dia disebut "nabi yang menangis" (lihat Yeremia 9:1), setidaknya untuk dua alasan. Pertama, tidak ada yang mendengarkannya. Kedua, dia tahu apa yang akan terjadi. Hanya sedikit orang di sekitarnya yang menghiburnya. Allah mengatakan kepadanya bahwa dia tidak akan menikah atau memiliki anak, dan tidak ada teman-teman untuknya. Dia merasa sendiri, bahkan saat dia menyampaikan pesan ini. Yeremia menanggung beban pemberitaan yang sulit dan juga beban melihat buah yang sedikit meskipun dia terus berkhotbah.
Setiap dari kita sebagai orang percaya, tidak hanya sebagai pendeta, perlu tahu bahwa sama seperti nabi-nabi besar pada zaman dahulu, kita juga mungkin mengalami masa-masa tanpa buah/hasil. Hal ini sering kali akan membuat kita mempertanyakan panggilan kita. Bahkan, bisa menyebabkan orang menjadi depresi. Namun, kita harus menemukan sukacita kita dalam Tuhan. Dalam Yeremia 15:19, kita melihat bahwa sukacita Yeremia dipulihkan di tengah-tengah keputusasaannya.
Mengapa kita kehilangan sukacita kita sebagai pendeta dan pemimpin dalam pelayanan? Tentu, berkali-kali itu adalah karena kita tidak melihat buah spiritual. Namun, terkadang itu adalah karena kita mengingini "kesuksesan" orang lain. Inilah pertanyaan yang harus kita tanyakan kepada diri kita sendiri: Apakah Yesus cukup?
Pada satu tahap di perintisan gereja pertama kami, saya sangat kecewa karena tidak ada yang datang kepada Kristus. Gereja tampaknya mandek. Saya menghabiskan lebih banyak waktu dan energi daripada sebelumnya, tetapi dengan hasil yang sedikit. Dan, seorang pendeta yang bijaksana dan lebih berpengalaman datang kepada saya dan bertanya: "Jay, apakah Yesus cukup untuk Anda? Mengapa melakukan semua usaha keras ini? Apakah kamu tidak memercayai Dia?"
Mungkin minat saya adalah menunjukkan seberapa sukses saya atau mengingini kesuksesan orang lain. Perintah kesepuluh berbicara dengan jelas mengenai hal ini: "Jangan mengingini" (Keluaran 20:17). Kunci untuk tidak mengingini keberhasilan pelayanan orang lain adalah dengan menemukan sukacita Anda seluruhnya dan sepenuhnya dalam Yesus. Jika Dia cukup untuk Anda secara pribadi, Anda tahu bahwa pelayanan Anda tidak mengesahkan Anda. Yesuslah yang mengesahkan Anda. Bila Yesus cukup untuk Anda, Anda akan menemukan kepuasan Anda dalam Dia di tengah masa pelayanan yang sulit, dan Anda tidak akan terbebani dengan keputusasaan. Jiwa Anda tidak akan tertekan karena Anda telah menaruh harapan Anda sepenuhnya kepada Tuhan karena Anda tahu bahwa Dia adalah Tuhan atas tuaian.
Tinggallah dalam kebenaran itu. Bekerja keras untuk menyebarkan kemasyhuran-Nya ke kota Anda dan kepada bangsa-bangsa. Temukan kepuasan dalam waktu ilahi-Nya, dan jiwa Anda akan sehat, bahkan di tengah-tengah buah yang hampir tak terlihat. Dia memegang kendali. Dia adalah Tuhan atas tuaian. Kita hanyalah utusan-utusan-Nya. (t/Jing-Jing)
Download Audio
|
TOKOH MISI
Henry Martyn
Henry Martyn adalah seorang misionaris, baik untuk India dan Arab, antara tahun 1806 -- 1812. Melalui pemberitaannya tentang Kabar Baik, banyak orang yang ditantang dalam pemikirannya tentang Yesus.
