TIP
EMPAT PRINSIP KRISTIANI UNTUK MEMBUAT RESOLUSI TAHUN BARU
"Apa Resolusi Tahun Baru Anda?"
Jika Anda belum menanyakan pertanyaan itu pada bulan ini, dengan hanya dua hari tersisa pada tahun 2011 (artikel ini dibuat pada tahun 2011 - Red.), kemungkinan akan segera ada pertanyaan kepada Anda. Sebagai sebuah budaya, tampaknya kita terobsesi dengan membuat resolusi Tahun Baru pada bulan Desember, dan kemudian melanggarnya pada bulan Januari. Sebelum Anda mengikuti pola dunia, ada baiknya mempertimbangkan bagaimana seorang Kristen harus berpikir tentang resolusi.
Pada Tabletalk edisi Januari 2009, Burk Parson menulis sebuah artikel yang sangat membantu dengan judul, "Resolved by The Grace of God". Dalam artikel yang mencerminkan beberapa kata dari teolog besar, Jonathan Edwards, tersebut, ditunjukkan empat prinsip-prinsip Kristen untuk membuat resolusi.
Pertimbangkanlah dalam doa sebelum Anda membuat resolusi setiap Tahun Baru.
"Dengan menyadari bahwa saya tidak dapat berbuat apa-apa tanpa bantuan Allah, saya dengan rendah hati memohon kepada-Nya dengan kasih karunia-Nya untuk memungkinkan saya menjaga resolusi-resolusi tersebut, sejauh hal-hal tersebut menyenangkan untuk kehendak-Nya, demi kepentingan Kristus." - Jonathan Edwards
1. Membuat Keputusan secara Bijaksana
"Bersikap bijaksana," Edwards memulai dalam pengantarnya -- kita harus bersikap bijaksana, masuk akal, dalam membuat resolusi. Jika kita menetapkan diri sendiri dengan terburu-buru untuk membuat resolusi sebagai hasil dari ilusi yang besar tentang kesempurnaan tanpa dosa, ada kemungkinan bahwa kita tidak akan hanya gagal dalam upaya untuk menjaga resolusi tersebut, dan kita mungkin akan menjadi cenderung kurang membuat resolusi lebih lanjut untuk mencapai tujuan yang sama yang diinginkan. Kita harus bisa membuat resolusi dengan doa yang tulus dan studi menyeluruh dari firman Allah. Resolusi kita harus sesuai dengan firman Tuhan. Oleh karena itu, setiap resolusi yang kita buat harus selalu memungkinkan kita untuk memenuhi semua panggilan khusus dalam hidup kita. Kita harus mempertimbangkan semua implikasi dari resolusi dan berhati-hati untuk membuat resolusi dengan orang lain dalam pikiran, bahkan jika itu berarti menerapkan resolusi baru secara bertahap dari waktu ke waktu.
2. Membuat Keputusan dengan Bergantung
"Saya tidak dapat berbuat apa-apa tanpa bantuan Allah," Edwards mengakui. Kita harus menjadi bijaksana dalam menangkap kebenaran yang sederhana bahwa setiap resolusi harus dilakukan dalam ketergantungan pada Allah. Dan, sementara setiap orang Kristen akan menanggapi dengan mengatakan, "Yah, tentu saja kita harus bergantung pada Allah untuk semua hal," kebanyakan orang Kristen telah terpengaruh dengan prinsip dunia. Mereka berpikir bahwa setelah mereka menjadi tergantung pada Allah, maka mereka akan memiliki kekuatan langsung. Mereka menirukan mantra dunia: "Apa pun yang tidak membunuh saya akan membuat saya lebih kuat". Sementara prinsip tersebut secara umum benar, pemikiran tersebut dapat menumbuhkan sikap kebanggaan yang mandiri. Kita harus memahami bahwa untuk dapat melakukan segala sesuatu melalui Kristus yang menguatkan kita, membuat kita harus bergantung pada kekuatan-Nya secara terus-menerus untuk melakukan segala sesuatu dan untuk menjaga semua resolusi kita (Efesus 3:16; Kolose 1:11). Sesungguhnya, apa pun yang tidak membunuh kita, sesuai dengan kasih karunia Allah, membuat kita lemah sehingga dalam kelemahan kita, kita akan bergantung terus pada kekuatan dari Tuhan kita (2 Korintus 12:7-10).
3. Membuat Keputusan dengan Rendah Hati
"Saya dengan rendah hati memohon Dia dengan kasih karunia-Nya untuk memampukan saya mempertahankan resolusi-resolusi ini." Dalam membuat resolusi untuk kemuliaan Allah dan di hadapan Tuhan, kita tidak harus datang ke hadirat-Nya dengan mengedepankan kesombongan diri seakan-akan Tuhan pasti sekarang lebih mengasihi dan memberkati kita karena kita telah membuat resolusi tertentu untuk lebih mengikuti-Nya. Pada kenyataannya, Tuhan dalam pemeliharaan-Nya, bahkan dapat memilih untuk lebih membiarkan kita masuk dalam ujian untuk memasuki kehidupan kita; dalam kasih sayang-Nya sebagai seorang Bapa yang tidak berubah bagi kita, Dia dapat memutuskan untuk mendisiplinkan kita dengan lebih lagi agar kita dapat lebih membenci dosa kita dan bergembira di dalam Dia. Kita harus mendekati-Nya dalam ketergantungan yang rendah hati pada kasih karunia-Nya saat kita mencari bukan hanya berkat, tetapi Pribadi yang memberkati.
4. Membuat Keputusan demi Kepentingan Kristus
"Sejauh hal-hal tersebut menyenangkan bagi kehendak-Nya demi kepentingan Kristus." Kita tidak dapat memutuskan untuk melakukan apa saja dengan sikap sombong di hadapan Allah. Seluruh persoalan tentang membuat resolusi tidak hanya merupakan penetapan tujuan agar kita dapat memiliki kehidupan yang lebih bahagia. Kita dipanggil oleh Allah untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya, bukan kehendak kita sendiri -- demi kepentingan Kristus, bukan kita sendiri --, sebab kemuliaan bukanlah kepunyaan kita, tetapi merupakan milik-Nya (Mazmur 115:1). (t/N. Risanti)
[Download artikel ini dalam versi audio]
|