ARTIKEL
Gereja, Berilah Tempat bagi Pemimpin Muda
Yang dibutuhkan oleh orang-orang Kristen yang semakin tua dari generasi yang lebih muda adalah ajakan untuk bersandar pada gereja lokal, bukan mundur atau pensiun. Namun, sebagian dari generasi yang lebih tua membutuhkan tantangan yang berbeda -- panggilan untuk menepis kecurigaan dari siapa pun yang cukup muda untuk menjadi anak Anda, tuntutan untuk membuang pandangan yang menghina dari contoh nyata generasi di bawahnya. Dan, secara khusus, beberapa pemimpin yang lebih tua perlu mendengar permintaan bukan supaya mereka turun, melainkan supaya mereka dengan agresif memberi tempat bagi para pemimpin muda untuk maju.
Jangan Menganggap Rendah Orang Muda
Terdapat dua bagian perintah yang diberikan oleh rasul yang sudah semakin tua kepada anak didik generasi lebih muda di dalam 1 Timotius 4:12, Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu. Bagian ini ditujukan bagi generasi Milenial (lahir tahun 1980 -- 2000), bersama dengan generasi X (1965 -- 1979): Dengan menunjukkan teladan seorang Kristen dalam perkataan dan perbuatan, tidak ada alasan bagi generasi lebih tua untuk memandang rendah Anda karena muda.
Akan tetapi, bagian kedua adalah untuk generasi Baby Boomer (lahir tahun 1946 -- 1964), dan generasi sebelum mereka, yang mendengar perintah tersebut seperti jemaat Efesus membaca surat Paulus mengenai Timotius: Dengan memancarkan watak teladan Kristen terhadap saudara-saudari dalam Kristus, hal ini membuat generasi yang lebih muda dipercaya. Jangan mengharapkan yang terburuk dari sesama orang percaya, berapa pun usia mereka. Biarkan Injil mengatasi prasangka usia yang tersembunyi.
Ciptakan Ruang untuk Kepemimpinan Baru
Larry Osborne adalah seorang pendeta dan penulis yang merintis jalan menuju transisi kepemimpinan secara besar-besaran tepat di antara generasi Baby Boomer dan generasi Milenial. Entah dalam bisnis, pemerintahan, atau gereja, banyak yang sudah merasakan ketegangannya, sebagaimana generasi Amerika terbesar sekarang dengan canggung memberi jalan kepada penerus mereka yang jumlahnya lebih banyak.
Osborne melakukan observasi bahwa di SMA dan universitas, tampaknya "orang-orang baru semakin sedikit saja". Seiring bertambahnya usia kita, jumlah murid yang masuk tiap tahun tampak kurang mengesankan dibandingkan dengan angkatan sebelumnya. Jika demikian halnya untuk kehidupan kampus yang hanya 4 tahun, bagaimana dengan rentang kehidupan orang dewasa yang lama? "Di gereja," kata Osborne, "mereka yang senior tidak pernah lulus (setidaknya sampai mereka menjadi senior secara harfiah dan meninggal dunia). Mereka memonopoli meja kepemimpinan, menghalangi generasi berikutnya. Ini adalah salah satu alasan utama sebagian besar gereja berhenti bertumbuh dan kehilangan sentuhan penginjilan (dan relevansi kultural) mereka di sekitar angka 20 tahun." (Sticky Teams, 114)
Biarkan Para Elang Muda Terbang
Visi Kristen tentang kepemimpinan bukanlah suatu model masa jabatan ketika siapa pun yang paling lama menempati kursi bisa mendapatkan hak istimewa dan terkemuka sepanjang yang dikehendakinya. Visinya adalah bekerja secara proaktif dan tegas mengangkat para pemimpin yang lebih muda guna mengisi tempat kita, dan melakukan pekerjaan kita dengan lebih baik daripada yang kita lakukan. Inilah yang menjadi esensi Amanat Agung untuk memuridkan (Matius 28:19) dan penerapannya dalam kepemimpinan gereja. "Namun, visi kepemimpinan seperti itu berisiko. Ada harga yang harus dibayar," kata Osborne.
