Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/88

e-BinaSiswa edisi 88 (13-11-2017)

Meningkatkan Kualitas Pemimpin Remaja Kristen (2)

Meningkatkan Kualitas Pemimpin Remaja Kristen (2) -- Edisi 88/II/November 2017
 
Meningkatkan Kualitas Pemimpin Remaja Kristen (2)
Edisi 88/II/November 2017
 
e-BinaSiswa

Salam kasih dalam Kristus,

Remaja dan pemuda adalah tulang punggung gereja. Oleh sebab itu, gereja perlu memberikan ruang bagi remaja dan pemuda untuk berperan dalam kepimpinan dan pelayanan gerejawi. Mau tidak mau, tongkat estafet kepemimpinan dalam gereja kelak akan diserahkan kepada generasi muda ini. Pembina remaja memiliki peran penting untuk menolong remaja binaannya meningkatkan kemampuan dalam hal kepemimpinan Kristen. Zaman terus maju, cara untuk melayani jemaat pun harus kita sesuaikan dengan kebutuhan masa kini. Mari kita beri ruang bagi remaja dan pemuda untuk memimpin dan melayani. Dukung mereka menjadi pemimpin-pemimpin muda yang takut akan Tuhan, setia, berintegritas, dan bertanggung jawab. Imanuel!

Amidya

Pemimpin Redaksi e-BinaSiswa,
Amidya

 

ARTIKEL Gereja, Berilah Tempat bagi Pemimpin Muda

Yang dibutuhkan oleh orang-orang Kristen yang semakin tua dari generasi yang lebih muda adalah ajakan untuk bersandar pada gereja lokal, bukan mundur atau pensiun. Namun, sebagian dari generasi yang lebih tua membutuhkan tantangan yang berbeda -- panggilan untuk menepis kecurigaan dari siapa pun yang cukup muda untuk menjadi anak Anda, tuntutan untuk membuang pandangan yang menghina dari contoh nyata generasi di bawahnya. Dan, secara khusus, beberapa pemimpin yang lebih tua perlu mendengar permintaan bukan supaya mereka turun, melainkan supaya mereka dengan agresif memberi tempat bagi para pemimpin muda untuk maju.

Jangan Menganggap Rendah Orang Muda

Gambar: Generasi milenial

Terdapat dua bagian perintah yang diberikan oleh rasul yang sudah semakin tua kepada anak didik generasi lebih muda di dalam 1 Timotius 4:12, Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu. Bagian ini ditujukan bagi generasi Milenial (lahir tahun 1980 -- 2000), bersama dengan generasi X (1965 -- 1979): Dengan menunjukkan teladan seorang Kristen dalam perkataan dan perbuatan, tidak ada alasan bagi generasi lebih tua untuk memandang rendah Anda karena muda.

Akan tetapi, bagian kedua adalah untuk generasi Baby Boomer (lahir tahun 1946 -- 1964), dan generasi sebelum mereka, yang mendengar perintah tersebut seperti jemaat Efesus membaca surat Paulus mengenai Timotius: Dengan memancarkan watak teladan Kristen terhadap saudara-saudari dalam Kristus, hal ini membuat generasi yang lebih muda dipercaya. Jangan mengharapkan yang terburuk dari sesama orang percaya, berapa pun usia mereka. Biarkan Injil mengatasi prasangka usia yang tersembunyi.

Ciptakan Ruang untuk Kepemimpinan Baru

Larry Osborne adalah seorang pendeta dan penulis yang merintis jalan menuju transisi kepemimpinan secara besar-besaran tepat di antara generasi Baby Boomer dan generasi Milenial. Entah dalam bisnis, pemerintahan, atau gereja, banyak yang sudah merasakan ketegangannya, sebagaimana generasi Amerika terbesar sekarang dengan canggung memberi jalan kepada penerus mereka yang jumlahnya lebih banyak.

Osborne melakukan observasi bahwa di SMA dan universitas, tampaknya "orang-orang baru semakin sedikit saja". Seiring bertambahnya usia kita, jumlah murid yang masuk tiap tahun tampak kurang mengesankan dibandingkan dengan angkatan sebelumnya. Jika demikian halnya untuk kehidupan kampus yang hanya 4 tahun, bagaimana dengan rentang kehidupan orang dewasa yang lama? "Di gereja," kata Osborne, "mereka yang senior tidak pernah lulus (setidaknya sampai mereka menjadi senior secara harfiah dan meninggal dunia). Mereka memonopoli meja kepemimpinan, menghalangi generasi berikutnya. Ini adalah salah satu alasan utama sebagian besar gereja berhenti bertumbuh dan kehilangan sentuhan penginjilan (dan relevansi kultural) mereka di sekitar angka 20 tahun." (Sticky Teams, 114)

