Teologi bagi Kaum Wanita
|
e-Wanita -- Edisi 157/Oktober 2016
|
Salam dalam kasih Kristus,
Ketika mendengar kata "teologi", beberapa orang mungkin akan menganggapnya sebagai topik atau hal yang berat, yang tidak terjangkau bagi semua orang maupun kalangan. Namun, sadarkah kita bahwa sesungguhnya hidup kita tidak dapat terlepas dari teologi meskipun yang hanya bersifat praktis? Ketika kita membicarakan pemeliharaan Allah, mengajarkan anak untuk berdoa, dan senantiasa berusaha untuk mengasihi sesama, sesungguhnya kita telah mengaplikasikan teologi ke dalam kehidupan sehari-hari. Teologi bukanlah sesuatu yang hanya berlaku dan dibicarakan oleh para pendeta, gembala, maupun mahasiswa-mahasiswa ilmu teologi yang memiliki panggilan hidup untuk melayani di ladang Tuhan. Teologi, yang berasal dari kata "Theo" (Yunani: Tuhan) dan "logos" (Yunani: pengetahuan) adalah juga suatu pengetahuan yang mesti diserap, dipahami, dan diaplikasikan dalam kehidupan setiap orang percaya untuk dapat semakin memahami kehendak Tuhan dan menjalani panggilan sebagai pengikut Kristus.
Untuk lebih dalam membicarakan pentingnya teologi bagi kaum wanita, terutama dalam menjalani peran dan tanggung jawabnya, edisi e-Wanita pada bulan Oktober ini akan mengetengahkan artikel tentang peranan teologi bagi kehidupan para ibu di tengah-tengah keluarga, serta sebuah artikel yang menampilkan profil tokoh seorang teolog wanita, Marianne Katoppo. Ada banyak hal menarik dan berguna yang dapat kita ambil dari kedua artikel tersebut sehingga kami berharap publikasi e-Wanita edisi 157 ini sungguh menjadi berkat bagi Anda.
|
DUNIA WANITA
Para Ibu juga Membutuhkan Teologi
Apa hal pertama yang Anda pikirkan ketika Anda mendengar kata "teologi"?
Apakah Anda berpikir tentang kata-kata yang sulit diucapkan, atau buku berdebu dari abad yang lalu, atau mungkin khotbah yang panjang? Jika Anda harus memilih antara belajar teologi dan membaca buku tentang tip praktis untuk kehidupan sehari-hari Anda, mana yang akan Anda pilih?
Bagi banyak dari kita para ibu, pikiran tentang belajar teologi tampaknya jauh melampaui apa yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita mungkin berpikir, pada tahap ini dalam hidup saya, saya tidak bisa belajar teologi. Hidup saya dihabiskan dan dipenuhi dengan tugas sehari-hari seorang ibu. Mungkin kita berpikir bahwa waktu kita lebih baik digunakan dengan membaca tentang cara-cara untuk membantu anak kita tidur, atau tentang pilihan nutrisi terbaik untuk anak kita yang sedang dalam masa pertumbuhan, atau bagaimana mencegah anak prasekolah kita dari membuat ulah di tengah-tengah jalur pemeriksaan.
Namun, sebenarnya kita sangat membutuhkan teologi untuk semua tugas kita sehari-hari sebagai ibu. Kita perlu teologi untuk pergumulan waktu menjelang tidur, kekhawatiran memberi makan, toko kelontong, dan segala sesuatu di antaranya.
Apa Itu Teologi?
Kata "teologi" berasal dari kata Yunani 'theos' (Tuhan) dan 'logos' (kata atau kumpulan pengetahuan). Teologi adalah kumpulan pengetahuan tentang Tuhan, atau secara sederhana, studi tentang Tuhan. Sebagai orang Kristen, kita harusnya ingin tahu dengan semua yang kita bisa tentang Tuhan. Bagaimanapun, Dia adalah Pencipta, Yang Menjadikan kita, Penopang, dan Juru Selamat kita.
Namun, belajar teologi hanyalah langkah pertama. Kita juga harus menerapkannya. Dan, ketika teologi bersinggungan dengan kehidupan sehari-hari, kita menemukan bahwa itu bukan hanya bagi para dosen seminari, tetapi untuk kita semua.
Apa yang kita yakini tentang Tuhan, siapa Dia, apa yang telah Dia lakukan, dan siapa kita dengan mengingat semuanya itu, bukan hanya untuk studi dan debat belaka. Kata-kata seperti penyalahan, pembenaran, penebusan, dan pemilihan sangat memengaruhi kehidupan kita hari demi hari. Mereka membentuk siapa diri kita.
