Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/107

e-BinaSiswa edisi 107 (8-10-2018)

Mengenal Sejarah Reformasi Gereja (2)

Mengenal Sejarah Reformasi Gereja (2) -- Edisi 107/II/Oktober 2018
 
Mengenal Sejarah Reformasi Gereja (2)
Edisi 107/II/Oktober 2018
 
e-BinaSiswa Salam damai sejahtera,

Luther dan para pengikutnya telah membuat sejarah dalam kekristenan. Mereka adalah reformator yang menyatakan kebenaran dan membawa Injil bagi dunia. Kebenaran yang mereka temukan bukanlah untuk membentuk dunia baru, tetapi untuk berusaha menyelamatkan dunia yang ada sekarang ini. Bersyukur atas semua usaha yang telah mereka lakukan untuk mengajak orang Kristen kembali kepada kebenaran yang sejati, yaitu bahwa keselamatan bukan ditentukan oleh perbuatan, melainkan oleh iman kepada Kristus. Selain itu, bersyukur juga atas tiga warisan tidak terduga yang bermanfaat yang diberikan oleh reformasi Luther, yaitu: penyelidikan bebas, demokrasi, dan pemerintahan terbatas.

Pembahasan lebih mendalam mengenai hal tersebut dapat Anda baca dalam kiat pembina mengenai "Tiga Hal Mengejutkan Bagaimana Reformasi Protestan Membentuk Dunia Kita". Simak pula bahan ajar: Enam Kegiatan yang Membantu Anda Mengajar Anak-Anak Anda tentang Hari Reformasi. Kiranya sajian kami dapat memberkati Anda. Tuhan Yesus memberkati.

Lena L.

Staf redaksi e-BinaSiswa,
Lena L.

 

KIAT PEMBINA Tiga Hal Mengejutkan Bagaimana Reformasi Protestan Membentuk Dunia Kita

Jika Anda seorang Protestan, peringatan revolusi yang dilakukan oleh Martin Luther 500 tahun yang lalu yang jatuh pada hari Selasa ini (artikel ini ditulis pada 29 Oktober 2017 -- Red) merupakan perkara yang besar. Akan tetapi, sekalipun Anda bukan seorang Protestan, itu seharusnya tetap menjadi perkara yang besar. Reformasi tersebut merupakan salah satu peristiwa yang menentukan, yang membentuk dunia tempat kita tinggal ini, entah menjadi lebih baik atau lebih buruk.

Kesaksian Luther

Luther dan para pengikutnya bukan berusaha untuk membentuk kembali dunia: mereka berusaha untuk menyelamatkannya. Mereka memiliki Injil untuk diproklamasikan dan berpendapat bahwa akhir zaman sudah dekat. Akan tetapi, dalam keadaan mereka yang mendesak, mereka menghancurkan tembok yang telah menjaga kehidupan kekristenan dunia barat tersusun begitu rapi.

Luther mengepung kekuasaan hierarki gereja Katolik dengan teknologi komunikasi yang baru, yaitu mesin cetak, yang memungkinkan dirinya berbicara secara langsung kepada orang-orang. Ketika akhirnya dia diseret ke hadapan mahkamah tinggi gereja dan kerajaan pada tahun 1521 dan diperintahkan untuk mengakui kesalahannya, dia menolak, dengan bersikeras bahwa hati nuraninya tertawan oleh firman Allah, otoritas yang lebih tinggi daripada paus, uskup, atau raja mana pun.

Tiba-tiba, semua orang memiliki pendapat dan tidak ada seorang pun yang dapat menyuruh orang lain untuk percaya pada sesuatu. Permohonan radikal Luther akan kesungguhan iman pribadi secara total memicu peperangan religius selama hampir 200 tahun.

Jika Anda cenderung memercayai bahwa pemisahan sekarang ini bermula dari cara Luther menghancurkan semua tatanan dan otoritas: baiklah, tidak ada yang mengatakan Anda salah. Akan tetapi, jika Anda berpendapat bahwa kehidupan modern lebih dari argumen penuh amarah yang tidak ada ujungnya, Anda mungkin mengakui bahwa Reformasi Luther memberi kita beberapa warisan bermanfaat yang sebagian besar tidak terduga. Saya akan mengemukakan tiga di antaranya.