Biarkan Para Elang Muda Terbang

Gambar: Elang muda

Visi Kristen tentang kepemimpinan bukanlah suatu model masa jabatan ketika siapa pun yang paling lama menempati kursi bisa mendapatkan hak istimewa dan terkemuka sepanjang yang dikehendakinya. Visinya adalah bekerja secara proaktif dan tegas mengangkat para pemimpin yang lebih muda guna mengisi tempat kita, dan melakukan pekerjaan kita dengan lebih baik daripada yang kita lakukan. Inilah yang menjadi esensi Amanat Agung untuk memuridkan (Matius 28:19) dan penerapannya dalam kepemimpinan gereja. "Namun, visi kepemimpinan seperti itu berisiko. Ada harga yang harus dibayar," kata Osborne.

Kepemimpinan adalah zero-sum game (keuntungan yang didapatkan oleh seorang peserta berasal dari kerugian peserta-peserta yang lain - Red.). Pengaruh seseorang yang muncul selalu merupakan kemunduran pengaruh orang lain. Itulah sebabnya, memberi tempat bagi "elang muda" adalah kebijakan promosi yang agresif, terutama bagi mereka yang sudah memiliki posisi.

Impian yang bersifat menghargai orang lain dan merendahkan diri sendiri untuk membangkitkan pemimpin-pemimpin baru mungkin tampak sulit dicapai dalam pemerintahan dan bisnis. Namun, bukankah seharusnya hal itu bisa dilakukan di dalam gereja dengan meneladani Dia yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani (Markus 10:45)? Bukankah kita percaya bahwa kebesaran yang sejati ada dalam melayani, bukan dalam memerintah dan menjadi pembesar (Markus 10:42)? Kita mengejar sikap "dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama" dan "jangan hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga" (Filipi 2:3-4).

Namun, tidakkah akan membahayakan kepemimpinan gereja dengan menggantikan beberapa anggota generasi tua yang berkualitas dengan yang lebih muda?

Biarkan Orang Muda Berbicara

Gambar: Pemuda

Satu generasi yang lalu, pada Minggu pagi, 29 Agustus 1982, -- ketika angkatan pertama generasi Milenial masih memakai popok dan generasi Baby Boomer berusia 36 tahun -- John Piper mengutip Ayub 32:7-11 dan mengkhotbahkan tentang Elihu. Judul khotbahnya adalah "Biarkan Orang Muda Berbicara". Pada malam itu, gereja akan menahbiskan Tom Seller yang berusia 27 tahun, dan Piper ingin mempersiapkan jemaatnya yang berambut putih untuk menumpangkan tangan ke atas anak muda ini. Ayat emasnya adalah Ayub 32:8-9, "Tetapi roh yang di dalam manusia, dan nafas Yang Mahakuasa, itulah yang memberi kepadanya pengertian. Bukan orang yang lanjut umurnya yang mempunyai hikmat, bukan orang yang sudah tua yang mengerti keadilan," kata Piper.

Pelajaran yang diajarkan Elihu kepada kita di sini adalah bahwa bukan usia yang menjadikan bijaksana, melainkan Roh Allah. Tidak ada korelasi penting antara rambut putih dengan teologi yang bagus. Tidak ada kaitan yang signifikan antara wajah keriput dengan hati yang bijaksana.

Karena itu, tentu juga tidak ada hubungan yang penting antara usia muda dengan kebijaksanaan. Yang telah dilakukan Elihu adalah menyingkirkan usia sebagai pertimbangan utama dalam menentukan siapa yang bijaksana dan berpengertian. Dia mengajarkan kepada kita bahwa mungkin saja ada orang tua yang bodoh dan orang muda yang bodoh; bijaksana bisa dimiliki orang muda dan orang tua. Ketika kita mencari sumber kebijaksanaan, kita tidak menyimpulkan dengan pertanyaan, "Berapa usianya?" Namun, kita menyimpulkan dengan pertanyaan, "Siapa yang memiliki Roh bijaksana dan pengertian?"

Beri Ruang untuk Berkiprah

Bersamaan dengan permohonan kepada generasi lebih tua agar tidak mengabaikan generasi lebih muda demi "pensiun", ada juga permintaan ini: janganlah tidak menyukai kami, orang-orang dewasa muda, dan mengira kami bodoh karena kami muda. Dalam Kristus dan oleh Roh-Nya, jadilah peninjau demi yang terbaik, dan beri kami kesempatan untuk menunjukkan kepada Anda bahwa tidak semua dari kami seburuk yang Anda duga.

