KIAT PEMBINA
Lima Cara Alkitab Mengajar Kita untuk Menghidupi Kasih
"Datanglah, hai orang berdosa, datanglah! Datanglah, hai orang berdosa, datanglah! Oh, betapa ajaib kasih yang menyambut orang berdosa!" (Diambil dari Come Sinners, Come oleh Isaac Wardell.)
Terdapat hari-hari yang rasanya mustahil untuk menghindari dosa. Kadang, hal itu terjadi ketika saya harus berhadapan dengan ketamakan, ketaksabaran, dan kesombongan dalam hati saya. Pada lain waktu, saya merasa terkungkung dengan kekerasan, kebencian, dan ketakutan yang menekan dari sekeliling saya. Yang dapat saya rasakan hanyalah kebekuan, kehancuran, begitu banyak adu argumen di Facebook, hingga akhirnya saya hanya bisa duduk meringkuk, tidak mau meninggalkan tempat duduk.
"Bagaimanakah orang dapat menghadapi kebencian yang sembrono?" tanya Raja Theoden kepada Aragorn dalam The Lord of the Rings: The Two Towers. Sejujurnya, mungkin saya menanyakan pertanyaan yang sama setiap beberapa hari.
Jika saat ini Anda juga sedang mengajukan pertanyaan itu, mari datang kepada Kitab Suci dan merenungkannya bersama. Ada banyak kitab yang berlainan dalam Alkitab, tetapi jika ada satu kesamaan yang mengikatkan semuanya, itu adalah kasih. Allah bukan sekadar memiliki kasih -- Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:8). Kasihlah yang membuat Kristus melakukan tindakan penebusan di kayu salib (Yohanes 3:16). Semua perintah dalam hukum Ibrani, atau yang diberikan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama, berpusat pada mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Kasih Allah, menurut Yesaya, bahkan lebih besar dan lebih kuat daripada pengabdian seorang ibu yang mengasuh anaknya (Yesaya 49:15).
Namun, bagaimana kita dapat mewujudkan kasih seperti ini dalam kehidupan kita? Seperti apakah itu? Teladan apa yang dapat kita temukan dalam Kitab Suci untuk menginspirasi kita agar tetap mengasihi, tidak peduli betapa pun gelap dan dinginnya kekelaman dalam hidup?
Berikut ini lima cara yang indah bagaimana Alkitab mengajar kita untuk hidup dengan kasih.
1. Mengangkat yang terpuruk, mengembangkan yang kecil, dan menolong yang lemah.
Namun, Yesus berkata, "Biarkanlah anak-anak kecil itu. Jangan menghalangi mereka datang kepada-Ku sebab Kerajaan Surga adalah milik orang-orang yang seperti anak-anak kecil ini." (Matius 19:14)
Ini adalah salah satu peristiwa favorit saya dalam kitab-kitab Injil. Di dalam masyarakat yang, dengan berbagai cara, memperlakukan anak-anak hanya sedikit lebih penting daripada properti/barang kepunyaan, Yesus menolak membiarkan mereka dikesampingkan. Sebaliknya, Ia menghabiskan waktu bersama mereka, memberkati mereka, dan mengadakan penekanan khusus untuk mengajarkan kepada murid-murid-Nya bahwa Kerajaan-Nya terdiri dari "orang-orang yang seperti anak-anak kecil ini". Saya pikir tidak ada pujian yang lebih tinggi!
Sepanjang pelayanan-Nya, Yesus juga memberkati dan bekerja bersama para wanita -- kelompok orang yang juga hanya dianggap sebagai properti/barang kepunyaan dengan derajat lebih rendah dalam banyak budaya kuno. Ia mengajar mereka (Yohanes 4; Lukas 10:39), menyembuhkan mereka (Markus 5:24-34), bahkan memilih untuk menyatakan Diri-Nya yang bangkit pertama kali kepada seorang wanita, dan mengutusnya untuk menjadi yang pertama membawa kabar Injil Kebangkitan (Yohanes 20).
Kita dapat meneladani kasih yang Kristus tunjukkan kepada orang-orang miskin, yang terpinggirkan, dan yang sakit. Belajar dari teladan-Nya, kita dapat mengingat untuk bersikap baik kepada anak-anak dan mereka yang dikucilkan secara sosial. Kita dapat selalu mengingat untuk menyatakan kasih dengan memprioritaskan mereka yang tidak dipedulikan oleh siapa pun.
2. Bersabar satu sama lain.
"Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain ...." (Kolose 3:12-13)
Bukankah ini merupakan kenyataan yang menghibur, yakni bahkan di tengah sesama orang percaya, "sabar seorang terhadap yang lain" tetap saja masih begitu sulit? Bagi kebanyakan orang, kesabaran bukanlah sesuatu yang datang begitu saja secara alami. Akan tetapi, kita dapat meningkatkan kesabaran dalam hati dengan berpaling kepada Firman Allah, dan mengingat kesabaran-Nya yang tertinggi.
