Suatu hari seorang laki-laki yang menderita penyakit kusta datang kepada Yesus dan memohon supaya disembuhkan (Matius 8:2-3). Yesus bisa saja memberi respons kepada orang ini dengan berbagai cara. Ia bisa saja, misalnya, seperti para imam dan orang Lewi dalam kisah orang Samaria yang baik hati dan berkata, "Saya sangat sibuk sekarang. Pergilah dan datanglah kembali nanti." Atau, Ia dapat menanggapi dengan kemarahan, seperti yang dilakukan oleh orang Farisi, dan berkata, "Berani sekali kamu mendekati-Ku, hai kamu pendosa najis. Kamu bisa menajiskan-Ku." Tidak. Sambil mengulurkan tangan dan memegang orang itu, Yesus menanggapi dengan cukup sederhana, "Aku mau. Jadilah sembuh."
Lama sebelum peristiwa dalam hidup Yesus ini, Yesaya telah menubuatkan bahwa pelayanan Mesias bukan hanya mengajar, melainkan juga menghibur dan menyembuhkan orang-orang yang membutuhkan. Yesaya menulis:
"Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung, untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka "pohon tarbantin kebenaran", "tanaman TUHAN" untuk memperlihatkan keagungan-Nya." (Yesaya 61:1-3)
Ditulis lebih dari 6 abad sebelum kelahiran Yesus, Yesaya telah memberikan gambaran tentang Dia yang diurapi, yaitu Mesias. Ia bukan hanya harus membawa kabar baik, melainkan juga kesembuhan fisik dan rohani bagi orang-orang yang membutuhkannya.
Pada awal pelayanan-Nya, Yesus mendatangi sinagoga di Nazaret, tempat Ia diundang untuk membaca bagian dari Alkitab (Lukas 4:14-30). Ketika berdiri dengan gulungan di tangannya, Ia membaca perikop yang sama dari Yesaya. Ketika Ia sudah selesai, Ia kembali duduk dan berkata, "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
Ketika kita membaca tentang pelayanan Yesus, kita dapat melihat bahwa pelayanan-Nya itu memang merupakan satu kesatuan dari pengajaran dan penyembuhan. Kehidupan Yesus dan pengajaran-Nya adalah pewahyuan terbesar dari Allah, dan tanpanya, pengertian kita tentang natur Allah dan kehendak-Nya atas kita tidak akan lengkap. Namun, Yesus juga menghabiskan banyak waktunya untuk menyembuhkan orang-orang yang menderita berbagai penyakit. Pada pasal yang sama dari Injil Lukas, kita dapat membaca Yesus yang menyembuhkan beberapa orang. Kesimpulannya, Lukas mencatat, "Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Ia pun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka."
Sayangnya, kita tidak dapat lagi menyembuhkan orang dengan menumpangkan tangan kita ke atas orang sakit seperti yang Yesus dan orang lain dapat lakukan pada waktu itu. Akan tetapi, kita masih dapat merencanakan pelayanan kita seperti pola Yesus. Misi Medis adalah salah satu cara yang dapat kita (sebagai gereja) gabungkan sebagai sebuah pelayanan kesembuhan dan pengajaran.
Program misi sering kali menekankan penginjilan yang berusaha untuk menjangkau kebutuhan rohani pribadi terutama melalui pengajaran. Hal ini tentu saja merupakan bagian dari Amanat Agung -- pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Pendekatan misi medis, atau barangkali istilah yang lebih deskriptif, penginjilan medis, memiliki cakupan yang lebih luas, yaitu dengan berusaha untuk menjangkau, baik kebutuhan fisik maupun rohani dari orang-orang yang dilayani.
Negara-negara yang berkembang, dengan tingginya dampak penyakit, malnutrisi, tingginya angka kematian bayi, rendahnya harapan hidup, dan kurangnya pusat kesehatan yang paling mendasar secara umum, telah menjadi tempat sasaran bagi beberapa program misi medis. Setelah mendapatkan teladan dari Yesus sendiri dan prinsip dasar kekristenan, tampaknya hal ini menjadi sesuatu yang harus kita kerjakan sebagai gereja.