Demi kemajuan Injil dan kebaikan gereja esok dan hari ini, jangan terus biarkan kami berada di luar kepemimpinan. Ambil inisiatif ekstra untuk memberi tempat lebih banyak di meja bagi suara para pemuda, dan tolong kerahkanlah energi untuk benar-benar mendengarkan kami. Tidak lama lagi, generasi lebih muda akan mengemudikan kapalnya. Lebih baik mulailah menyerahkan kemudi lebih dini daripada nanti, dan jadikanlah transisi itu sebagai penghormatan kepada hikmat Tuhan yang tidak tergantung usia. (t/Jing-Jing)

Unduh Audio

Diambil dari:
Nama situs : Desiring God
Alamat situs : http://www.desiringgod.org/articles/church-make-room-for-young-leaders
Judul asli artikel : Church Make Room for Young Leader
Penulis artikel : David Mathis
Tanggal akses : 14 September 2017
 

BAHAN AJAR Menjadi Pemimpin Muda yang Berkenan di Hadapan Tuhan Ditulis oleh: Amidya

A. Landasan Alkitab

2 Raja-Raja 22 &, 2 Tawarikh 34

B. Tujuan

  • Mendorong siswa, remaja, dan pemuda untuk menjadi pemimpin yang berintegritas dan takut akan Tuhan.
  • Mendorong siswa, remaja, dan pemuda untuk meneladani sosok Yosia yang belia dan senantiasa berlaku seturut ketetapan Tuhan.

C. Refleksi

Yosia adalah Raja Kerajaan Israel Selatan (Yehuda) yang beribu kota di Yerusalem. Yosia menjadi raja pada usia 8 tahun (2 Tawarikh 34:1). Ayahnya, Amon, dibunuh saat ia masih kecil sehingga dalam usia belia, ia sudah diangkat menjadi raja. Yosia lahir dari keluarga yang mengenal Allah, tetapi kakeknya, Manasye, pernah melakukan hal jahat dengan menghapus seluruh hal baik yang sudah dilakukan oleh Hizkia, membawa bangsa Yehuda untuk menyembah berhala, dan menyembah Dewa Kanaan (lihat 2 Raja-raja 21:1-18). Akan tetapi, keturunan Manasye, yakni Yosia, justru mencari Tuhan saat ia berusia 15 tahun, mereformasi tata ibadah, dan menjauhkan segala bukit pengorbanan maupun berhala Kanaan.

Ensiklopedi Alkitab Masa Kini memberikan catatan mengenai tiga reformasi yang telah dilakukan oleh Yosia, yaitu:

1. Usia 15 tahun: Yosia mencari Allah Daud dan menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan dewa-dewa Asyur.

Dalam buku King Josiah - Biography, Alan Gleaning menuliskan bahwa "Yosia mencari 'Allah Daud' saat ia berusia 15 tahun". Usia 15 tahun adalah usia remaja, tetapi Yosia menyadari pentingnya mencari Allah dalam hidupnya. Ia mengenal leluhurnya, Daud, dan mencari siapa Allah yang sudah dikenal oleh Daud. Pencarian Yosia menjadikannya pemimpin muda yang tangguh dalam mengembalikan konsep dasar peribadahan bangsa Yehuda.

2. Usia 19 tahun: Yosia menghapuskan segala bentuk penyembahan berhala di Yehuda.

Gambar: Raja Yosia

Yosia menjadi raja dengan latar belakang politik dan sejarah bahwa Yehuda pernah diserang oleh Kerajaan Asyur, dan Kerajaan Israel Utara mengalami pembuangan ke Asyur. Sebagaimana kondisi waktu itu, rakyat Israel, termasuk Yehuda, mulai menyembah dewa-dewa Asyur. Yosia melakukan reformasi untuk berhenti menyembah berhala dan kejahatan yang terkait dengan itu. Dia menghapus penyembahan berhala. Dia menggali tempat dikuburkannya tulang para imam penyembah berhala dan membakarnya. Tujuan Yosia adalah menajiskan hal itu sehingga tidak ada yang menggunakannya lagi untuk menyembah berhala (2 Tawarikh 34:3-7).

3. Usia 25 tahun: Yosia memperbaiki Bait Suci yang rusak dan Kitab Taurat kembali ditemukan.

Pada usia 25 tahun, Yosia berkeinginan memperbaiki Bait Suci yang rusak sejak pemerintahan Raja Yotam, kurang lebih seabad sebelumnya. Dalam proses perbaikan tersebut, para pekerja menemukan sebuah kitab. Kitab ini terlihat penting sehingga mereka memberikannya kepada Hilkia. Oleh Hilka, kitab ini diberikan kepada Yosia. Rupanya, kitab yang ditemukan oleh para pekerja adalah kitab Taurat.