1. Penyelidikan Bebas

Luther bukan seorang rasul yang memperjuangkan kebebasan berbicara. Dia ingin agar orang Kristen percaya kepada kebenaran, bukan kepada apa saja yang mereka inginkan. Namun, dengan mendesak bahwa otoritas semua manusia bersifat sementara dan bahwa hati nurani hanya bisa dipaksa oleh Alkitab dan Roh Kudus, dia meyakinkan bahwa orang Protestan yang berusaha menjaga ketertiban batasan-batasan dari argumen yang dapat diterima pada akhirnya akan selalu gagal.

Protestanisme bukan memberi kita surga kebebasan berbicara, tetapi argumen yang tidak dibatasi dan tidak dikendalikan. Itu selalu menghasilkan ide-ide baru, membangkitkan kembali yang lama, dan mempertanyakan sifat ortodoksnya (kekolotannya) sendiri.

Perbudakan

Sebagai contoh yang ikonik: perbudakan, yang selama berabad-abad dianggap oleh orang Kristen sebagai sebuah kejahatan biasa atau sekadar fakta kehidupan. Beberapa orang Protestan pada tahun 1700-an dan lebih banyak lagi pada tahun 1800-an memiliki keyakinan yang baru: bahwa perbudakan adalah kejahatan mutlak dan tidak bisa diterima. Argumen dan peperangan menjadi lebih sengit, tetapi pada akhirnya, kekolotan yang lama digulingkan. Penyensoran tidak diberlakukan dengan adanya penolakan orang Protestan untuk tutup mulut ketika disuruh dan dengan kekalahan-telak gaya argumen publik mereka.

Universitas-universitas dan sarjana-sarjana Protestan juga menyebabkan munculnya ilmu pengetahuan alamiah baru pada abad ke-16 dan ke-17. Dan, secara perlahan, dengan enggan, satu pandangan yang disampaikan oleh beberapa kaum Protestan radikal -- bahwa kebebasan berbicara dan beribadah sesungguhnya adalah hal yang baik, bukan hanya hal-hal penting yang tidak bisa dihindarkan untuk ditoleransi -- menjadi sebuah tradisi baru.

2. Demokrasi

Luther pasti akan tersedak saat minum bir Jerman kesukaannya jika Anda memberi tahu kepadanya bahwa dia akan memimpin dunia menuju demokrasi. Sama seperti semua orang pada zamannya, dia menganggap ide itu sebagai sesuatu yang menakutkan.

Akan tetapi, Luther bukan orang Protestan terakhir yang menentang pemerintahan yang tidak ramah. Gerakan yang dia mulai bergerak tanpa henti ke arah sana. Kaum Protestan tidak menuntut hak untuk memilih penguasa mereka, tetapi menuntut kewajiban untuk menantang mereka. Dalam menjalankan kewajiban itu, seorang Skotlandia yang radikal, John Knox, menulis pada tahun 1558, All man is equal ("Semua manusia adalah sama.").

Dia tidak mengartikannya sama seperti kita memahaminya hari ini, dan dia benar-benar memaksudkan pria, bukan termasuk wanita. Akan tetapi, ide itu punya nyawanya sendiri. (Artinya, ide tersebut bisa diinterpretasikan secara berbeda-beda.) Satu generasi setelah Knox, King James VI, orang Skotlandia, menuduh warga negaranya yang Protestan merencanakan sebuah “bentuk pemerintahan Demokratis”.

Itu tidak benar. Mereka menyukai bentuk pemerintahan kerajaan, ketertiban, dan stabilitas sosialnya. Akan tetapi, para penguasa mereka memiliki kecenderungan yang tidak bisa ditoleransi dalam menentang kehendak Allah. Lagi dan lagi, mereka dipaksa dengan enggan untuk menangani perkara-perkara itu sendiri. Mereka mendesak supaya suara mereka didengarkan, dan, ketika dipaksa, mereka bangkit melawan penguasa yang menganiaya mereka. Jika mereka semua setara di hadapan Allah, tidaklah sulit untuk menyimpulkan bahwa kita semua seharusnya memiliki suara di hadapan para penguasa dunia ini.

