ARTIKEL
Mengapa Orang Kristen Tidak Menginjili?
Suatu studi penelitian dari Lifeway baru-baru ini menunjukkan apa yang sudah diketahui oleh sebagian besar dari kita: orang Kristen enggan menyaksikan iman mereka.
Menurut Lifeway, 80% dari penganut Protestan tahu bahwa mereka dipanggil untuk menginjili, tetapi 61% mengakui mereka tidak melakukan percakapan rohani dengan siapa pun selama enam bulan terakhir.
Ini membuat para pemimpin pelayanan frustrasi. Jika Anda bisa mengumpulkan lima pendeta dalam satu ruangan, mungkin Anda mendengar mereka mengatakan bahwa salah satu hal yang membuat mereka frustrasi adalah keengganan jemaat mereka untuk ikut terlibat dalam misi Allah dan memberitakan Kabar Baik kepada orang-orang di lingkungan terdekat mereka.
Banyak yang lebih pintar daripada saya telah menawarkan penelitian baru dan strategi yang baru untuk memotivasi orang Kristen. Ini bermanfaat. Namun, saya curiga bahwa keengganan kita untuk menginjili hanya sedikit yang disebabkan oleh metode yang salah dan kurangnya kesempatan. Ada yang lebih mendalam daripada itu. Saya akan mengajukan tiga alasan rohani mengapa kita tidak menginjili.
1. Kita kehilangan rasa kagum kita.
Ketika saya membaca catatan di Matius tentang Amanat Agung Yesus, saya tersentak dengan kurangnya rasa bersalah dan manipulasi dalam kata-katanya. Yesus menyampaikan kabar baik bahwa telah diberikan kepada-Nya segala kuasa di surga dan di bumi. Melalui kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya, Kristus akan memerintah sebagai Raja. Dia telah mengalahkan kuasa dosa dan maut, dan telah menaklukkan kutuk. Dan, sekarang, Dia memanggil umat dengan nama-Nya dari segala bangsa dan suku dan bahasa.
Ketika saya membaca kata-kata Yesus, menurut saya, tampaknya Dia tidak memohon dengan sangat kepada murid-murid-Nya untuk mengabarkan Injil. Dia mengharapkannya. Dan, mengapa tidak? Orang-orang di bukit ini mendengarkan perkataan Yesus? Mereka baru saja menyaksikan seseorang yang secara brutal disalibkan, dikubur dalam tiga hari, dan sekarang bangkit. Jika Anda bertemu dengan Yesus, jika Anda melihat Dia yang tadinya mati, kemudian hidup, tidak seorang pun yang perlu meyakinkan Anda untuk pergi memberi tahu kepada seseorang tentang keajaiban ini. Perintah Yesus adalah izin untuk tidak diam saja, yaitu untuk membawa Injil ini ke luar Israel dan ke semua bangsa.
Mengapa kita tidak menginjili? Bukan karena kita tidak mempunyai alat-alat yang tepat atau kata-kata yang tepat. Kita tidak berbicara tentang Yesus karena sebagian dari kita yang mengenal Yesus telah kehilangan rasa kagum itu. Jika Anda pernah bersama dengan Yesus, yang telah bangkit dari kematian dan telah memberi Anda hidup baru, jika Dia benar-benar Raja Alam Semesta yang akan memerintah, jika Anda mengenal dan mengasihi Dia, pastilah Anda akan memberi tahu orang-orang tentang Dia.
Inilah sebabnya, mengapa kewajiban utama para pendeta bukanlah menciptakan kata-kata indah yang baru agar jemaat mereka bisa menyampaikan Injil. Kewajiban utama seorang pendeta adalah mengagungkan Kristus, ajaklah jemaat Anda masuk ke dalam keajaiban kasih-Nya.
Jika Anda melakukan ini dan jemaat Anda mendapatkan pandangan sekilas tentang Kristus, Anda tidak akan mampu menghentikan mereka memberi tahu teman-teman, tetangga, dan rekan kerja mereka. Kita semua adalah penginjil untuk hal-hal yang menangkap hati kita. Pikirkan kembali percakapan-percakapan Anda yang terakhir. Pikirkan tentang apa yang menghidupkan Anda, apa yang membuat Anda berkata-kata, apa yang membuat Anda bersemangat? Apakah ada seseorang yang mendesak Anda, membujuk Anda, membuat Anda merasa bersalah? Tidak, itu terjadi secara alami.
Jika Yesus adalah pusat, membicarakan tentang Yesus akan menjadi hal yang natural.
