Menjelang Perayaan Natal
Perayaan Natal sudah bukan hanya diramaikan oleh kalangan gereja (baca: Orang Kristen) di dunia ini. Kalangan bisnis menggunakan momen ini dan menciptakan banyak warna kegiatan dan tradisi dalam merayakan Natal. Setiap tahun, kita akan melihat bagaimana dunia merayakan tradisi "Natal" ini dengan begitu meriah dengan hiasan, dekorasi, dan acara-acara yang menarik khalayak ramai. Saking meriahnya, persiapan-persiapan dilakukan begitu spesifik dan detail di toko-toko, mal-mal besar, dan tempat umum lainnya. Gereja mungkin tidak semeriah dan seawal itu dalam mempersiapkan aksesori dalam rangka merayakan Natal.
Namun, menjadi satu pertanyaan dasar adalah apa yang dirayakan? Hanya sebuah perayaan hari besar keagamaan dari agama Kristen, atau hanya sebuah momen untuk mendapatkan keuntungan dalam suasana ini? Apa istimewanya perayaan Natal bagi orang secara umum (umat manusia)? Apa makna perayaan Natal bagi kita orang-orang pilihan Allah?
Menelusuri Malam Natal Pertama
Bagi orang percaya, Natal adalah sebuah penggenapan janji Allah bagi pemulihan relasi antara Sang Pencipta yang kudus dan adil, dengan ciptaan (manusia) yang berdosa, yang akan dibinasakan, yang tidak memiliki pengharapan dalam hidupnya. Natal adalah jembatan antara Allah dan manusia. Kelahiran Sang Juru Selamat dunia 2000 tahun lebih yang lalu. Penggenapan janji Allah ketika manusia Adam dan Hawa jatuh dalam dosa di Taman Eden. Penggenapan janji Allah kepada orang Israel dalam kitab Yesaya. Kristus lahir, Sang Juru Selamat dunia lahir, itulah yang dirayakan oleh orang percaya.
Mari kita telusuri, bagaimana Kristus hadir dalam dunia ini, pada malam Natal yang syahdu, seperti ungkapan puji-pujian Natal yang sering kita nyanyikan pada waktu Natal. Malam yang kudus, malam yang tenang ketika Sang Juru Selamat lahir di kota Betlehem, di kandang domba yang hina. Maria yang hamil tua diantar oleh calon suaminya, Yusuf. Mereka harus pergi ke kota Betlehem karena keturunan Daud, untuk memenuhi sensus yang sedang dilaksanakan pemerintah. Dengan penuh perjuangan, tubuh yang sudah lelah karena menempuh perjalanan dari Nazaret ke Betlehem, mereka mencari tempat menginap. Sudah seharian mencari, ternyata setiap tempat penginapan yang biasa dipakai orang telah penuh. Mungkin karena banyak orang yang datang ke kota ini untuk disensus maka penginapan-penginapan penuh terisi. Yusuf, sebagai calon suami yang bertanggung jawab, tentu harus menemukan tempat untuk Maria dan bayi Yesus yang masih dalam kandungan. Setelah sekian lama mencari, akhirnya ada juga pemilik penginapan yang berbelas kasihan.
Pemilik penginapan mengantar Yusuf dan Maria melihat tempat yang akan mereka gunakan malam ini. Mereka perlu istirahat sebentar sambil menunggu waktu sensus, dan siap-siap kalau Maria melahirkan. Ternyata, sebuah tempat yang begitu sederhana. Saking sederhana, mungkin kita pun tidak akan menggunakan tempat seperti ini untuk berteduh. Tempat menginap malam ini adalah kandang binatang. Bayangkan baunya ruangan itu walaupun tidak basah seperti daerah tropis, seperti di Pontianak. Daerah Timur Tengah lebih kering, dan kandang binatang tidak sumpek, tempat cukup luas. Apa pun kondisinya, tetap sebuah kandang binatang, yang sebenarnya tidak layak untuk seorang anak manusia.