Dengan sendirinya, pandangan ini bisa membawa kepada terciptanya teokrasi yang membenarkan diri sendiri sama seperti yang berusaha dibangun oleh beberapa kaum Puritan New England. Akan tetapi, itu jarang, sebagian karena kaum Protestan sangat siap untuk bertengkar, tetapi juga karena warisan ketiga Reformasi bagi dunia modern.

3. Pemerintahan Terbatas

Kaum Protestan terkadang melawan atau menggulingkan penguasa mereka, tetapi tuntutan politik mereka yang paling konstan hanyalah agar dibiarkan sendiri.

Kembali ke akar kekristenan pada Roma zaman kuno, mereka berusaha untuk memotong ruang rohani tempat otoritas politik tidak berlaku dan menuntut bahwa ruang itu, Kerajaan Allah, jauh lebih penting daripada kebobrokan dunia dan pertengkaran yang berlangsung sebentar saja.

Hasilnya bersifat paradoks. Kaum Protestan sering kali menjadi warga negara yang tunduk pada penguasa yang berbahaya bukan kepalang, tidak tertarik pada politik selama lingkungan mereka yang terpisah dihargai. Mereka juga bersikeras menentang penguasa yang tidak mau menghargai permintaan mereka untuk dibebaskan dari campur tangan pemerintah. Dalam prosesnya, mereka memberikan pandangan yang berlawanan dengan pemikiran umum tentang pemerintahan yang terbatas kepada dunia modern: prinsip bahwa kewajiban utama sebuah pemerintahan adalah berhenti mencampuri kehidupan orang-orang. Itu adalah prinsip yang mereka tenun menjadi DNA (sifat - Red.) Amerika Serikat.

Jika Protestanisme telah memberikan tiga warisan ini kepada dunia modern, apakah ia juga memberi kita warisan yang keempat, yaitu kapitalisme?

Seorang sosiolog Jerman, Max Weber, menyatakan pendapatnya yang terkenal bahwa “etos kerja Protestan” menghasilkan ekonomi modern, dan meskipun pembuktiannya tidak benar-benar ditambahkan, idenya tidak lenyap.

Kapitalisme pertama kali muncul dalam kelompok negara Protestan, seperti Belanda, Britania, dan Amerika Serikat. Pada zaman modern, tahun-tahun ketika ekonomi Korea Selatan bertumbuh dari ,7 milyar menjadi 0 milyar (1962 -- 1989) adalah tahun-tahun yang sama ketika jumlah orang Protestan di negara itu bertumbuh dari 2,5% menjadi 27%. Gelombang Protestan di Amerika Latin tampaknya cocok dengan gelombang serupa dalam perusahaan pribadi.

"Max Weber," kata sosiolog Peter Berger, “masih hidup dan sejahtera dan tinggal di Guatemala.”

Sebagaimana disebutkan oleh Weber, kapitalisme adalah sebuah sistem “kegiatan yang tidak berhenti”. Demikian pula Protestanisme. Kegiatan kaum Protestan tidak selalu berhubungan dengan ekonomi, tetapi kaum Protestan memiliki kestabilan tertentu, usaha yang terus-menerus, dan argumentatif untuk menjadikan keadaan lebih baik, lebih benar, lebih murni.

Kaum Protestan selalu mencari-cari dosa baru atau berjuang untuk menemukan kembali kebajikan-kebajikan lama. Dinamo ketidakpuasan dan kerinduan yang menghidupkan diri terus-menerus pastinya memberi dampak secara ekonomi, dan itu berarti bahwa Protestanisme telah maju dengan pesat selama periode perubahan sosial yang berputar dengan sangat cepat.

Ini juga berarti bahwa perilakunya tidak dapat diprediksi. Anda tidak pernah tahu ke arah mana kesadaran yang tak pernah berhenti ini akan menuju setelah ini. Politikus yang membayangkan bahwa kaum Protestan ada dalam kekuasaan mereka haruslah waspada! (t/Jing-Jing)

Unduh Audio

Diterjemahkan dari:
Nama situs : CNN
Alamat situs : https://edition.cnn.com/2017/10/29/world/reformation-world-change/index.html
Judul asli artikel : Three Surprising Ways the Protestant Reformation Shaped Our World
Penulis artikel : Alec Ryrie
Tanggal akses : 16 April 2018
 