Safan, Sekretaris Raja, membacakan kitab ini untuk Raja Yosia. Lalu, Yosia mengoyakkan jubahnya -- tanda duka yang mendalam dalam budaya Yahudi. Safan tidak ragu membacakan bagian dari kitab yang menyebutkan bagaimana Tuhan akan menghukum mereka jika mereka tidak mematuhi Tuhan. Yosia yakin TUHAN sangat marah dengan Yehuda karena mereka sudah lama tinggal dalam dosa, yang saat ini sedang diungkapkan oleh firman Allah.

Raja mengirimkan orang-orangnya untuk mencari seorang nabi yang bisa mengajukan pertanyaan dan mendapatkan jawaban dari TUHAN. Mereka menemukan seorang wanita bernama Hulda. Dia memberi verifikasi dari Tuhan bahwa Tuhan memang marah terhadap Yehuda karena praktik penyembahan berhala yang mereka lakukan. Tuhan memutuskan untuk mendatangkan malapetaka atas Yehuda. Namun, karena Yosia telah merespons firman Allah dengan tepat, dengan kesedihan dan pertobatan yang sungguh-sungguh, Tuhan berjanji bahwa Yosia akan mati dengan terhormat sebelum malapetaka itu datang (2 Raja-raja 22; 2 Tawarikh 34:8-28).

D. Diskusi

  1. Yosia diangkat menjadi Raja Israel pada usia 8 tahun. Menurutmu, bagaimana jika anak seusia itu menjadi raja?
  2. Mengapa Tuhan memilih Yosia untuk menjadi pemimpin baru di Israel meskipun usianya masih sangat muda?
  3. Apakah yang membuat Yosia berkenan di hadapan Tuhan?
  4. Apakah hanya orang yang dewasa yang layak menjadi pemimpin dalam gereja? Mengapa?
  5. Syarat apakah yang dibutuhkan supaya seorang remaja layak menjadi pemimpin?
  6. Bagaimana remaja Kristen bisa mempertahankan identitasnya sebagai pengikut Kristus di tengah lingkungan yang tidak mendukung?

E. Kesimpulan

Upah dari apa yang telah dilakukan oleh Yosia dapat kita lihat dalam 2 Tawarikh 34:2. Ada tiga hal penting dari kepemimpinan Yosia berdasarkan 2 Tawarikh 34:2, yaitu:

1. Ia melakukan apa yang benar di mata Tuhan.

Gambar: Yosia hidup benar

Sepanjang hidup Yosia, ia telah memberikan contoh yang baik sebagai seorang pemimpin muda yang melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Ia tidak hanya membawa perubahan peribadatan dengan mengubah sistem politeisme (menyembah banyak dewa) kepada tatanan yang semula, yaitu menyembah satu-satunya Allah yang benar, Allah Israel. Ia juga membawa seluruh penduduk Yehuda untuk melakukan petunjuk tertulis dalam kitab Taurat Musa. Pada masa pemerintahannya, perayaan Paskah kembali diadakan.

2. Meneladani seorang pemimpin yang hidup benar di hadapan Tuhan.

Daud menjadi sosok pemimpin yang diteladani oleh Yosia. Keberadaan Daud sebagai seorang yang berkenan di hati Allah mampu membuat Yosia terus mencari Tuhan dan melakukan Taurat Tuhan, siang dan malam. Sebagai seorang pemimpin, sangat penting untuk meneladani sosok pemimpin yang baik dan berkomitmen untuk melakukan yang lebih baik bagi hormat dan kemuliaan nama Tuhan.

3. Tidak menyimpang ke kanan atau kiri.

Yosia juga setia melakukan perintah Tuhan dengan tidak menyimpang ke kanan atau kiri. Petunjuk dan perintah dalam Taurat dilakukan dengan setia. Rasa takut akan Tuhan mendasari kepemimpinannya di Kerajaan Yehuda selama 31 tahun.

Inilah kualitas seorang pemimpin yang harus diteladani dan dilakukan oleh pemimpin Kristen masa kini. Seorang pemimpin yang tidak hanya tajam dalam visi dan misi, tetapi juga melakukan reformasi rohani dan membawa seluruh orang yang dipimpin untuk hidup seturut dengan ketetapan maupun kehendak Tuhan.

Sumber bacaan:

 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-BinaSiswa.
binasiswa@sabda.org
e-BinaSiswa
@sabdabinasiswa
Redaksi: Amidya, Ariel, dan Davida
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2017 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org