Akhirnya, Maria melahirkan Yesus di kandang tempat mereka menginap. Kondisi tidak mendukung. Akan tetapi, atas seizin Allah, semua boleh berjalan lancar. Bayi Yesus dilahirkan dan diletakkan di tempat makanan binatang, sebuah palungan, bukan tempat tidur bayi yang mewah dan indah. Malam itu, tidak ada upacara penyambutan bayi, tidak ada ucapan selamat dari lingkungan, selain para binatang yang tempatnya dipakai. Walaupun demikian, Lukas menggambarkan ada gembala-gembala yang di sekitar daerah Betlehem digerakkan oleh Allah melalui malaikat yang menampakkan diri kepada mereka. Para gembala, orang yang sederhana, tidak membawa hadiah apa pun. Mereka juga orang susah, hanya pekerja-pekerja yang mungkin tidak memiliki ternak sendiri. Allah menggerakkan mereka, menyambut sukacita kelahiran seorang bayi yang sangat penting. Kedatangan mereka meramaikan suasana kandang tempat Yesus dilahirkan. Kita bisa bayangkan, Yusuf dan Maria bersyukur di tengah pergumulan mereka. Ada orang-orang yang mereka tidak kenal sama sekali mau datang besuk mereka. Tidak ada hadiah yang mewah. Tidak ada juga "door prize". Tidak ada kue-kue dan minuman yang enak. Yang ada hanya berita kesukaan bahwa lahir seorang penyelamat dunia, Yesus Kristus.
Malam itu, di kandang, semua tercatat. Lukas mencatat dengan teliti bagaimana suasana penuh sukacita, diikuti oleh nyanyian malaikat. Maria yang begitu saleh, menyimpan semua pengetahuan dan janji Tuhan dalam hatinya, menerima tugas pelayanannya dengan penuh sukacita. Kristus yang lahir di kandang domba ini adalah Anak Allah. Allah yang bermisi, datang kepada umat-Nya. Allah Sang Pencipta mau menjelma menjadi ciptaan. Paulus dalam surat Filipi mengatakan bahwa Dia menjadi manusia, dari keagungan ke dalam kehinaan, dari kemahakuasaan ke dalam keterbatasan. Sungguh, sebuah momen yang sangat mengharukan. Kasih yang tidak tergambarkan dengan panca indra manusia. Allah telah datang ke dunia ini.
Memasuki Perenungan Kita
Natal bukanlah sebuah perayaan dan peringatan hari agama Kristen semata-mata. Natal adalah sebuah jembatan manusia kepada Allah. Ketika Kristus lahir, Allah menjadi manusia, Allah yang datang untuk menyelamatkan manusia yang berdosa, yang tidak berdaya, yang akan bermasa depan suram karena hukuman kekal. Yesus Kristus yang lahir, juga Yesus Kristus yang akan mati menggantikan kita di kayu salib. Dia membayar utang dosa kita kepada murka dan keadilan Allah. Dia sekaligus representasi sebuah kasih yang sejati dari Allah yang tidak terlepas dari sifat adilnya Allah. Manusia yang telah ditebus oleh darah Kristus boleh datang kepada Allah secara bebas. Kita bisa bersekutu kembali dengan Allah.
Bayangkanlah diri kita pernah menjadi orang yang Alkitab sebut "musuh" Allah. Setelah kita berada di dalam Kristus, kita menjadi "sahabat" Allah. Sebuah perubahan yang sangat signifikan. Peristiwa Natal inilah yang menjadi titik awal bagi kita untuk kembali merenungkan bagaimana proses pemulihan antara kita dan Allah telah terjadi. Kita boleh disebut sebagai sahabat, yang bebas datang kapan saja. Apakah kita sedih, senang, susah, sukacita, marah, bingung, dan berbagai perasaan yang ada? Kita bisa datang kepada Kristus Juru Selamat kita.
Mari kita rayakan Natal dengan perenungan dan bukan sekadar acara dan pesta yang meriah. Berkumpulah bersama keluarga untuk mengucap syukur kepada Allah karena Kristus mau datang ke dunia, mau mati di kayu salib, mau mengulurkan tangan-Nya untuk menyelamatkan kita yang berdosa. Naikkanlah puji-pujian dengan penuh ucapan syukur dan luapan gembira dalam hati kita, seperti para malaikat yang menerima berita Natal pada malam Natal yang pertama. Dengan ucapan syukur, kita melihat hasil dari pekerjaan Allah ini, kita menjadi orang-orang yang memiliki pengharapan. Tanyakan pada diri kita, apa yang bisa kita kerjakan untuk merayakan kehadiran Kristus ini. Apakah kita berbagi dengan anggota keluarga kita yang belum menerima Hadiah Indah dari Allah ini (Kristus)? Datanglah dan berbagilah dengan mereka! Jangan takut lagi! Bawalah mereka bersama pada malam Natal yang ada di gereja atau perayaan di rumah. Apakah kita berkesempatan untuk menolong rekan-rekan kita di mana pun untuk melewati kesulitan dalam hidup mereka?
|