BAHAN AJAR Enam Kegiatan yang Membantu Anda Mengajar Anak-Anak Anda tentang Hari Reformasi

Pada 31 Oktober 1517 di Wittenberg, Jerman, Martin Luther memakukan 95 Dalil tentang Kuasa dari Surat Indulgensi di pintu Gereja Istana. “Dalil itu memperdebatkan dan mengkritik gereja dan Paus, tetapi memusatkan perhatian pada penjualan surat indulgensi dan kebijakan politik tentang api penyucian, penghakiman khusus, dan otoritas Paus.” (Wikipedia) Gereja Katolik telah melakukan banyak kejahatan, dan tindakan Martin Luther ini, meskipun bukan usaha pertama Reformasi, merupakan percikan api yang menyalakan api berdirinya Gereja Protestan.

Mungkin Anda bertanya mengapa suatu perpecahan dalam gereja menjadi sesuatu yang dirayakan? Bukankah kita seharusnya menyambut baik kesatuan daripada perpecahan?

Kesatuan

Kesatuan dalam gereja adalah hal yang sangat baik dan bahkan diperintahkan (Filipi 2:2), tetapi demikian pula halnya dengan memisahkan gandum dari rumput liar (Matius 13). Gereja akan selalu perlu menyaring selama kita ada di bumi ini. Bangku-bangku gereja dan bahkan mimbar-mimbar diisi oleh orang-orang yang berdosa, beberapa diselamatkan oleh anugerah dan yang lainnya tidak. Kejahatan tidak bisa dan tidak akan ditoleransi dalam tubuh Kristus.

Sebuah Hari yang Layak untuk Dirayakan

Kita merayakan Hari Reformasi karena itu melambangkan pernyataan kembali satu-satunya Injil yang benar yang telah hilang di gereja Katolik dan digantikan dengan tradisi dan ajaran manusia. Kita merayakan bahwa ada orang-orang yang bersedia untuk menghadapi murka dan penghakiman manusia daripada mengingkari hati nurani yang sesuai dengan Roh Kudus dan Kitab Suci. Kita merayakan keberanian untuk memproklamasikan kebenaran Allah saat berhadapan dengan bahaya yang nyata. Kita merayakan gerakan yang menempatkan firman Allah di tangan orang-orang percaya untuk dipelajari sendiri oleh mereka sehingga mereka bisa diajar oleh Allah sendiri, daripada harus melalui kata-kata imam sebagai Injil. Kita merayakan Hari Reformasi karena itu adalah satu lagi kesaksian akan kesetiaan Allah.

Ya, Reformasi benar-benar membawa perpecahan. Keterpisahan dari gereja palsu dengan Injil palsu, meski melewati penderitaan dan kehilangan, dan menyatakan kembali Injil yang benar merupakan alasan untuk merayakannya. Ya, terdapat sangat banyak pembagian dan denominasi yang muncul dari Reformasi, dan sementara kita mendambakan kesatuan dalam tubuh Kristus, kita merayakan kebebasan untuk mengikuti Kristus menurut hati nurani yang seturut dengan Kitab Suci, dan bukan dipaksa untuk melakukannya menurut rencana dan tradisi manusia yang dengan sendirinya mengingkari Injil yang benar.

Perpecahan dan perang yang terjadi akibat Reformasi bukanlah keinginan dari para reformator, tetapi karena gereja yang menolak untuk diberi tahu oleh Kitab Suci dan tidak mau menerima adanya keraguan akan keabsahan dan kekuasaannya. Para reformator disebut reformator karena mereka mengusahakan reformasi di gereja Katolik; mereka tidak memulainya dengan maksud memisahkan, tetapi dengan tujuan memurnikan dan membangkitkan gereja yang ada di sana. Respons gereja Katolik adalah mengutuk semua pertanyaan tentang hukum dan tradisi, menolak bahkan untuk memperdebatkan bobot argumen dari Kitab Suci, dan menyatakan bahwa setiap orang yang tidak mau menerima keputusan itu dikutuk masuk neraka. Kita merayakan bahwa Allah membangkitkan orang-orang seperti mereka pada masa-masa seperti masa Reformasi; kita memuji Allah yang menjadikan mereka setia kepada Injil apa pun risikonya dengan kuasa keselamatan dari Allah.

