Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2025/09/06 |
|
![]() |
|
Sabtu, 6 September 2025 (Minggu ke-12 sesudah Pentakosta)
|
|
Tahu diri berarti sadar keberadaan diri sendiri di tengah relasi dengan sesama. Jadi, bisa menempatkan diri dengan tepat, tidak mempermalukan diri sendiri maupun orang lain. Yesus mengajak orang untuk tahu diri. Pada saat kita mendapat undangan ke pesta perkawinan, kita boleh meyakini bahwa kita dihargai dan dihormati oleh sang pengundang. Namun, kita tidak pernah tahu siapa saja orang-orang yang diundang olehnya. Kita juga tidak tahu seberapa besar penghormatan sang pengundang kepada kita dibandingkan kepada tamu undangan lainnya. Jadi, jangan sampai kita menempatkan diri sendiri di tempat terhormat tanpa dipersilakan oleh sang pengundang. Jangan sampai kita mempermalukan diri sendiri karena diminta pindah dari tempat terhormat dan pada saat yang sama mempermalukan tuan rumah yang harus meminta kita pindah (8-9). Baiklah kita menempatkan diri di tempat yang rendah, tahu diri bahwa kita hanya salah satu undangan. Perkara nantinya ternyata kita dihormati dengan diminta pindah ke tempat yang lebih terhormat (10), itu hal lain. Tahu diri menjadi kunci dalam berelasi dengan orang lain karena bisa menjaga relasi itu tetap wajar dan terpelihara baik. Orang lain tentu bisa merasa kesal kalau kita selalu merasa dan menempatkan diri sebagai orang terhormat atau berstatus lebih tinggi daripada dia. Sebaliknya, orang akan merasa nyaman berelasi dengan kita karena kita bertindak sewajarnya dan tidak sesuka sendiri. Mari menjadi orang yang tahu diri. Kalau ada teman sedang berbicara atau curhat, ya kita diam, mendengarkan dengan penuh empati. Kalau ada teman yang merasa tidak nyaman dengan candaan kita, ya hentikan. Kalau ada teman yang suka mentraktir, ya kita balik mentraktir pada lain waktu. Kalau ada teman baru saja melahirkan, ya jangan asal cium bayinya, lalu sok tahu menasihati. Masih banyak lagi bentuk tahu diri yang lain, yang tentunya akan menjaga relasi kita dengan keluarga, teman, sahabat, dan kolega kita. Ah, indahnya tahu diri, indahnya relasi yang terpelihara dengan sangat baik. [KRS] Baca Gali Alkitab 10 Yesus memperingatkan orang-orang agar tidak memilih tempat kehormatan untuk menghindari rasa malu jika diminta untuk memberikan tempat itu kepada orang lain yang lebih terhormat. Nasihat ini mengajarkan pentingnya sikap rendah hati dan tidak memandang diri terlalu tinggi di hadapan orang lain. Yesus menunjukkan bahwa dengan memilih tempat terendah, kita menghindari kemungkinan rasa malu karena harus menyerahkan tempat kepada orang lain yang lebih terhormat. Sikap ini memberikan kesempatan kepada tuan rumah untuk memberikan penghormatan kepada kita dengan mengundang kita ke tempat yang lebih tinggi. Hal ini mencerminkan prinsip Kerajaan Allah, yaitu kebesaran dan kehormatan sejati datang dari sikap rendah hati. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |