ARTIKEL: KONSEP DOA LUTHER
Katekismus Besar yang ditulis oleh Luther membahas lima pokok besar: sepuluh perintah Allah, iman, doa, baptisan, dan perjamuan kudus. Bagian ketiga tentang doa sebenarnya merupakan penjelasan tentang , iman, doa, baptisan, dan doa Bapa Kami, dan sebelumnya, Luther menulis suatu pengantar mengenai doa. Ada beberapa poin yang kita bisa pelajari dari konsep Luther tentang doa pada bagian pengantar ini.
Pertama, Luther mengaitkan doa dengan ketaatan terhadap perintah yang kedua, "Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan." Seperti Calvin, (yang menjelaskan prinsip ini lebih detail) Luther mengerti ke-10 perintah Allah ini bukan hanya sebagai perintah negatif saja (maksudnya didahului dengan kata "jangan"), melainkan juga sebagai perintah yang positif. Dengan kata lain, "Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan" berarti kita harus menyebut nama Tuhan dengan benar. Tidak cukup hanya dengan tidak menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Maka ini berarti kita harus belajar untuk memuji nama-Nya yang kudus dan juga dalam kesengsaraan kita memanggil nama-Nya (berdoa kepada-Nya), sehingga berdoa merupakan ketaatan terhadap perintah Allah yang kedua. Dengan demikian, doa adalah suatu keharusan, bukan suatu pekerjaan yang boleh kita lakukan kapan[pun] kita mau. Kita berdoa berdasarkan perintah Allah, bukan berdasarkan kelayakan kita. Luther mengutip Yesaya 1:4 dst. yang menyatakan bahwa Allah masih murka kepada mereka yang terpukul akibat dosa-dosa mereka karena mereka tidak kembali kepada Allah, dan melalui doa, mereka meredakan murka Allah serta mencari kasih karunia-Nya. Dosa dapat membuat seseorang menjadi semakin enggan berhubungan dengan Allah, dan hubungan seperti itu akan semakin menghancurkannya. Kita tidak membangun doa di atas kesalehan pribadi kita, melainkan sekali lagi, di dalam ketaatan akan perintah-Nya. Kita juga tidak perlu untuk menghina doa kita sendiri karena kita membandingkan dengan doa-doa mereka yang sangat diberkati Tuhan, seperti misalnya Petrus dan Paulus. Membanding-bandingkan diri dengan orang yang diberkati Tuhan dapat membuat kita undur jika itu terjadi secara salah. Luther menegaskan bahwa Allah tidak melihat doa berdasarkan orang yang berdoa, melainkan berdasarkan firman-Nya (yang menjadi dasar dari doa tersebut) dan ketaatan kehendak kita. Maka inilah poin yang pertama dan yang terpenting: semua doa kita harus didasarkan atas ketaatan kepada Allah dan perintah-Nya, tanpa melihat diri kita, layak atau tidak layak. Dengan demikian, doa dibangun atas suatu dasar yang teguh dan yang tak terguncangkan, yaitu firman Allah.
Kedua, kita seharusnya terdorong untuk berdoa karena Tuhan adalah Tuhan yang berjanji. Tuhan berjanji untuk memberikan kepada mereka yang meminta kepada-Nya. Jika kita menghargai janji-janji Tuhan sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya, kita pasti terdorong untuk bertekun dalam doa. Fakta bahwa kita seringkali enggan untuk berdoa adalah karena kita tidak melihat bahwa janji-janji Tuhan sangat berharga bagi kita. Kita menganggap sepi janji-janji Tuhan bagi kita. Sebaliknya, suka merenungkan janji-janji Tuhan memberikan dorongan terus-menerus bagi kita untuk berdoa karena kita tahu, sesuai dengan janji-Nya, Dia pasti akan memberikannya kepada kita.
Ketiga, Tuhan sendiri telah mengajarkan kata-kata dan bagaimana kita harus berdoa serta meletakkannya dalam mulut kita. Tidak ada alasan bagi kita untuk mengatakan kita tidak tahu bagaimana kita harus berdoa. Dia sangat memperhatikan kesengsaraan kita, dan kita boleh yakin bahwa doa Bapa Kami ini pasti berkenan kepada-Nya dan didengar oleh-Nya.
Keempat, melalui penderitaan yang menekan kita, kita dapat berdoa senantiasa. Karena setiap orang yang meminta harus mengingini sesuatu, dan tanpa keinginan ini tidak ada doa yang sejati. Luther mengaitkan timbulnya keinginan ini justru pada saat kita mengalami kesulitan. Karena dalam kesulitan itulah, timbul keinginan yang jujur dalam diri kita. Bukan berarti tidak mungkin kita bertumbuh dalam saat yang lancar, tetapi sesuai dengan natur kita yang lemah, kita cenderung berpuas diri (self-satisfied) ketika tidak ada kesulitan yang terjadi. Self-satisfied ini begitu merusak hingga dapat melumpuhkan kehidupan doa kita di hadapan Tuhan. Sebaliknya, ketika kita berada dalam penderitaan, jiwa kita dibangunkan untuk berseru kepada Tuhan. Luther bahkan menegur dengan keras mereka yang hanya berdoa sebagai suatu tindakan perbuatan baik untuk membayar utang kepada Allah. Orang-orang seperti itu tidak mau mengambil sesuatu dari Tuhan, melainkan hanya memberi! Kalimat ini mengejutkan kita karena yang seringkali kita dengar dan pelajari adalah "Jangan hanya meminta saja, melainkan memberi juga." Namun, yang dimaksud Luther di sini adalah tidak mungkin sebenarnya orang hanya memberi saja karena ini berarti tidak mengenal keterbatasan diri (yang bukan merupakan sumber). Dengan kata lain, orang yang hanya mau memberi tetapi tidak suka meminta kepada Tuhan adalah seorang congkak yang merasa dirinya tidak pernah bisa habis, dan akhirnya mengakibatkan satu kehidupan yang tidak bergantung pada Tuhan. Kita semua memiliki cukup kekurangan yang nyata; persoalannya adalah bahwa kita tidak merasakan serta melihatnya dengan sadar. Memang penderitaan atau kesulitan pada dirinya sendiri bukanlah suatu kebajikan atau kebaikan (ada orang yang dalam penderitaan menjadi marah, pahit, dendam, kecewa, dingin, acuh tak acuh, mengejar kesenangan duniawi sebagai pengimbang duka, dsb.), tetapi dalam tangan Tuhan, penderitaan dapat menjadi suatu sarana bagi kita untuk bertumbuh, asal kita berespon dengan benar (yaitu berseru kepada-Nya di tengah penderitaan kita).
Kelima, doa menjadi senjata yang ampuh dalam melawan permusuhan dengan iblis. Kita terlalu lemah untuk dapat mengalahkan kuasa iblis dengan kekuatan kita sendiri. Doa membawa kekuatan yang dari Tuhan untuk mengalahkan kuasa jahat, sehingga bukan kita yang berperang, melainkan Tuhan sendiri yang berperang. Rahasia ini selalu dimengerti oleh setiap pejuang iman yang namanya tercantum dalam sejarah gereja. Dalam bagian yang lain, Luther pernah mengatakan bahwa orang percaya yang berdoa adalah seperti pilar-pilar yang menopang dunia ini.
Kiranya Tuhan melibatkan kita dalam pekerjaan-Nya yang mulia. Sola gratia.
Diambil dari: |
Nama situs |
: |
e-Artikel |
Alamat URL |
: |
http://artikel.sabda.org/luther_on_prayer |
Judul artikel |
: |
Konsep Doa Luther |
Judul asli artikel |
: |
Luther On Prayer |
Penulis artikel |
: |
Billy Kristanto |
Tanggal akses |
: |
9 Juli 2016 |
|