Ketika anak Anda sakit dan dokter tidak tahu penyebabnya sehingga mereka menyuruh untuk dilakukan lebih banyak tes, teologi Andalah yang memberi tahu Anda bahwa Allah berdaulat memegang kendali atas segala sesuatu. Ini memberi tahu Anda bahwa Allah tidak tidur -- bahwa Dia tidak melupakan Anda. Semuanya berada di bawah kendali-Nya, dan Dia tidak terkejut dengan salah satu keadaan Anda. Teologi Anda mengingatkan Anda pada saat itu bahwa maksud-Nya untuk Anda adalah baik, dan bahwa Dia bekerja dalam segala sesuatu untuk kebaikan Anda dan kemuliaan-Nya (Roma 8:28).
Ketika Anda berbicara kasar memarahi anak Anda, teologi Andalah yang mengingatkan Anda bahwa Yesus datang untuk mati bagi dosa-dosa itu. Ini memberi tahu Anda bahwa Yesus menjalani kehidupan yang sempurna, tidak pernah tidak baik, selalu penuh kasih, dan kebenaran-Nya telah dipercayakan kepada Anda di dalam Dia melalui iman. Ini memberi tahu Anda bahwa Dia sedang bekerja di dalam Anda, bahkan sekarang membuat Anda bertobat dan memurnikan pekerjaan yang Dia mulai dalam diri Anda.
Ketika makna diri Anda bergabung menyatu dengan peran Anda sebagai ibu, teologi Andalah yang mengingatkan Anda bahwa identitas Anda ditemukan di dalam Kristus. Ini tidak ditemukan di seberapa sukses Anda sebagai seorang ibu, atau seberapa baik perilaku anak Anda, atau seberapa rapi dan bersih Anda menjaga rumah Anda. Arti, tujuan, signifikansi, dan identitas Anda didasarkan pada siapa Anda sebagai anak Allah yang ditebus dan diadopsi.
Ketika Anda kelelahan setengah mati dan anak Anda sakit, sedangkan suami Anda berada di luar kota untuk bekerja dan Anda mengira tidak akan bisa bertahan sampai ia kembali, teologi Andalah yang memberi tahu Anda bahwa Allah akan memberikan rahmat yang Anda perlukan pada saat ini. Teologi Andalah yang mengingatkan Anda bahwa Anda tidak dapat menjalani kehidupan Anda dengan kekuatan sendiri dan bahwa, tanpa Yesus, Anda tidak dapat melakukan apa-apa. Ini memberi tahu Anda bahwa perhentian dan pengharapan Anda ditemukan dalam Kristus dan bahwa Anda dapat memercayai Dia untuk menopang Anda.
Harapan yang Nyata, Kebijaksanaan yang Nyata, Perdamaian yang Nyata
Sebagai para ibu, adalah mudah tergoda untuk berpikir bahwa apa yang kita butuhkan untuk membuat hidup kita lebih baik adalah solusi yang cepat -- sesuatu yang nyata yang dapat kita terapkan besok untuk membuat hal-hal berjalan lancar dan nyaman. Ketika tantangan sehari-hari mengurus keluarga dan membesarkan anak-anak menenggelamkan kita, kita berpikir bahwa apa yang paling kita butuhkan adalah ide segar atau teknik baru, maka semuanya akan baik-baik saja. Jadi, dalam beberapa saat ketika kita punya waktu untuk berpikir dan membaca, kita akan mencari buku-buku dan artikel yang praktis, berharap bahwa beberapa tip baru akan mengubah keadaan.
Meskipun buku dengan tip praktis berguna untuk beberapa hal, harapan yang diberikan bisa jadi hanya sebentar. Sebenarnya, dalam teologilah, dalam pengenalan kita tentang siapa Allah dan apa yang telah dilakukan-Nya, itulah yang memberi kita harapan yang nyata, kebijaksanaan yang nyata, dan damai nyata yang kita butuhkan dalam hidup kita -- itulah yang bertahan lama. Teologilah -- yaitu mengenal Allah -- yang menjadi jangkar kita di tengah kekacauan menjadi seorang ibu.
Jadi para ibu, teologi tidak hanya untuk para pendeta, guru, dan dosen; itu untuk Anda juga. Dan, itu bukan untuk tahap lain dari kehidupan. Teologi itu penting bagi Anda di sini, saat ini, dalam relung kehidupan sehari-hari Anda sebagai seorang ibu.
|
POTRET WANITA
Teolog Wanita, Marianne Katoppo
Ditulis oleh: N.Risanti
Marianne Katoppo adalah putri dari Elvianus Katoppo, Menteri Pendidikan pada zaman Negara Indonesia Timur sekaligus tokoh pendiri Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), yang lahir pada tanggal 9 Juni 1943 di Tomohon, Sulawesi Utara. Selain mendapat gelar Sarjana Teologi dari Sekolah Tinggi Teologi Jakarta pada tahun 1977, Marianne Katoppo juga pernah memperdalam studinya di International Christian University (1964), Tokyo, serta di sebuah sekolah Teologi di Kyoto (1965). Pada tahun 1992, Marianne mendapat gelar theol.lic. dari Institute Oecumenique Bossey, Swiss, sebuah lembaga pendidikan teologi ternama di dunia.
