WAWASAN WANITA
Delapan Hal yang Orang Kristen Perlu Lakukan Lebih Banyak di Media Sosial
Internet tidak harus menjadi tempat yang mengerikan.
Saya takut bahwa karena media sosial, seluruh dunia dapat melihat kata-kata saya. Itu berarti saya bisa menyakiti lebih dari sekadar hanya orang-orang yang berada di hadapan saya setiap kali saya memilih untuk tidak hidup seperti Yesus.
Namun, apa yang kemudian saya temukan adalah, banyak orang tidak menyadari risiko ini. Kita masih memperlakukan media sosial seolah-olah itu merupakan pengecualian untuk bertanggung jawab atas kata-kata dan tindakan kita.
Kita perlu mengatasi kekuatan yang membuat kita merasa bisa mengatakan apa pun yang kita inginkan di media sosial, dan malah merangkul kekuatan untuk mengatakan apa yang baru saja dibangun. Ketika kita melakukan ini, kita bisa menggunakan media sosial sebagai alat untuk perubahan -- sesuatu yang akan menghormati kehidupan Yesus dan bukannya mempermalukannya.
Sangat mungkin untuk hidup dan mencintai seperti Yesus di media sosial. Adalah mungkin untuk memuliakan Allah dengan aktivitas media sosial kita. Kita hanya memerlukan beberapa panduan untuk mengarahkan kita ke arah yang benar:
1. Berjuang untuk Koneksi, Bukan Perhatian
Ada dua jenis pengguna media sosial: Orang dengan perspektif "Lihatlah saya!" dan orang dengan perspektif "Mari terhubung!". Media sosial dibuat untuk yang terakhir.
Ini tidak berarti Anda tidak dapat berbagi karya Anda dengan orang lain secara daring. Ini berarti Anda tidak boleh menggunakan suka dan berkomentar sebagai validasi untuk diri Anda sendiri. Bertujuanlah untuk terhubung.
2. Jadilah Transparan, Tetapi Jangan Terlalu Transparan
Yesus mengungkapkan informasi pribadi kepada murid-murid-Nya, bukan untuk semua orang. Ini berarti kita harus berusaha untuk bersikap transparan dengan orang-orang yang mencintai kita dan berada di sekitar kita dalam kehidupan nyata. Sementara media sosial membuka hidup kita ke seluruh dunia, seluruh dunia tidak perlu mengetahui tentang segala hal. Jadilah transparan, tetapi kebanyakan dengan teman dekat Anda dalam kehidupan nyata.
3. Tanyakan pada Diri Sendiri: Bisakah Saya Mengatakan Hal yang Sama Ini di Depan Seseorang?
Media sosial menjauhkan kita dari dampak kata-kata kita. Kita bisa mengatakan sesuatu dan kemudian berjalan menjauh dari keyboard kita, menjadi buta terhadap bagaimana orang lain bereaksi terhadapnya.
Namun, hanya karena kita tidak bisa melihat dampak kata-kata kita dalam kehidupan nyata tidak berarti kata-kata kita tidak membuat percikan. Jika kita mengatakan hal-hal yang tidak akan menjadi kata-kata yang akan kita katakan di depan wajah seseorang, kita seharusnya tidak mengatakannya sama sekali.
4. Jangan Terpengaruh dengan Budaya "Katakanlah Apa yang Harus Dikatakan"
Pada media sosial, semua orang "mengatakan apa yang perlu dikatakan". Namun, ketika semua orang melakukannya, sulit untuk menyaring apa yang sebenarnya perlu dikatakan. Cara yang lebih baik untuk menyampaikan pesan adalah mengatakan apa yang perlu dikatakan, tetapi juga menghayatinya dalam kehidupan nyata. Inilah yang Yesus lakukan. Dia memberikan Khotbah di Bukit, dan kemudian segera sesudahnya, Dia mulai menyembuhkan orang. Sebuah pesan lebih baik dikomunikasikan bila tidak hanya dikatakan, tetapi juga dilakukan.
5. Belajar Mendengarkan Lebih Baik
Ketika orang melihat status yang tidak mereka setujui, mereka dengan cepat menyatakan pendapat mereka pada bagian komentar. Namun, ini membuat kita tidak bisa mendengarkan. Dalam kehidupan nyata, kita harus menunggu giliran kita untuk berbicara, tetapi dengan adanya bagian komentar, kita hanya perlu menggulir ke bawah. Beginilah cara beberapa artikel dan diskusi daring bisa begitu lepas kendali -- orang menolak untuk mendengarkan dan malah mengalihkan topik menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda.
Alih-alih cepat menyuarakan pendapat Anda, cernalah kata-kata yang Anda baca terlebih dahulu. Tawarkan tanggapan yang bijaksana hanya setelah mendengarkan.
6. Hindari Mengaduk Pot dengan Artikel yang Anda Bagi
Banyak orang Kristen suka mengaduk pot (memperburuk masalah - Red.) melalui artikel yang mereka bagikan pada isu-isu hot-button (isu-isu yang mengundang kontroversi - Red.). Akan tetapi, saya akan mendesak Anda untuk memantau berapa banyak artikel yang Anda bagikan yang sesuai dengan ideologi Anda. Bila Anda melakukannya, Anda dapat mengarah pada bahaya membuat keyakinan Anda murni hanya tentang berdebat pendapat daripada hidup untuk Kristus, yang merupakan pesan buruk untuk dinyatakan kepada orang-orang yang tidak percaya.
Anda tidak perlu mengaduk panci untuk menunjukkan kepada orang-orang tentang Kristus; Anda hanya perlu hidup dan mengasihi seperti diri-Nya.
7. Jangan Berkomentar Rasis
Yang ini sudah jelas, tetapi rupanya perlu dikatakan. Hanya karena teman Anda di media sosial berbagi nilai yang sama tidak berarti Anda dapat mengatakan apa pun yang Anda inginkan kepada mereka. Sebenarnya, saat Anda berada di media sosial, Anda tidak hanya berbicara kepada teman Anda -- Anda sedang berbicara kepada dunia. Dan, satu hal yang dunia tidak butuhkan adalah kata-kata untuk mengabadikan stereotip dan kebencian rasial.
8. Hindari Menjadi Kejam bagi Para Blogger
Media sosial bukanlah jalan keluar di mana Anda dapat menjadi kejam kepada yang lain karena Anda tidak setuju dengan mereka. Jika kita tidak menyukai karya seni seseorang, kita harus secara konstruktif mengasahnya untuk berpikir lebih baik, tetapi kita seharusnya tidak merobeknya. Seni adalah hal yang pribadi, dan Anda merobek jiwa seseorang setiap kali Anda memilih untuk mengutuk pekerjaan mereka dibanding mempertajamnya. Sebagai gantinya, dorong mereka untuk menjadi lebih baik dengan cara yang lembut.
Media sosial adalah wilayah yang berbahaya, tetapi adalah mungkin untuk hidup seperti Yesus di tengah komplikasinya. Kuncinya adalah melepaskan akal palsu yang membuat kita berpikir bahwa kita dapat melakukan apa pun yang kita inginkan secara daring, dan malah mengadopsi kasih dan karakter Yesus Kristus untuk mengasah kata-kata kita. Pada akhirnya, itulah kata-kata yang akan membuat perbedaan. (t/N. Risanti)
|