Menangis dengan Orang yang Menangis
|
e-Wanita -- Edisi 156/September 2016
|
Salam dalam kasih Kristus,
Menurut Wikipedia, empati merupakan kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain. Kita mungkin sering menerima perlakukan seperti ini, atau bahkan malah kita sendiri yang melakukannya bagi orang lain. Rasa cinta kasih dan kepedulianlah yang menjadi pendorong bagi seseorang untuk berempati terhadap sesamanya. Sebenarnya, apakah sikap empati benar-benar diperlukan dalam kita menjalin relasi dengan orang lain? Apakah penting bagi orang percaya untuk berempati kepada sesama? Apakah firman Tuhan memerintahkan kita untuk berempati? Dan, bagaimana kita dapat menumbuhkan rasa empati di dalam diri kita?
Sajian e-Wanita edisi kali ini akan membahas mengenai empati dan apa kata Alkitab mengenai hal tersebut. Kiranya apa yang sudah kami bagikan ini dapat menolong wanita-wanita Kristen menumbuhkan rasa empatinya sebagai wujud kasihnya kepada sesama, terlebih kepada Tuhan. Bersukacitalah bersama orang yang bersukacita, menangislah bersama orang yang menangis. Kiranya Tuhan Yesus akan senantiasa menyertai dan menolong kita untuk bisa memancarkan kasih-Nya bagi setiap orang yang ada di sekitar kita.
|
DUNIA WANITA
Menangis dengan Orang yang Menangis
Ditulis oleh: Amidya
"Bersukacitalah dengan mereka yang bersukacita, dan menangislah dengan mereka yang menangis." (Roma 12:15)
Di sekitar kita, pastilah kita pernah menemukan orang-orang yang mengalami kesulitan hidup dan membutuhkan pertolongan. Apa yang harus kita lakukan saat menghadapi sesama, saudara, maupun keluarga kita dalam keadaan seperti itu? Dalam hidup kekristenan, sangatlah penting untuk berempati terhadap sesama pengikut Kristen. Empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Memosisikan diri seolah-olah kita sendiri yang tengah mengalami kesulitan tersebut.
Alkitab pernah menuliskan beberapa orang yang menunjukkan empatinya kepada sesamanya. Pertama, ada Ayub dan sahabat-sahabatnya. Dalam Ayub 2:11-13, sahabat-sahabat Ayub mendengar kabar bahwa Ayub sedang ditimpa musibah. Karena itu, mereka bertiga datang ingin berbelasungkawa atas keadaan Ayub saat ini. Ketika mereka melihat Ayub dari jauh, menangislah mereka. Lalu, mereka duduk bersama-sama dengan Ayub di tanah selama tujuh hari tujuh malam. Ketiga sahabat Ayub sangat berempati kepada Ayub. Kita dapat melihat reaksi ketiganya saat mereka memandang Ayub, mereka menangis dengan suara nyaring, bahkan ketiganya sama-sama menemani Ayub duduk di tanah selama tujuh hari tujuh malam. Ketiga sahabat Ayub telah memberikan contoh bahwa mereka telah menangis bersama Ayub, dan mereka menemani Ayub dalam kesusahan hebat yang dialaminya.
Contoh kedua, kita dapat melihat dari Nabi Yeremia. Nabi Yeremia hidup di masa akhir kerajaan Yudea (Israel Selatan). Ia melayani mulai masa Raja Yosia hingga Raja Zedekia. Dengan mata kepalanya, ia melihat bagaimana pasukan Babel yang dipimpin oleh Nebuzaradan, kepala pasukan Nebukadnezar, menghancurkan seluruh kota Yerusalem (2 Raja-Raja 25:2-10). Yeremia menjadi saksi bagaimana hancurnya ibu kota kerajaan Yudea. Bait Allah dihancurkan dan dibakar dengan api; semua penduduk Yerusalem juga dibunuh dan dibakar dengan api, seperti tidak ada pengampunan dari Tuhan bagi penduduk Yerusalem. Yeremia meluapkan seluruh rasa empatinya bagi kota dengan penduduk Yerusalem dengan menuliskan syair yang dapat kita baca dalam kitab Ratapan. Dikutip dari kitab Ratapan, Yeremia sangat berduka dan meratapi keadaan yang terjadi, "Akulah orang yang melihat sengsara disebabkan cambuk murka-Nya. Ia menghalau aku dan membawa aku ke dalam kegelapan yang tidak ada terangnya." (Ratapan 3:1-2) Rasa empati tidak hanya bisa ditunjukkan kepada sahabat maupun keluarga kita, melainkan juga bisa dinyatakan saat melihat kota yang kita diami hancur luluh lantak dan melihat penduduk kota yang kita diami dibunuh dan dibakar dengan keji.