"Tuhan tidak pernah berlambat-lambat memenuhi janji-Nya seperti yang dianggap beberapa orang sebagai keterlambatan. Sebaliknya, Ia sabar terhadapmu karena Ia tidak ingin seorang pun binasa, tetapi supaya semua orang dapat datang kepada pertobatan." (2 Petrus 3:9)
Menurut Petrus, Allah rindu agar setiap kita memiliki hidup dan relasi yang benar dengan Dia. Apabila Allah yang kekal dan kudus bisa menunjukkan kemurahan yang sedemikian terhadap kita yang keras hati, tidak bisakah kita menunjukkan sebagian saja kemurahan itu terhadap satu sama lain? Kesabaran di tengah rasa frustrasi dan pencobaan adalah salah satu contoh kasih Alkitab yang paling gemilang.
3. Bermurah hati.
Ada dua aspek kemurahan hati. Pertama, yang paling sering terpikir oleh kita ketika mendengar perintah "memberi", ialah aspek materi. Sebab, sebagaimana dinasihatkan oleh Yakobus,
"dan seorang di antaramu berkata kepadanya, 'Pergilah dalam damai, semoga tubuhmu dihangatkan dan dikenyangkan,' tetapi kamu tidak memberikan kepadanya apa yang diperlukan tubuhnya, apa gunanya itu?" (Yakobus 2:16)
Alkitab memiliki banyak ayat yang mengingatkan kita bahwa hidup dengan kasih berarti memberi dengan kasih.
Namun, kemurahan hati bukan semata-mata soal uang. Bila kita mengikuti teladan Kristus dan para pahlawan dalam Alkitab, kita mengerti bahwa murah hati berarti hidup dengan semangat berkorban dan berpusat pada kepentingan orang lain. Hal itu berarti hidup dengan kebaikan, mendorong sesama, dan melakukan perbuatan baik satu sama lain.
"Karena itu, kuatkanlah satu dengan yang lainnya dan saling membangunlah, ...." (1 Tesalonika 5:11)
"Saling menolonglah dalam menanggung beban supaya kamu menaati hukum Kristus." (Galatia 6:2)
4. Melepaskan pengampunan.
Pada saat kita tersakiti, sangat mudah bagi kita untuk memberi ruang tersembunyi dalam hati untuk memupuk kepahitan, bahkan dalam waktu lama setelah saling memaafkan. Dan, meski kadang perlu mengubah atau memutuskan relasi, pengampunan sejati memerdekakan kita dan membawa kita lebih dekat kepada Tuhan.
"Sabarlah seorang terhadap yang lain, dan saling mengampunilah jika ternyata ada seorang yang bersalah terhadap yang lain. Sama seperti Tuhan telah mengampunimu, maka kamu juga harus saling mengampuni." (Kolose 3:13)
Berdasarkan Markus 11:25, mengampuni orang lain adalah tindakan meneladani Allah. Allah mengampuni dosa kita secara cuma-cuma. Allah menawarkan persahabatan kepada Zakeus sebelum ia bertobat dari dosanya. Ia menjanjikan hidup kekal kepada penjahat di kayu salib, yang tidak lagi mempunyai kesempatan untuk berusaha hidup dengan saleh. Pengampunan, yang kita saksikan dalam Alkitab, ialah jalan menuju keutuhan.
"Karena itu, hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan supaya kamu sembuh." (Yakobus 5:16)
5. Menepati janji.
Menghidupi hidup yang penuh kebenaran mungkin adalah salah satu cara yang paling nyata untuk menyatakan kasih Allah kepada orang-orang di sekitar Anda. Namun, hal itu menuntut lebih dari sekadar kejujuran, melainkan menepati kata-kata kita. Sebagai umat Allah, Mazmur 89:4 merupakan resolusi yang seharusnya kita perjuangkan.
Aku tidak akan melanggar perjanjian-Ku, dan apa yang keluar dari bibir-Ku tidak akan Kuubah.
Memegang janji sangatlah penting bagi orang Kristen, sebab kita melayani Allah yang penuh kebenaran dan kasih. Dalam hal ini, konsistensi tidak hanya menunjukkan bahwa kita menghormati kebenaran, tetapi juga membantu orang-orang di sekitar kita membangun kepercayaan dalam relasi. Dibutuhkan tindakan kasih yang nyata untuk mempertimbangkan perkataan dan perbuatan kita dengan hati-hati sebelum berbicara.
Orang Kristen melayani Allah yang selalu menepati janji: Ia yang terus menopang Israel sepanjang masa perbudakan di Mesir, pembuangan di Babel, dan pendudukan oleh Romawi. Kita menyembah Kristus yang mengampuni kita entah apa pun yang terjadi, yang murah hati dalam memberi berkat, yang sabar terhadap pelanggaran kita, dan yang berjuang bagi yang terkecil dan terlemah di antara kita. Dengan mengikuti teladan-Nya dalam hal-hal tersebut, mungkin kita dapat mengajar sesama (dan diri kita sendiri) sedikit lebih banyak tentang hidup dengan kasih. (t/Joy)
Unduh Audio
|