2. Kita kehilangan kasih untuk sesama kita.
Hari ini, dunia kita terbagi-bagi berdasarkan batasan politik, ras, dan ekonomi. Setiap hari, kita tergoda dengan kemudahan media sosial, dengan pemilihan berdasarkan suku dalam politik kita, dan dengan perbedaan ras dan ekonomi. Kita telah kehilangan seni mengasihi orang-orang yang kepadanya kita tidak sependapat. Lihat saja timeline Facebook Anda. Perhatikan kata-kata kasar dan vulgar yang sering digunakan oleh orang-orang yang mengaku Kristen untuk menggambarkan politikus-politikus yang tidak mereka setujui, kelompok orang yang mereka takuti, dan agama yang tidak mereka setujui.
Anda tidak akan menceritakan kabar baik Injil kepada seseorang yang tidak benar-benar Anda kasihi. Para pendeta perlu mengajari jemaat untuk mengasihi sesama mereka dan bukan hanya sesama yang sama dengan mereka. Ini berarti kita perlu mengajari jemaat kita apa yang dilakukan Injil dalam menyatukan orang-orang dari semua ras, suku, dan bahasa di dalam gereja. Di Amerika, ini berarti Allah menolong kita untuk memenuhi Amanat Agung dengan membawa masuk bangsa-bangsa ke ambang pintu kita.
Ini berarti jemaat kita perlu untuk tidak lagi memandang misi sebagai sesuatu yang hanya kita lakukan ketika kita menulis cek untuk mendukung para misionaris. Setiap pengikut Kristus memiliki misi dalam masyarakatnya sendiri. Anda tidak bisa meremehkan suatu grup di Facebook dan berharap bahwa orang-orang yang sama itu akan menemukan pesan Injil sebagai alternatif yang tidak bisa ditolak ke sudut pandangnya.
Para pendeta perlu memimpin jemaat mereka untuk menentang retorika yang memecah belah dalam budaya, untuk mengajarkan apa artinya melihat semua manusia sebagaimana diciptakan dalam gambar dan rupa Allah, dan untuk memelihara dan membangun pertemanan dengan orang-orang yang tidak selalu sependapat dengan kita.
Bisa jadi, penginjilan kita harus didahului dengan pertobatan. Pertobatan atas kebencian kita terhadap orang-orang yang kepada mereka Allah meminta kita untuk mengasihinya. Jika Anda mengasihi Yesus dan mengasihi sesama Anda, memberitakan pesan Injil tidak akan sesederhana seperti menyelesaikan daftar hal yang harus dilakukan. Itu akan menjadi sebuah hasil pertumbuhan alami dari kehidupan yang dibentuk serupa Kristus.
3. Kita melupakan sumber kekuatan kita.
Yang terakhir, kita tidak menginjili karena kita telah secara keliru menempatkan diri kita sendiri sebagai pusat penginjilan. Bagi kebanyakan dari antara kita, rasa takut kita, rasa frustrasi kita, ketidakmampuan kita untuk berbicara tentang Yesus berakar dari pandangan tentang keselamatan yang berpusat pada manusia. Kita benar-benar mengira bahwa yang membebaskan jiwa dari kematian menuju kehidupan adalah kita, kepandaian kita, kekuatan kita, teknik kita. Akan tetapi, keselamatan bukanlah pekerjaan kita, melainkan merupakan karya Roh Kudus. Allah itulah yang “membangkitkan” hati yang mati (Efesus 2:1). Karya Allah Bapa itulah yang menarik orang-orang kepada Anak-Nya (Yohanes 8:44).
Ini berarti bahwa ketika menaati Amanat Agung, kita tidak mungkin gagal. Tugas kita bukan melakukan penyelamatan, melainkan menceritakan. Tugas kita hanya setia dalam menyampaikan firman kepada mereka yang belum mendengarnya. Kita adalah orang-orang yang dipakai Allah untuk menyampaikan pesan-Nya kepada dunia. Tidak ada yang lain (Roma 10:14). Akan tetapi, kita bisa bersandar pada kedaulatan Allah, termotivasi dengan mengetahui bahwa jika kita memberitakan kabar itu, orang-orang akan bertobat dan beriman kepada Kristus.
Allah bahkan memakai komunikator terburuk untuk memberitakan pesan-Nya karena Roh Kuduslah yang memampukan orang yang menyampaikan dan juga membuka hati orang yang mendengarkan. Inilah sebabnya, mengapa kita tidak perlu menginjili seperti menjual mobil bekas, asuransi jiwa, atau satu set pisau. Kita tidak perlu menawar dan memanipulasi orang-orang dengan percakapan yang dibuat-buat.
Jika Yesus benar-benar ada di dalam kita, jika Yesus benar-benar ada di dalam orang-orang yang kita pimpin, menceritakan tentang Yesus akan mengalir secara alami yang akan terpancar keluar dalam pertemanan kita, tetangga kita, dan rekan kerja kita. Misi Allah bukanlah sesuatu yang kita lakukan pada hari Minggu, melainkan suatu cara hidup. (t/Jing-Jing)
Download Audio
|