Kepemimpinan adalah zero-sum game (keuntungan yang didapatkan oleh seorang peserta berasal dari kerugian peserta-peserta yang lain - Red.). Pengaruh seseorang yang muncul selalu merupakan kemunduran pengaruh orang lain. Itulah sebabnya, memberi tempat bagi "elang muda" adalah kebijakan promosi yang agresif, terutama bagi mereka yang sudah memiliki posisi.
Impian yang bersifat menghargai orang lain dan merendahkan diri sendiri untuk membangkitkan pemimpin-pemimpin baru mungkin tampak sulit dicapai dalam pemerintahan dan bisnis. Namun, bukankah seharusnya hal itu bisa dilakukan di dalam gereja dengan meneladani Dia yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani (Markus 10:45)? Bukankah kita percaya bahwa kebesaran yang sejati ada dalam melayani, bukan dalam memerintah dan menjadi pembesar (Markus 10:42)? Kita mengejar sikap "dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama" dan "jangan hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga" (Filipi 2:3-4).
Namun, tidakkah akan membahayakan kepemimpinan gereja dengan menggantikan beberapa anggota generasi tua yang berkualitas dengan yang lebih muda?
Biarkan Orang Muda Berbicara
Satu generasi yang lalu, pada Minggu pagi, 29 Agustus 1982, -- ketika angkatan pertama generasi Milenial masih memakai popok dan generasi Baby Boomer berusia 36 tahun -- John Piper mengutip Ayub 32:7-11 dan mengkhotbahkan tentang Elihu. Judul khotbahnya adalah "Biarkan Orang Muda Berbicara". Pada malam itu, gereja akan menahbiskan Tom Seller yang berusia 27 tahun, dan Piper ingin mempersiapkan jemaatnya yang berambut putih untuk menumpangkan tangan ke atas anak muda ini. Ayat emasnya adalah Ayub 32:8-9, "Tetapi roh yang di dalam manusia, dan nafas Yang Mahakuasa, itulah yang memberi kepadanya pengertian. Bukan orang yang lanjut umurnya yang mempunyai hikmat, bukan orang yang sudah tua yang mengerti keadilan," kata Piper.
Pelajaran yang diajarkan Elihu kepada kita di sini adalah bahwa bukan usia yang menjadikan bijaksana, melainkan Roh Allah. Tidak ada korelasi penting antara rambut putih dengan teologi yang bagus. Tidak ada kaitan yang signifikan antara wajah keriput dengan hati yang bijaksana.
Karena itu, tentu juga tidak ada hubungan yang penting antara usia muda dengan kebijaksanaan. Yang telah dilakukan Elihu adalah menyingkirkan usia sebagai pertimbangan utama dalam menentukan siapa yang bijaksana dan berpengertian. Dia mengajarkan kepada kita bahwa mungkin saja ada orang tua yang bodoh dan orang muda yang bodoh; bijaksana bisa dimiliki orang muda dan orang tua. Ketika kita mencari sumber kebijaksanaan, kita tidak menyimpulkan dengan pertanyaan, "Berapa usianya?" Namun, kita menyimpulkan dengan pertanyaan, "Siapa yang memiliki Roh bijaksana dan pengertian?"
Beri Ruang untuk Berkiprah
Bersamaan dengan permohonan kepada generasi lebih tua agar tidak mengabaikan generasi lebih muda demi "pensiun", ada juga permintaan ini: janganlah tidak menyukai kami, orang-orang dewasa muda, dan mengira kami bodoh karena kami muda. Dalam Kristus dan oleh Roh-Nya, jadilah peninjau demi yang terbaik, dan beri kami kesempatan untuk menunjukkan kepada Anda bahwa tidak semua dari kami seburuk yang Anda duga.
Demi kemajuan Injil dan kebaikan gereja esok dan hari ini, jangan terus biarkan kami berada di luar kepemimpinan. Ambil inisiatif ekstra untuk memberi tempat lebih banyak di meja bagi suara para pemuda, dan tolong kerahkanlah energi untuk benar-benar mendengarkan kami. Tidak lama lagi, generasi lebih muda akan mengemudikan kapalnya. Lebih baik mulailah menyerahkan kemudi lebih dini daripada nanti, dan jadikanlah transisi itu sebagai penghormatan kepada hikmat Tuhan yang tidak tergantung usia. (t/Jing-Jing)
Unduh Audio
|