H. Glenn Boyd, Direktur Emeritus dari Yayasan International Health Care, menjawab pertanyaan "Mengapa melakukan penginjilan medis?" dengan cara sebagai berikut: Ada jutaan orang sakit di negara-negara berkembang tempat kita memberitakan Injil. Akankah kita mengabaikan kebutuhan fisik mereka dan berkata, "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!" (Yakobus 2:16). Dalam kekristenan, sudah menjadi hal yang alami bagi orang-orang yang menyebut diri sebagai pengikut Kristus untuk menanggapi dengan belas kasihan ketika kita melihat orang-orang yang terluka. Ya, kita harus berusaha menuntun mereka kepada Kristus, tetapi apabila mereka tidak melihat Dia di dalam hidup kita dan dalam cara kita memperlakukan mereka, akan sulit bagi mereka untuk menangkap maksud pesan kita. Ketika mereka melihat bahwa kita peduli, hati mereka akan terbuka untuk Injil. Kesempatan terbuka lebar untuk penginjilan melalui pemberian pelayanan bagi penderitaan tubuh dari Jiwa-jiwa yang terhilang.
Menurut sejarah, para misionaris biasanya pergi ke ladang dengan sedikit atau tanpa pelatihan medis, berniat untuk menginjili melalui pengajaran dan pemberitaan Firman. Sering kali, khususnya di negara-negara berkembang, misionaris yang sama ini dipanggil untuk membantu orang-orang yang membutuhkan perawatan medis. Gerry Nicks, yang menghabiskan waktu bertahun-tahun bersama suaminya di Afrika menulis:
Suami saya bukanlah seorang dokter dan saya bukanlah seorang perawat, jadi kami tidak menggantung papan nama di depan rumah kami. Kami tidak perlu memasangnya karena tidak lama kemudian, orang-orang datang siang dan malam ke rumah kami untuk menolong mereka yang mengalami masalah fisik. Keluhan yang paling umum adalah sakit kepala, malaria, maag tropis, dan "masalah perut", yang mengandung banyak arti. Penyakit yang serius adalah luka kecelakaan, wanita-wanita yang bermasalah dengan persalinan, bayi-bayi yang mengalami tetanus, disentri, dan situasi-situasi lain yang mengancam kehidupan.
Ia juga berkomentar:
Banyak istri para misionaris, meskipun bukan perawat, memberikan beberapa waktu mereka untuk menolong dalam tugas ini. Kami menggunakan pengetahuan kami untuk memberikan pertolongan pertama dan merawat mereka yang sakit dengan cara seperti kami merawat keluarga kami sendiri. Sering kali, kami tidak mampu melakukan apa pun dan harus membawa mereka puluhan kilometer menuju rumah sakit.
Beberapa klinik, rumah sakit, dan perjalanan misi medis yang disponsori oleh
gereja-gereja Kristus merupakan respons terhadap kebutuhan yang diamati oleh para misionaris seperti hal-hal tersebut.
Bangunan klinik dan rumah sakit pun berguna untuk membuka pintu-pintu bagi penginjilan lebih lanjut. Misalnya, Bill Nicks, suami Gerry, menjelaskan usaha-usaha misi awal di Nigeria sebagai berikut:
Sejak memasuki negeri, kami telah berjanji kepada pemerintah Nigeria bahwa kami tidak hanya akan membantu dalam mengajarkan keyakinan, tetapi juga dalam pengembangan pendidikan dan dalam menolong orang-orang sakit dengan mendirikan klinik atau rumah sakit.
Pemerintah asing terkadang juga meminta bangunan rumah sakit. Rumah sakit Chimala di Tanzania adalah salah satu contohnya. Upaya penginjilan para misionaris di negeri ini telah menghasilkan pertumbuhan yang luar biasa dalam kehidupan sejumlah orang Kristen baru. Akan tetapi, pada 1962, pemerintah Tanzania memberitahukan kepada jemaat Amerika untuk mensponsori proyek karena tanpa ada pelayanan sosial atau kemurahan hati yang tersedia, pekerjaan penginjilan di daerah tersebut tidak akan diizinkan untuk berlanjut. Rumah sakit Chimala yang mulai beroperasi pada 1963 sebagai hasil dari gerakan pemerintah Tanzania ini masih beroperasi hingga hari ini dan terus menjadi berkat yang besar bagi orang-orang Tanzania.
Hari ini, penginjilan medis terus membuka pintu bukan hanya di negara-negara berkembang, melainkan juga di tempat-tempat lainnya juga. Program misi medis yang disponsori oleh gereja-gereja Kristus telah memungkinkan orang-orang Kristen masuk ke tempat-tempat yang dahulu dirasa mustahil, seperti negara-negara yang awalnya dikuasai oleh Komunis di Eropa Timur dan negara-negara Komunis seperti Vietnam, Kamboja, dan Laos. Kesempatan terbuka lebar di dunia untuk memberitakan kabar baik melalui pelayanan penginjilan medis yang berbelas kasihan. (t/S. Setyawati)
|