ARTIKEL
Apa Itu Penganiayaan terhadap Orang Kristen?
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ingatlah perkataan yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidak lebih besar daripada tuannya. Jika mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu" (Yohanes 15:20). Dia berjanji bahwa jika kita mengikuti Dia, kita akan dianiaya. Namun, apa artinya itu? Apa yang sebenarnya Alkitab ajarkan tentang masalah penting ini?
Dua pengalaman yang saya dapat sebagai seorang pendeta muda telah membantu mengklarifikasi pemahaman saya tentang penganiayaan terhadap orang Kristen, yaitu penganiayaan yang Alkitab katakan pasti dialami dari orang-orang yang menentang pengikut Kristus.
Yang pertama adalah seorang profesional muda yang penuh cinta akan Yesus dan semangat untuk melihat penyebaran Injil. Steve terbeban untuk rekan kerja yang belum bertobat, dan melihatnya sebagai tugas Kristennya untuk menyaksikan kepada orang ini agar mau menjadi seorang percaya. Semangatnya menyebabkan dia menghabiskan berjam-jam waktunya bekerja untuk berbicara dengan temannya tentang keselamatan dan menjelaskan Injil kepada temannya tersebut.
Ketika atasannya memperingatkan dia untuk berhenti "memaksakan agamanya pada saat jam kerja", Steve menganggapnya sebagai penghinaan terhadap ketuhanan Kristus dan menolaknya. Setelah dipecat, dia menceritakan kisahnya sebagai penderitaan karena imannya. Steve melihat dirinya telah dianiaya oleh atasannya.
Pengalaman yang satunya adalah pertemuan dengan seorang pendeta yang ditahan selama 20 tahun di suatu penjara komunis karena dia menolak untuk berhenti memberitakan Injil Yesus Kristus. Saya bertemu Samuel Lamb saat mengunjungi jemaat yang berkumpul di rumahnya di Guangzhou, Cina. Setelah 2 jam beribadah dalam kondisi sempit, kelompok kami yang terdiri dari sepuluh pendeta Amerika diundang untuk berbicara dengan Pendeta Lamb.
Saya tidak akan pernah melupakan jawabannya atas salah satu pertanyaan kami tentang penganiayaan dan kemajuan Injil. "Di Amerika," katanya, "gereja mengalami kemakmuran, tetapi semakin lemah. Di Cina, gereja telah mengalami penganiayaan, tetapi semakin kuat. Penganiayaan jauh lebih baik daripada kemakmuran."
Dua pengalaman tersebut membuat saya menyusun dua pertanyaan penting mengenai apa itu penganiayaan orang Kristen. Komentar Steve membuat saya bertanya, "Dapatkah orang Kristen mengklaim dianiaya kapan saja mereka diperlakukan dengan kasar atau dianiaya?" Komentar Pendeta Lamb membuat saya bertanya, "Apakah penganiayaan hanya terbatas pada tindakan berat seperti pemenjaraan atau penderitaan fisik?"
Steve melihat dirinya sebagai seorang martir karena dia dipecat, sebab berbicara dengan rekan kerjanya tentang Kristus. Dari sudut pandang saya, bagaimanapun, bukan kepercayaan Steve yang membuat dia dipecat. Penyebabnya adalah dia tidak melakukan pekerjaan sehari penuh dengan gaji sehari penuh, bahkan setelah dia diberi peringatan. Meskipun berbicara tentang Kristus adalah hal yang baik, melakukannya dengan mengorbankan atasan Anda adalah hal yang buruk.
Yesus berkata, "Diberkatilah mereka yang dianiaya demi kebenaran, sebab mereka yang memiliki kerajaan surga" (Matius 5:10). Steve mencuri waktu dari majikannya dan menderita akibat hal tersebut. Dia tidak kehilangan pekerjaannya demi kebenaran atau "berbuat baik", tetapi "karena melakukan kejahatan" (1 Petrus 3:17). Jika alasan orang beriman mengalami tentangan adalah karena hal apa pun selain identitasnya dan pengabdiannya kepada Kristus, apa yang terjadi padanya bukanlah penganiayaan Kristen.
Secara khusus, Petrus melarang orang Kristen untuk berpikir bahwa semua penderitaan pastilah penganiayaan orang Kristen. "Jangan ada di antara kamu yang menderita sebagai pembunuh, pencuri, pelaku kejahatan, atau sebagai orang yang suka mencampuri urusan orang lain" (1 Petrus 4:15; lihat 2:20). Ketika orang Kristen menderita karena melakukan yang dilarang Allah, mereka bukan mengalami penganiayaan Kristen dan tidak boleh memelintir Kitab Suci dalam upaya untuk menghibur diri mereka dengan janji-janji yang dirancang bagi mereka yang menderita karena iman mereka kepada Kristus.
Pendeta Lamb berbicara secara umum saat dia menggambarkan gereja di Cina yang dianiaya dan gereja di Amerika yang sejahtera. Sampai batas tertentu, generalisasi ini benar. Siapa yang bisa menyangkal perbedaan besar antara hidup sebagai orang Kristen di Amerika dan hidup sebagai seorang Kristen di Cina?
Adalah sah untuk berbicara tentang "gereja yang teraniaya" saat memikirkan tempat-tempat di dunia ini, yang di situ saudara dan saudari kita secara sistematis diserang dengan kekerasan dan bahkan kekerasan fisik karena iman mereka. Namun, kita harus berhati-hati untuk tidak membatasi pemahaman kita tentang penganiayaan hanya pada situasi ekstrem tersebut. Pemenggalan, mutilasi, dilempari batu, dan pemenjaraan yang dilakukan terus-menerus terhadap orang Kristen hanya karena mereka orang Kristen adalah contoh penganiayaan yang berat. Namun, Alkitab tidak membatasi definisi tentang penganiayaan pada tingkat keparahan tertentu.