Semenjak kecil, kehidupan yang dijalani oleh Marianne Katoppo bersama keluarganya adalah kehidupan yang mendukung kesetaraan gender. Tak heran jika persoalan-persoalan kemanusiaan yang terkait dengan penindasan terhadap kaum wanita menjadi passion Marrianne yang terbesar, yang kemudian menjadikannya sebagai seorang teolog wanita. Karyanya yang berjudul "Compassionate and Free: An Asian Woman's Theology" (1979) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, Jerman, Swedia, dan Tagalog, serta dipakai sebagai buku ajar di berbagai sekolah teologi dan seminari di seluruh dunia, menjadikannya sebagai salah seorang teolog feminis pertama di Indonesia serta Asia.
Menurut Mutiara Andalas, SJ, dalam tulisannya "One Billion Rising: Marianne Katoppo (II)", "teologi Marianne Katoppo mengalir dari refleksi naratifnya sebagai seorang perempuan kristiani Asia yang mendaku kembali identitasnya sebagai ciptaan merdeka dan menanggapi panggilan Allah untuk peduli terhadap para *liyan yang menderita di dunia global." Bagi Marianne, kebebasan adalah sesuatu yang terkait erat dengan belas kasih, dan seharusnya juga digunakan untuk membebaskan individu lainnya. Masih menurut Andalas, "Marianne memandang penderitaan kaum perempuan dan perjumpaan mereka dengan Allah sebagai sumber penting dalam teologi perempuan Asia." Berbeda dari teologi yang diusung oleh teolog perempuan lainnya, teologi Marianne Katoppo tidak hanya sekadar mengedepankan kesetaraan gender, melainkan juga kepada panggilan Allah untuk peduli dan berjuang bagi mereka yang tertindas oleh karena sistem, budaya, maupun politik.
Kegelisahan, pergumulan, suasana batin, serta gagasannya akan kebebasan wanita yang sejati adalah warna yang sangat mendominasi karya-karya novel Marianne sebagai seorang penulis. "Dunia Tak Bermusim" (1974), "Anggrek Tak Pernah Berdusta" (1977), "Terbangnya Punai" (1978), "Rumah di Atas Jembatan" (1981) adalah karya-karyanya dalam dunia sastra Indonesia yang sering kali juga mencerminkan sikap teologinya mengenai perempuan. Melalui novelnya "Raumanen", yang bernada suram dan bercerita mengenai kisah cinta yang terbentur karena perbedaan budaya dan prinsip, Marianne Katoppo meraih penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta (1975), Yayasan Buku Utama (1978), serta South East Asian Writer Award (1982).
Selain menjadi teolog, penulis, aktivis, dan pencetak opini, Marianne juga pernah menjabat sebagai anggota dari Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia. Selain itu, ia juga merupakan anggota pendiri dan mantan Koordinator Ecumenical Association of Third World Theologians (EATWOT) Indonesia (1982), Forum Demokrasi (1991), Kelompok HATI (1980), dan International Council WCRP. Tetap melajang sampai akhir hayatnya, Marianne Katoppo akhirnya menutup usia pada tanggal 12 Oktober 2007. Bersama teologinya, ia akan dikenang sebagai salah satu wanita yang berjuang untuk menjalani panggilan Tuhan melalui karya dan kehidupannya.
Catatan: *liyan: 'the others', atau 'yang lain'. Dalam konteks ini, liyan adalah sesuatu yang tidak dianggap, tidak bermakna, dan tidak penting dalam kehidupan.
|
|
Situs Kamus SABDA
|
Kesulitan untuk mengetahui arti suatu kata tak lagi menjadi tantangan bagi kita. Sebab, situs kamus SABDA menjadi solusinya.
Melalui situs Kamus SABDA, kita bisa belajar tentang jenis kata, arti kata, keluarga kata, bahkan menyelidiki kata-kata tertentu sehingga kita bisa mengetahui maknanya dan bisa memahami penggunaan sebuah kata dengan tepat. Situs Kamus SABDA menyajikan empat jenis kamus dalam bahasa Indonesia, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Seasite, Kamus Thesaurus, dan Kamus Indonesia; dan dalam bahasa Inggris terbagi menjadi Wordnet Dictionary, Cide Dictionary, Oxford Dictionary, Devil Dictionary, Thesaurus, dan Roget Thesaurus. Situs ini juga bisa Anda akses melalui mobile. Silakan berkunjung ke situs Kamus SABDA dan bagikan berkat-Nya!
Kunjungi sekarang juga
|
|