Di masa sekarang ini, rasanya mudah bagi kita untuk mengucapkan, "Aku turut berempati dengan apa yang kamu alami saat ini." Namun, dalam kekristenan, ucapan saja tidaklah cukup. Empati dalam kekristenan perlu didasari dengan kasih. Di dalam Kristus, kita semua adalah anggota dari satu tubuh. Apabila satu anggota kesakitan dan menderita, maka anggota yang lain akan turut menderita (1 Korintus 12:24-26).
Kita harus selalu menunjukkan kebaikan, bahkan kepada orang yang menganiaya kita. Ketika orang lain sedang bersusah hati, kita ikut bersusah hati. Demikian pula sebaliknya, ketika orang lain bersukacita, kita pun larut di dalamnya. Simpati dan empati adalah dua kata yang amat dalam dan penting artinya di dalam memelihara kesatuan. Kita diminta untuk tidak merasa lebih unggul, lebih pandai, atau lebih penting daripada orang lain. Sikap demikian adalah penghancur kesatuan dan kesehatian. Prinsip dalam berelasi sesuai dengan Roma 12:15 adalah menempatkan diri dengan baik, "menangislah dengan orang yang menangis dan bersukacitalah dengan orang yang bersukacita". Dengan demikian, kita akan menjadi pribadi yang menyatakan kasih kepada sesama.
Segala hormat bagi nama Tuhan!
|
WAWASAN WANITA
Apa yang Alkitab Katakan tentang Empati?
Alkitab menunjukkan kualitas empati yang kita lihat ditunjukkan dalam beberapa narasi biblika. Empati adalah kemampuan untuk merasakan perasaan, pikiran, atau tindakan orang lain. Rasul Paulus menasihati orang-orang Kristen untuk "seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati" (1 Petrus 3:8). Rasul Paulus juga mendorong rasa empati ketika ia mendesak sesama orang Kristen untuk "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!" (Roma 12:15).
Empati berkaitan erat dengan simpati, tetapi lebih sempit dan terfokus, dan umumnya dianggap lebih pribadi. Belas kasih, simpati, dan empati semuanya harus dilakukan dengan memiliki hasrat (perasaan) untuk orang lain atas penderitaannya. Empati yang sebenarnya adalah perasaan ikut berpartisipasi dalam penderitaan orang lain.
Rasul Yohanes bertanya, "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17). Belas kasih dalam ayat ini berkaitan dengan empati, dan keduanya memerlukan tindakan. Sebagai orang-orang Kristen, kita diperintahkan untuk mengasihi orang-orang terdekat dan mengasihi sesama orang percaya (Matius 22:39; 1 Petrus 4:8). Meskipun kita berniat untuk mencintai satu sama lain, kita sering kehilangan kesempatan untuk menghilangkan rasa sakit orang lain. Hal itu bisa karena kita tidak menyadari kebutuhan orang lain; atau mungkin kita tidak melatih rasa empati kita. Empati adalah kunci yang dapat membuka pintu kebaikan dan belas kasih kita.
Ada beberapa contoh tentang empati dalam Alkitab. Yesus selalu peka terhadap penderitaan orang lain. Matius mengatakan kepada kita bagaimana Yesus "Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala" (Matius 9:36). Pada kasus yang lain, Yesus mengamati seorang janda yang akan mengubur anaknya. Merasakan kesedihannya (Alkitab NLT mengatakan bahwa "hati Yesus melimpah dengan belas kasihan"), Ia mendekati prosesi pemakaman dan membangkitkan pemuda itu (Lukas 7:11-16). Karena memiliki kehidupan sebagai manusia, Tuhan kita bisa dan berempati dengan segala kelemahan kita (lih. Ibrani 4:15).
Kata "belas kasih" menggambarkan belas kasih yang mendalam dari Allah. Allah adalah yang terbaik dalam berempati: "Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu" (Mazmur 103:14). Ia secara pribadi merasakan sakit dari umat-Nya: "Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?" (Mazmur 56:8). Betapa leganya mengetahui bahwa Allah mengingat air mata kita dan semua pergumulan kita. Betapa baiknya mengingat ajakan Allah untuk membuang kekhawatiran kita kepada-Nya, "sebab Ia yang memelihara kamu" (1 Petrus 5:7)!
Diterjemahkan dari: |
Nama situs |
: |
Got Questions |
Alamat URL |
: |
http://www.gotquestions.org/Bible-empathy.html |
Judul asli artikel |
: |
What Does the Bible Say About Empathy? |
Penulis artikel |
: |
Tidak dicantumkan |
Penerjemah |
: |
Hossiana |
Tanggal akses |
: |
11 Maret 2016 |
|
|