Bukan hanya aksi kekerasan fisik yang merupakan penganiayaan. Bentuk-bentuk oposisi yang kurang daripada itu terhadap pengikut Kristus juga disebutkan. Yesus berkata, "Diberkatilah kamu apabila orang mencelamu dan menganiayamu, dan mengatakan segala macam perkataan jahat terhadapmu dengan fitnah karena Aku" (Matius 5:11). Dia menyebutkan tiga kategori oposisi. Yang pertama dan ketiga secara eksklusif bersifat verbal, dan yang kedua mencakup serangan verbal dan fisik. Penganiayaan Kristen meliputi itu semua.
Bila seorang percaya diejek atau dihina karena pengabdiannya kepada Kristus, pada saat itulah dia mengalami penganiayaan. Memang, itu tidak seberat kekerasan yang dilakukan terhadap orang-orang yang menderita secara fisik karena iman mereka, tetapi tetap saja nyata. Hal yang sama berlaku untuk tuduhan fitnah terhadap orang percaya karena pengabdian mereka kepada Kristus.
Ketika kita mengalami hal-hal seperti itu, Yesus mengatakan kepada kita bahwa kita harus "bersukacita dan senang" karena dua alasan, yang pertama, sebab upah kita "besar di surga". Yang kedua, sebab dengan cara yang sama "mereka menganiaya para nabi yang sebelumnya [kita]" (Matius 5:12). Dalam bagian paralel Lukas, Yesus berkata, "Diberkatilah kamu saat orang membencimu, mengucilkanmu, menghinamu, serta mencemarkan nama baikmu karena Anak Manusia," sebab seperti itulah nenek moyang mereka memperlakukan para nabi (6:22-23). Dengan kata-kata ini, Dia memperluas pemahaman tentang penganiayaan, yaitu bahkan termasuk sikap dan disposisi kebencian.
Jadi, penganiayaan Kristen dapat mencakup berbagai macam tanggapan terhadap orang percaya -- mulai dari cemoohan, kebencian, dan ejekan sampai kekerasan fisik, pemenjaraan, dan kematian. Namun, untuk oposisi semacam itu, tidak peduli seberapa ringan atau parahnya, dapat dianggap sebagai penganiayaan dalam arti alkitabiah, jika ditimbulkan karena pengabdian orang percaya kepada Yesus Kristus dan kebenaran-Nya.
Ini membantu memahami pernyataan Paulus bahwa "semua orang yang ingin hidup saleh dalam Yesus Kristus akan dianiaya" (2 Timotius 3:12) dan janji Yesus bahwa para pengikut-Nya akan menghadapi penganiayaan "karena Aku dan karena Injil" (Markus 10: 29-30). Setiap orang Kristen harus bersiap untuk mengalami penganiayaan, semua tidak dengan cara yang sama, tetapi semua untuk alasan yang sama, yaitu karena pengabdian tanpa kompromi kepada Yesus.
Tuhan kita mengalami tentangan. Kebencian terhadap Dia menyebabkan penyaliban-Nya. Yang mengikut Dia harus menyadari bahwa dengan mengenal Yesus, kita mengundang ke dalam hidup kita pertentangan yang timbul melawan Dia. Dia berkata, "Jika dunia membencimu, kamu tahu bahwa dunia telah membenci Aku sebelum membencimu" (Yohanes 15:18).
Para pengikut seorang guru yang dianiaya, akan dianiaya. Bila kita dengan sungguh hidup sesuai dengan jalan Kristus, kita pasti akan bertemu dengan orang-orang yang membenci Kristus. Entah oposisi itu datang dalam bentuk yang berat seperti kekerasan fisik, pemenjaraan, dan hilangnya nyawa, atau dengan bentuk yang relatif ringan seperti nilai rendah ujian sekolah, kehilangan posisi di tim olahraga, atau diejek oleh keluarga dan teman. Jika itu memang ditimbulkan karena ketundukan kepada Kristus dan ketaatan kepada perintah-perintah-Nya, itu adalah penganiayaan Kristen.
Kita tidak boleh menyebut setiap penderitaan yang menimpa orang Kristen merupakan penganiayaan. Itu harus ditujukan untuk oposisi yang muncul karena pengabdian kepada Kristus. Kita juga jangan mengabaikan penganiayaan yang lebih ringan karena tidak mengakibatkan pertumpahan darah. Sebagai gantinya, kita harus ingat bahwa jalan yang dibuka oleh Juru Selamat bagi kita adalah jalan penderitaan dan kematian. Sewaktu kita mengikuti Dia dan menolak untuk mengompromikan pengabdian kita kepada-Nya, saat penganiayaan datang, dalam bentuk apa pun, kita harusnya dikuatkan oleh nasihat Petrus ini:
"Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah terkejut dengan api pencobaan yang datang untuk menguji kamu, seolah-olah sesuatu yang aneh terjadi atas kamu. Namun, bersukacitalah karena kamu ikut ambil bagian dalam penderitaan Kristus sehingga kamu juga dapat bersukacita dan bergembira pada saat kemuliaan-Nya dinyatakan" (1 Petrus 4:12-13)
(t/Jing-Jing)
Download Audio
|