Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2023/03/15 |
|
Rabu, 15 Maret 2023 (Minggu Pra-Paskah 3)
|
|
Allah kita tidak mungkin melakukan ketidakadilan. Tetapi, dalam penderitaan, kita kadang merasa bahwa Allah tidak adil. Inilah juga yang dirasakan Ayub. Ayub mengeluh karena teman-temannya sudah berulang kali menghina dia (2-3). Terhadap tuduhan mereka, ia ingin agar mereka mengetahui bahwa "Allah telah berlaku tidak adil terhadap aku dan menebarkan jala-Nya atasku" (6). Walaupun ia berteriak, tidak ada yang datang menolong karena Allah telah menutup jalannya dan melenyapkan kemuliaannya (7-10). Allah murka pada dirinya (11-12). Ia menjauhkan semua saudara dan kaum kerabatnya, hingga tidak ada seorang pun yang peduli lagi dengannya (13-20). Karena itu, ia memohon supaya teman-temannya mengasihani dirinya (21-22). Namun, dalam keadaan yang sangat terpuruk seperti itu, Ayub percaya bahwa "Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu" (25); bahwa "Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku pun (TB; "dalam dagingku", AYT) aku akan melihat Allah, yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku ..." (26-27). Ayub merasa Allah memperlakukan dia secara tidak adil dengan menimpakan semua malapetaka itu. Dalam keyakinannya akan dirinya yang tidak berdosa, Ayub percaya bahwa pada akhirnya ada penebusnya yang memihak kepadanya, dan akhirnya dia akan bangkit dan melihat Allah. Apakah Allah bisa tidak adil? Tentu saja, tidak. Tetapi, memang umat Allah sendiri-seperti Ayub-dapat dengan keliru berpikir bahwa Allah sedang memperlakukan dirinya secara tidak adil. Ketika kita membandingkan hidup kita dengan orang fasik, lalu melihat bahwa orang fasik lebih mujur, sedangkan kita dilanda begitu banyak penderitaan, maka kita mungkin merasa bahwa Allah berlaku tidak adil terhadap kita. Walau dapat dimaklumi, pikiran bahwa Allah bersikap tidak adil adalah salah. Kita harus cepat bertobat jika berpikir seperti itu! Memang keadilan yang sepenuhnya baru akan terlihat pada pengadilan terakhir nanti, tetapi bukan berarti sekarang ini Allah berlaku tidak adil terhadap kita. [INT]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |