TIP
Pemimpin Kristen dengan Kehidupan Doanya
Alkitab penuh dengan nama-nama pemimpin, baik pemimpin yang hidupnya sesuai dengan kehendak Tuhan maupun pemimpin yang menyakiti hati Allah. Tentu, kita tidak ingin menjadi sama dengan pemimpin yang menyimpang dari kehendak Allah.
Pemimpin yang mengikuti kehendak Allah sangat dipengaruhi oleh kehidupan doanya. Dari doa yang dipanjatkan oleh seorang pemimpin, kita dapat mengetahui sejauh mana kedalaman relasinya dengan Allah. Nehemia adalah salah satu pemimpin yang telah mengisi hidupnya dengan relasi yang intim dengan Allah melalui doanya. Nehemia memberi kita sebuah model doa yang berhasil. Nehemia telah berhasil dalam menjalankan kepemimpinannya karena dia memiliki pola doa yang luar biasa. Nehemia adalah manusia biasa dan pemimpin biasa. Akan tetapi, doanya telah membantunya untuk mengalami kuasa dari tempat mahatinggi.
Bagaimana pola doa yang telah dikembangkan oleh Nehemia dalam upaya melaksanakan tanggung jawab kepemimpinannya? Berikut penjelasannya.
1. Berdoa sesuai karakter Allah.
Karakter Allah selalu mendengar dan menjawab doa yang dinaikkan oleh hamba-hamba-Nya. Dia Allah yang setia. Dia Allah yang dahsyat. Dia Allah yang pengasih. Dia Allah mahabesar. Dia Allah mahakuasa. Dia Allah yang hebat. Dia Allah yang sanggup mengatasi masalah yang dihadapi oleh pemimpin pilihan-Nya.
Nehemia menghampiri Allah dalam karakter-Nya yang agung dan sempurna. Dalam Nehemia 1:5, "... Ya TUHAN, Allah semesta langit, Allah yang mahabesar dan dahsyat, yang berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan tetap mengikuti perintah-perintah-Nya". Ada tiga hal yang dikemukakan oleh Nehemia tentang karakter Allah, yaitu pertama, Engkau mahabesar -- ini menunjuk kepada kedudukan Allah; kedua, Engkau dahsyat -- menunjuk kepada kuasa Allah; ketiga, Engkau berpegang kepada janji-janji -- menunjuk kepada Allah yang pasti menepati janji-Nya.
2. Berdoa mengakui dosa.
Nehemia menempatkan Allah pada posisi yang benar dan dia mengakui dosa-dosanya di hadapan Allah. Ia berkata, "Kami telah berdosa." Berulang-ulang, Nehemia dalam doa pengakuan dosa menyebut dirinya dan kaum keluarga ditandai dengan frase "aku" dan "kami".
Sebenarnya, bukan salah Nehemia ketika bangsa Israel dibuang dan menjadi budak di negeri Babel. Karena ia belum lahir, dapat dikatakan bahwa Nehemia lahir pada waktu bangsanya sudah menjadi tawanan di Babel. Kendati demikian, Nehemia menggolongkan diri dalam masalah bangsanya.
Doa pengakuan dosa Nehemia ini, baik menunjuk kepada dosa pribadi maupun dosa kolektif, merupakan sesuatu yang asing. Akan tetapi, Nehemia telah melakukannya dan meninggalkan teladan bagi kita. Sebagai pemimpin, jangan kita malu mengakui dosa kita karena inilah caranya pemimpin menjalankan kepemimpinannya dan menjadi berkat bagi orang-orang yang dipimpin.
3. Berdoa klaim janji Allah.
Nehemia berdoa kepada Allah dan berkata, "Aku ingin Engkau mengingat apa yang telah Kau katakan kepada hamba-Mu Musa." Nehemia sebagai pemimpin rohani, mengingatkan Allah akan apa yang sudah dijanjikan-Nya pada masa lampau.
Pada masa lalu, Allah memang telah mengikat janji dengan hamba-hamba-Nya seperti Musa. Nehemia sebagai generasi penerus kepemimpinan Musa tentu mengetahui akan janji-janji Allah yang sudah diikrarkan-Nya kepada Musa.
Apakah Allah perlu diingatkan akan janji-Nya? Tentu tidak. Apakah Allah lupa terhadap janji-Nya? Sama sekali tidak. Lalu, mengapa kita harus berdoa mengklaim janji-Nya? Karena dengan berdoa demikian, akan membantu kita untuk mengingat bahwa Allah telah berjanji dan pastinya Ia akan menepatinya.
4. Berdoa secara spesifik.
Nehemia tidak ragu-ragu untuk berdoa secara spesifik kepada Allah. Nehemia berdoa supaya Allah membuat dia berhasil dalam kepemimpinannya. Tidak ada salahnya, kita berdoa supaya berhasil jika yang kita lakukan adalah demi kemuliaan Allah.
Sebagai pemimpin, berdoalah dengan berani. Berdoalah supaya Allah akan membuat kita berhasil dalam hidup ini demi kemuliaan Allah. Itulah yang dilakukan oleh Nehemia. Ini doa yang sah.
|