BAHAN HUMOR
Anjing Tersayang
Download Audio
Seorang janda tua, melakukan perjalanan seorang diri. Dia pergi ke kota tempat dia tinggal sewaktu suaminya masih hidup dahulu.
Saat tiba di bandara, dia menginformasikan kepada pihak pesawat bahwa dia ingin membawa sebuah keranjang berisi anjing, yang kelihatan sedang tidur nyenyak, ke dalam kabin. Dia menjadi sangat marah ketika pihak pesawat melarangnya. Namun, akhirnya anjing itu boleh dibawa asal ditaruh di ruang bagasi.
Sang pilot berkata kepadanya, "Di sana akan hangat dan nyaman, Nyonya. Anjingmu akan baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Saat tiba di bandara pertama untuk mengisi bahan bakar, petugas pesawat memeriksa keadaan si anjing. Ternyata anjing itu mati! Para petugas pesawat segera pergi secepat mungkin ke kota sampai akhirnya mereka menemukan anjing yang berwarna, berukuran, dan berjenis kelamin sama dengan anjing yang mati itu. Anjing baru itu di taruh di tempat anjing yang sudah mati.
Saat tiba di bandara tujuan, mereka memberikan anjing tersebut kepada si pemiliknya. Dengan wajah terkejut nyonya tersebut berkata, "Maaf, tapi ini bukan anjing saya!"
Pilot pesawat mengatakan, "Oh itu pasti anjing Anda, Nyonya. Lihat! Ukuran, warna, dan jenis kelaminnya sama."
Sang nyonya dengan nada tinggi kembali menjawab, "INI, BUKAN ANJING SAYA!!"
"Mengapa Anda begitu yakin kalau ini bukan anjing Anda?" tanya sang pilot.
Sang nyonya menjawab, "Karena anjingku itu sudah mati! Aku mau membawanya ke tempat tinggalku dulu dan menguburkannya di samping kuburan suamiku!!"
[Diambil dari: e-Humor edisi 1251]
“Jangan mencuri, jangan berbohong, jangan berdusta pada orang lain.”
—Imamat 19:11, AYT
Pendeta dan Seorang Ateis
Download Audio
Seorang pendeta tua berada di sebuah pesawat terbang dan duduk di samping seorang yang mengaku sebagai ateis.
Mereka dengan damai mengobrol selama perjalanan.
Sesekali, cucu pendeta itu, yang duduk di baris kursi yang lain, datang kepadanya, membawakan dia minum dan bertanya apakah dia bisa mengambilkan sesuatu untuk membuatnya lebih nyaman.
Setelah ini terjadi beberapa kali, si ateis mulai mengeluh, "Saya berharap cucu-cucu saya akan memperlakukan saya dengan hormat seperti itu. Mereka bahkan nyaris tidak menyapa saya. Apa rahasianya?"
Pendeta itu menjawab: "Cucu-cucu saya berpikir, saya dua generasi lebih dekat dengan Adam dan Hawa, dua individu yang dibuat oleh tangan Tuhan. Jadi mereka menghormati saya. Namun, menurut filosofi yang Anda ajarkan ... cucu Anda berpikir Anda adalah dua generasi lebih dekat dengan monyet. Jadi, mengapa mereka harus menghormati Anda?"
[Diambil dari: https://www.masamos.com/2018/06/kumpulan-humor-kristen-tentang-pendeta.html]
“Berdirilah di hadapan orang tua, hormatilah mereka. Takutlah akan Allahmu. Akulah TUHAN.”
—Imamat 19:32, AYT
|