Bagaimana Anda Merayakan Hari Reformasi?

Banyak keluarga, termasuk keluarga saya, memilih memanfaatkan 31 Oktober sebagai hari untuk memperingati dan merayakan percikan api yang menyalakan semangat gereja Allah. Saya suka hari ini. Saya suka bermain permainan yang menolong anak-anak untuk belajar dan mengingat pentingnya fakta-fakta tentang masa ini dalam sejarah. Saya suka menceritakan apa yang terjadi pada waktu itu. Saya suka membuat hari ini menyenangkan dan bermanfaat bagi anak-anak saya.

Jadi, saya memulai persiapan saya untuk hari yang spesial ini saat saya menjadi orang percaya. Saya sadar bahwa saya hanya menggunakan hari ini sebagai pengganti hari Halloween (Baca The Four Things Halloween Teaches Our Children). Saya sangat ingin menjadikan “perayaan” saya lebih bermakna daripada “perayaan dunia”. Saya pun tahu inilah waktunya untuk melakukan pemeriksaan hati.

Saya masih ingin merayakan, tetapi saya ingin merayakan hari Reformasi sebagai seorang Kristen.

Saya perlu menyusun kembali. Saya memulai dengan beberapa pertanyaan, beberapa pertanyaan untuk mengungkapkan motif saya.

  1. Apa yang saya inginkan untuk diingat dan dimengerti oleh anak-anak saya tentang hari ini?
  2. Apakah ini akan lebih banyak tentang Allah atau tentang manusia?
  3. Apakah ini akan menyampaikan Injil kepada anak-anak saya?
  4. Apakah saya memberi makan jiwa mereka atau nafsu mereka untuk mendapat hiburan?

Saya ingin anak-anak saya melihat pada hari ini hal-hal yang sama yang saya harap bisa saya tunjukkan kepada mereka setiap hari, yaitu Injil. Saya ingin mereka tahu bahwa Allah sedang bekerja dalam gereja-Nya dan di dalam dunia yang diciptakan-Nya. Saya ingin anak-anak saya melihat Roh Kudus yang bekerja dalam diri Martin Luther. Saya tidak mau hari ini menjadi pemujaan pahlawan Martin Luther. Luther sendiri berkata, “Siapakah Luther? Doktrinnya bukan milik saya. Saya telah disalibkan bukan untuk siapa-siapa.”

Dengan prioritas saya yang baru saja disucikan (dan selalu perlu disucikan) dalam pikiran saya, sekarang saya membuat rencana sesuai dengan itu. Berikut adalah ringkasan singkat tentang apa yang sudah saya rencanakan sejauh ini. Sebuah daftar tentang bahan-bahan dan petunjuk untuk setiap kegiatan tersedia di bagian akhir.

Kegiatan reformasi
  1. Membaca biografi Martin Luther. Ini terlihat aneh setelah sebelumnya saya tidak mau terjadi pemujaan-pahlawan. Akan tetapi, tujuan saya membaca biografi ini adalah untuk menunjukkan kepada anak-anak saya sebuah kisah “hidup yang nyata” tentang kemampuan Allah memakai manusia biasa yang berdosa untuk mendatangkan penyucian dalam gereja-Nya dan dunia. Kita adalah alat-alat di tangan Sang Tuan, dan Martin Luther adalah contoh utama untuk palu Allah yang meruntuhkan tembok-tembok mengandalkan diri sendiri dan memuja diri sendiri.
  2. Memakukan dalil di pintu. Menggunakan waktu untuk membaca BEBERAPA dalil dengan anak-anak saya dan menunjukkan keinginan Luther untuk mendasarkan tindakan-tindakan kita hanya pada Kitab Suci, dan bagaimana kita pun sebaiknya menceritakan keinginan dan semangat untuk menekankan pentingnya Kitab Suci dalam tindakan kita.
  3. Mendiskusikan/menghafalkan lima Sola. Tampaknya, ini akan menjadi hal yang kita lakukan bersama-sama pada saat dilakukan ibadah keluarga pada malam hari. Pilih masing-masing sola dan diskusikan apa pentingnya dan artinya masing-masing.
  4. Permainan memasang janggut pada sang teolog. Saya harus jujur, kegiatan ini hanyalah untuk bersenang-senang!
  5. Mewarnai mawar Luther dan mendiskusikan lambang dari masing-masing warna.
  6. Kegiatan mencetak. Kegiatan ini memiliki dua tujuan. Pertama, untuk menunjukkan anugerah Allah dengan menggunakan zaman ini dan orang-orang seperti mereka, dan karunia serta talenta mereka untuk menemukan mesin cetak sehingga memungkinkan firman-Nya menjadi sebuah bentuk yang bisa dibaca dan dipelajari. Kedua, untuk mempelajari tentang sejarah dunia percetakan dan bagaimana mesin cetak Gutenberg digunakan pada zaman Reformasi.

