Renungan Paskah
Bertumbuh dalam Kerendahan Hati
Tidak ada cara lain untuk mencapai kerendahan hati selain memandang kepada Yesus. Paulus berkata kepada kita, "Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati -- bahkan sampai mati di kayu salib" (Filipi 2:8). Anak Allah merendahkan diri-Nya sendiri. Itu adalah sesuatu yang luar biasa. Akan tetapi, masih ada lagi. Dia dijadikan sama dengan manusia. Anak Allah lahir di kandang, popok-Nya diganti, dan tubuh-Nya dimandikan dan diberi makan oleh seorang ibu muda, Maria. Dan, masih ada lagi. Dia mengambil rupa seorang hamba. Allah membasuh kaki. Namun, masih ada lagi. Sebagaimana Donald Macleod nyatakan dalam A Faith to Live By:
"Apa yang dipikirkan oleh para malaikat tentang semua ini? Pada suatu hari, mereka berkedip dalam rasa heran saat mereka melihat Pencipta mereka yang agung ada di dalam sebuah palungan di Betlehem. Pastilah mereka tidak bisa memahami apa yang mereka lihat. Lalu, hari berganti hari dan tahun berganti tahun, mereka menyaksikan sebuah drama terkuak yang pastinya memberatkan semua sirkuit dalam komputer mereka. Pada suatu hari, dikatakan bahwa Tuhan mereka ada di Getsemani, dan salah satu dari mereka diutus untuk menguatkan Dia. Beberapa jam kemudian, bahkan disampaikan kabar yang lebih mengejutkan: Dia berdarah-darah di atas kayu salib di Kalvari. Hal itu, tentunya, adalah yang paling rendah: yang paling buruk! Tetapi tidak! Hal berikutnya adalah Bapa meninggalkan Dia! Allah yang seharusnya seluruh hati-Nya tergerak untuk menyeka air mata dari umat-Nya, ternyata tidak menyeka air mata Anak-Nya sendiri! Begitulah dari awal hingga akhir kehidupan-Nya di bumi: turun! Langkah dahsyat dari takhta menuju kandang, kemudian perjalanan luar biasa dari kandang menuju salib, dan lebih daripada itu perjalanan salib itu sendiri adalah dari pengorbanan sampai ditinggalkan sendirian. Para malaikat pasti berkata, 'Apakah ini tidak akan pernah berakhir? Seberapa rendah yang harus Dia lalui? Seberapa rendah yang harus Dia lalui?' "
Perhatikan tiga hal tentang susunan komentar Paulus mengenai kerendahan hati.
Pertama, "Dia merendahkan diri-Nya." Yesus cukup sengaja mengambil setiap langkah sendiri. Dengan kata lain, hanya ada satu dasar (platform) dan kemudian satu langkah turun ke bawah dari takhta menuju penebusan kita. Tidak. Ada sebuah tangga yang turun ke bawah dan ke bawah, dan di setiap langkah tertulis kata-kata seperti: di dalam kandungan, lahir, kandang, kelemahan kanak-kanak, mengungsi di Mesir, tempat tukang kayu, pembaptisan, pencobaan di padang gurun, Iblis, bepergian terus-menerus, tidak berhenti mengajar, penyembuhan yang melelahkan, pengkhianatan, Getsemani, pencambukan, penyaliban, ditinggalkan, kematian, penguburan. Kristus turun ke bawah dan ke bawah. Pada kayu salib, Dia betul-betul ada di kedalaman danau api saat Dia masuk ke dalam tempat pembakaran dosa kosmik bernama Golgota.
Kedua, Paulus mengatakan bahwa Yesus "taat sampai mati". Kata kunci di sini adalah "taat". Penderitaan Kristus bukanlah nasib. Bukan seperti roda besar berputar yang datang menghampiri dan menghancurkan kehidupan Yesus, dan Dia tidak berdaya terhadapnya. Ini bukan malapetaka. Bukan penderitaan yang kebetulan. Ini adalah ketaatan atas urapan Allah yang menjadikan Dia sebagai Anak Domba Allah yang akan menanggung dosa dunia. Jadi, ini adalah ketaatan atas semua implikasinya -- penangkapan, persidangan, kutukan, penghinaan, dan rasa sakit yang tidak tertahankan.
Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (2 Korintus 5:21), dan kita mengatakan bahwa di setiap langkah, Sang Anak taat. Adam pertama tidak bisa menaati perintah sederhana untuk tidak memetik buah dari satu pohon di Taman Eden. Adam terakhir menunjukkan ketaatan yang begitu mahal tahun berganti tahun di hutan belantara dunia. Melalui ketidaktaatan satu orang, banyak orang jadi berdosa, demikian pula melalui ketaatan satu orang, banyak yang dibenarkan.
Dari Betlehem ke Golgota, Allah-manusia melakukan ketaatan. Ini adalah ketaatan yang dilakukan demi orang lain, dan ketaatan Kristus itu adalah pembenaran orang berdosa yang mau percaya. Kita dipenuhi dengan semua kebaikan, semua perkataan, dan semua pemahaman tentang ketaatan Anak Allah yang tidak putus-putus mulai dari tempat lahir sampai kayu salib. Tidak ada momen dalam seluruh pengalaman itu yang Dia bukanlah Sang Penebus. Tidak ada hari dalam seluruh hidup-Nya yang Dia tidak bertindak dalam ketaatan. Setiap momen mengandung kemuliaan anugerah dan kebenaran serta kemuliaan ketaatan yang mengguncangkan dari inkarnasi Allah. Itulah yang dikaitkan pada kita agar kita dipenuhi dengan kebaikan dan kebenaran-Nya.
Yang terakhir, kita diberi tahu bahwa Yesus "taat sampai mati -- bahkan sampai mati di kayu salib". Ada kematian, dan kemudian ada kematian. Itulah yang disebut Wahyu sebagai kematian kedua, tetapi ada kematian untuk orang Kristen yang tidak dapat memisahkan kita dari kasih Allah dalam Kristus. Ada antisipasi kematian yang artinya lepas dari tubuh dan bersama dengan Tuhan. Kematian itu tidak memiliki sengat, tidak memiliki laknat dan kutukan. Akan tetapi, itu bukan kematian yang dimaksud di dalam Filipi 2. Kematian di Filipi 2 adalah kematian yang dikutuk, kematian kedua. Dia yang tidak mengenal dosa mati sebagai orang yang bersalah dan hinaan diberikan kepadanya. Dia mati membayar upah dosa. Dia mati sebagai orang yang dijadikan berdosa dan tidak dilepaskan. Dia mati dengan integritas mutlak Allah yang melawan Dia, dan tidak ada keringanan. Allah tidak berkata, "Betapa Dia telah taat, maka Aku akan melepaskan Dia." Allah tidak melepaskan Dia. Semua yang seharusnya ditanggung karena dosa kita, ditanggungkan kepada jiwa-Nya dalam kematian ini. Semua kesadaran akan kemurahan ilahi ditarik dari pada-Nya.
Inilah teladan Kristus. Karena itu, kita harus memiliki pikiran yang sama, kasih yang sama. Kita tidak boleh melihat kepentingan diri sendiri, tetapi kita harus memperhatikan kepentingan orang lain. Kasih yang mahal. Kasih yang menyakitkan. Kasih Golgota. Kasih Hamba. Dunia harus melihat kasih itu di dalam komunitas Kristen, dan hal itu akan membawa dampak tersendiri bagi mereka. (t/Jing-Jing)
Audio: Bertumbuh dalam Kerendahan Hati
|