Masa Muda
Henry Martyn lahir pada 18 Februari 1781 di Cornwell, Inggris. Henry dijemput di sekolah dan para guru harus menugaskan siswa lain untuk melindunginya. Di perguruan tinggi, Henry terlibat dalam pertengkaran dan perdebatan dengan orang lain. Suatu kali, dia benar-benar melemparkan pisau kepada murid lain. Setelah kematian ayah mereka, saudara perempuan Henry mulai berdoa untuk saudara laki-lakinya. Henry memilih untuk mengikuti Tuhan pada usia 18 tahun setelah ditantang untuk membaca Alkitab oleh seorang profesor dan siswa lain saat ayahnya meninggal.
Misi
Henry ingin menjadi pengacara, tetapi menurut artikel Henry Martyn, Missionary to Persia, "Kesaksian William Carey di India, dan sebuah buku tentang David Brainerd menginspirasi Martyn untuk mengabdikan hidupnya untuk misi." Setelah ditahbiskan di Gereja Inggris, ia menjadi pendeta untuk East India Company. Henry diperingatkan untuk tidak membagikan Kabar Baik kepada orang-orang India.
Berbagi Kabar Baik di India
Terlepas dari peringatan dari East India Company, Henry memutuskan untuk membagikan Kabar Baik kepada orang-orang India. Salah satu karya yang dia lakukan adalah menerjemahkan The Book of Common Prayer ke dalam bahasa setempat. Dia masih memegang pelayanan untuk bahasa Inggris, tetapi dia juga mengadakan pertemuan gereja untuk orang-orang dari berbagai agama tradisional. Menurut Life of Henry Martyn, "Setiap hari Sabat ia memegang setidaknya empat pelayanan: pada pukul 7 untuk orang Eropa; pukul 2 untuk orang-orang Hindu, yang dihadiri sekitar dua ratus orang; pada sore hari, di rumah sakit; pada malam hari, di kamarnya sendiri untuk para tentara." Selain itu, Henry belajar bahasa Hindi dan bahasa lokal lainnya, lalu dia menerjemahkan Kitab Kisah Para Rasul ke dalam bahasa tersebut. East India Company melihat karya Henry sebagai pemborosan.
Pelayanan di Persia
Henry menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Persia. Dia memutuskan untuk pindah ke Persia, untuk memastikan terjemahan Alkitab itu benar. Sepanjang waktunya di Persia, Henry berdebat dengan umat Islam tentang keilahian Yesus dan kebenaran Alkitab. Terkadang, mereka berusaha memaksa Henry untuk menjadi seorang Muslim, tetapi dia menolaknya. Beberapa kali, dia mendapat masalah dan diancam oleh kaum muslimin.
Henry bermaksud menjadi misionaris di Arabia. Dia meninggal pada 16 Oktober 1812 di Tokat, Turki. Usia Henry adalah 31 tahun.
Setelah kematian Henry, terjemahan Alkitabnya dicetak dalam bahasa Hindi dan Persia. Perusahaan East India Company kemudian menjadi lebih longgar dan mengizinkan para misionaris menyebarkan Kabar Baik. (t/N. Risanti)
Sumber referensi:
|
|
Lengkapi Natal Anda dengan Bahan-Bahan Natal Berkualitas! |
Natal segera tiba! Menjelang Desember, tentu banyak dari kita yang turut terlibat aktif dalam mempersiapkan Natal, termasuk mencari bahan-bahan Natal. Dalam sukacita Natal, Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) telah menyediakan berbagai bahan seputar Natal di Situs Natal Indonesia. Melalui Situs Natal Indonesia, Anda akan mendapatkan banyak bahan berupa renungan, artikel, kesaksian, drama, puisi, tip, bahan mengajar, blog, resensi buku, gambar/desain, lagu Natal, audio artikel, dll.. Melalui situs ini, Anda juga bisa berpartisipasi aktif dengan mengirim tulisan, menulis blog, memberi komentar, dan mengirim ucapan selamat Natal. Namun sebelumnya, Anda harus mendaftar/memiliki akun di situs ini terlebih dahulu.
Bergabunglah juga di Facebook Natal dan Twitter Natal untuk memperluas relasi kita dengan saudara-saudari seiman dan untuk berbagi berkat Natal. Mari kita menyambut Natal tahun ini dengan sukacita dalam anugerah Kristus Yesus. Imanuel!
|
|