Kegiatan 1: Membaca tentang Martin Luther

When Lightening Struck oleh Danika Cooley. Kami membacanya pada Oktober lalu dan menyukainya! Bacalah ulasan lengkap saya DI SINI.

Kegiatan 2: 95 Dalil

Yang Anda butuhkan:

  1. 95 dalil yang dicetak (Anda bisa menemukan versi 95 dalil yang bisa dicetak DI SINI.
  2. Palu mainan
  3. Isolasi
  4. Pintu

Petunjuk: Cetak daftar 95 dalil (saya membakar ujung kertasnya dan mengulaskan sisa minuman kopi di ujung-ujungnya untuk membuat kertasnya tampak sobek-sobek dan lusuh), gulung isolasi dan tempelkan pada bagian belakang kertas, lalu biarkan anak-anak untuk “memakukan” dalil itu ke sebuah pintu.

Kegiatan 3: Lima Sola

Apa sajakah Lima Sola itu?

  1. Sola Scriptura (Hanya Kitab Suci: 2 Timotius 3:16-17)
  2. Sola Gratia (Hanya Anugerah: Efesus 2:8-9)
  3. Sola Fide (Hanya Iman: Galatia 3:11)
  4. Solus Christus (Hanya Kristus: 1 Timotius 2:5)
  5. Soli Deo Gloria (Kemuliaan hanya bagi Allah: 1 Petrus 4:11).

Yang Anda butuhkan:

  • Kartu
  • Pena
  • Alkitab

Petunjuk: Tulislah setiap Sola pada sebuah kartu dengan ayat-ayat yang mendukung masing-masing sola di belakangnya. Lalu, pada waktu mazbah keluarga, diskusikan ayat-ayat Kitab Sucinya dan praktikkan mengucapkan sola-sola itu bersama-sama. Pastikan untuk menyanyi A Mighty Fortress is our God yang ditulis oleh Martin Luther pada hari itu.

Kegiatan 4: Permainan Memasang Janggut pada Sang Teolog

Yang Anda butuhkan:

  • Kertas untuk mencetak
  • Isolasi
  • Tembok

Petunjuk: Ikuti petunjuk permainan yang ada DI SINI.

Kegiatan 5: Mewarnai Mawar Luther

Yang Anda butuhkan:

  • Kertas untuk mencetak
  • Krayon/spidol

Petunjuk: Cetak lembar mewarnai DI SINI. Tentukan warna yang tepat untuk masing-masing bagian dan jelaskan artinya saat mereka mewarnai masing-masing bagiannya.

Kegiatan 6: Johannes Gutenberg dan Mesin Cetak

Yang Anda butuhkan:

  1. Huruf-huruf yang terbuat dari gabus, kertas
  2. Papan kayu (atau sesuatu yang mirip)
  3. Perekat
  4. Cat/tinta
  5. Kuas/penyeka katun

Petunjuk: tempelkan perekat di balik huruf-huruf (Anda bisa membuat pesan apa saja yang Anda inginkan), tempelkan huruf pada papan kayu, gosokkan cat/tinta pada huruf-huruf, tekan kertas ke hurufnya, angkat perlahan untuk melihat pesannya. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Talking Mom 2 Mom
Alamat situs : https://www.talkingmom2mom.com/celebrating-reformation-day-like-christian
Judul asli artikel : 6 Activities To Help You Teach Your Children About Reformation Day
Penulis artikel : Lindsey S
Tanggal akses : 23 September 2018
 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-BinaSiswa.
binasiswa@sabda.org
e-BinaSiswa
@sabdabinasiswa
Redaksi: Ariel, Amidya, dan Lena L.
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2018 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org