Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2012/04/06 |
|
Jumat, 6 April 2012
|
|
Judul: Ditinggalkan Allah Apa yang dialami Yesus saat di kayu salib jauh berbeda. Seruan-Nya, "Eloi, Eloi lama sabakhtani?" mewakili kepedihan hati-Nya ditinggalkan Allah Bapa yang sejak kekekalan ada dalam kesatuan Trinitas: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Apa yang dialami Yesus jauh lebih dahsyat dari semua pengalaman manusia siapa pun mengenai ditinggalkan seseorang yang terkasih. Di dunia yang tercemar dengan dosa, Yesus harus terpisah dengan Allah, Bapa yang sangat dikasihi-Nya itu, karena memikul dosa seisi dunia. Demi penebusan dosa-dosa Anda dan saya Dia rela ditinggalkan oleh Allah Bapa. Itu sebabnya kematian Yesus, keterpisahan-Nya dengan Allah Bapa menjadi peluang untuk manusia diperdamaikan dengan Allah Bapa. Hal itu secara simbolik dinyatakan lewat koyaknya tabir Bait Suci yang memisahkan ruang maha suci dari ruang suci. Tidak heran muncullah pengakuan si kepala pasukan, "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!" Jika Yesus sedemikian menderitanya terpisah dari Allah Bapa agar kita dipisahkan dari dosa untuk selama-lamanya, masakah kita masih tidak rela untuk terpisah dari dosa demi terhubung dengan Allah untuk selama-lamanya? Kiranya Jumat Agung kali ini (dan juga Jumat Agung-Jumat Agung yang akan datang) boleh membawa kepada kita semua penghayatan yang baru akan betapa seriusnya dosa di mata Allah. Kiranya kita semakin menyadari betapa Kristus sudah membebaskan kita semua dari belenggu dosa tersebut agar kita dapat menikmat relasi yang abadi dengan Allah Bapa dan juga bersama Tuhan Yesus kelak. Amin. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |