Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2013/07/30 |
|
Selasa, 30 Juli 2013
|
|
Judul: Akrab dengan Tuhan Setelah peristiwa anak lembu emas, Musa membentangkan sebuah kemah di luar perkemahan orang Israel agar setiap orang yang mencari Tuhan dapat datang ke kemah itu (7). Ini merupakan anugerah bagi bangsa Israel (5), mengingat mereka adalah bangsa yang telah berdosa terhadap Tuhan. Dosa menghalangi keakraban mereka dengan Tuhan. Namun anugerah-Nya tetap nyata bagi mereka melalui kemah pertemuan. Di kemah pertemuan itu, Tuhan berbicara dan menyatakan janji penyertaan kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya (11). Hal ini menunjukkan keakraban antara Tuhan dengan Musa, bukan semata-mata teofani (penampakan atau penyataan). Keberanian Musa meminta untuk melihat kemuliaan Tuhan dan kesediaan Tuhan mengizinkan Musa untuk melihat belakang-Nya, menunjukkan eratnya keakraban antara Musa dengan Tuhan. Bisa akrab dengan Allah tentu merupakan anugerah Allah. Anugerah yang direspons dengan penyembahan dan ketaatan pada kehendak-Nya. Maka umat Tuhan yang bergaul akrab dengan-Nya akan dapat melihat Dia. Tentu tidak harus selalu melihat dengan mata jasmani, melainkan merasakan dan menikmati hadirat Tuhan. Bagi kita umat Kristen, Kristuslah pengantara kita yang mempersatukan kita dengan Allah. Melihat Kristus berarti melihat Allah karena di dalam Dialah seluruh kepenuhan Allah berada (Kol. 1:19). Di dalam Kristus, kita dapat bergaul akrab dengan Allah, melalui persekutuan pribadi dengan Allah tiap-tiap hari. Namun tentu keakraban itu harus direspons dengan hidup suci dan taat pada firman-Nya. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |