Anak dan Apologetika Kristen (1)
|
e-BinaAnak -- Edisi 762/September/I/2017
|
Salam kasih,
Sering kali, ketika mendengar kata "apologetika Kristen", pikiran kita akan tertuju pada perdebatan sengit antara beberapa kubu yang dihiasi dengan penjelasan yang berapi-api. Keadaan tersebut seakan-akan membuat apologetika Kristen hanya dikhususkan bagi mereka yang telah dewasa dan memiliki pengetahuan yang lebih tentang pengajaran-pengajaran tertentu, yang kemudian diperdebatkan untuk mencari kebenaran. Lalu, bagaimana posisi apologetika Kristen dalam pandangan seorang anak? Apakah hal tersebut termasuk salah satu hal yang harus dicoret karena dianggap terlalu berat bagi mereka?
Pada bulan ini, e-BinaAnak ingin mengajak para pembaca untuk melihat kaitan antara dunia anak dengan apologetika Kristen. Melalui artikel yang berjudul "Apologetika untuk Anak: Sebuah Pendekatan Baru" beserta bahan mengajar "Allah Penyebab Pertama (1)", kami harap edisi ini akan membawa pengertian baru tentang relasi antara kedua hal tersebut dan dapat diterapkan dalam pelayanan kita kepada anak-anak. Selamat melayani, Tuhan Yesus memberkati!
|
MUTIARA GURU
|
ARTIKEL
Apologetika untuk Anak: Sebuah Pendekatan Baru
Lupakan perdebatan sengit dan penjelasan yang berapi-api. Saatnya untuk menguji kembali apologetika untuk generasi anak-anak yang baru.
Beberapa minggu yang lalu, anak saya yang berusia 10 tahun pulang dari sekolah dengan senyuman lebar di wajahnya. "John adalah seorang Kristen sekarang!"
"Wow! Itu keren sekali! Ceritakan kepada saya tentang hal itu." Saya tidak yakin apa yang ingin saya dengarkan. Mungkin bahwa Jeremiah telah belajar Empat Hukum Rohani dalam kelompok kecilnya di gereja dan memberi tahu temannya tentang hal-hal itu. Atau, mungkin ia hafal ayat-ayat dalam Roman Road (serangkaian ayat dari kitab Roma yang menjelaskan mengenai rancangan keselamatan melalui iman kepada Yesus Kristus - Red.) dan mengatakannya kepada John. Bukankah itu yang seharusnya Anda lakukan ketika Anda meletakkan dasar pada iman Anda dan memberitakan Injil?
Namun, apa yang dikatakan Jeremiah kepada saya, tidak ada hubungannya dengan hukum atau jalan. Ia mengatakan bahwa ia hanya memberi tahu kepada John sebuah kisah, yaitu kisah tentang Allah. Allah telah menciptakan dunia sempurna yang kemudian menjadi rusak, dan manusia memilih untuk tidak menaati Allah. Saat ini, dosa menghalangi kita untuk berteman dengan Allah. Ia mengatakan kepada John tentang Allah yang mengutus Yesus untuk memperbaiki apa yang sudah dirusak oleh manusia dengan menerima hukuman untuk dosa sehingga kita bisa berteman dengan Allah selamanya. John tidak meminta bukti kepada anak saya. Dia bahkan tidak berdebat tentang keabsahan apa yang anak saya ceritakan kepada dia. Mereka berteman; John kenal Jeremiah dan percaya padanya. Setelah menanyakan beberapa pertanyaan klarifikasi, John menyatakan, "Yah, kalau begitu, aku ingin menjadi orang Kristen." Ya, saya cukup bangga dengan anak saya.
Sebuah Tampilan Baru
The Premise of Diary, sebuah reality show di MTV yang mengikuti kehidupan selebritas melalui apa yang disebut "kehidupan sehari-hari", adalah acara yang menunjukkan bahwa kita membuat asumsi tentang bagaimana selebritas ini menjalani hidup -- hanya untuk mengetahui betapa salahnya kita. Slogan acara itu adalah "Anda pikir Anda tahu ... tetapi Anda TIDAK tahu". Saya pikir prinsip yang sama berlaku untuk bagaimana kita menganggap anak-anak mengomunikasikan iman mereka satu sama lain. Ironisnya, kita lupa bagaimana rasanya menjadi seorang anak.
Dalam keinginan kita untuk memastikan bahwa anak-anak yang kita layani akan memiliki dan memegang iman mereka di tengah-tengah budaya pluralisme spiritual, kita beralih ke dunia apologetika. Ketika diterapkan pada pelayanan anak, apologetika secara tradisional adalah tentang memastikan anak-anak belajar informasi yang tepat di sekolah minggu sehingga mereka secara memadai dapat mempertahankan iman mereka terhadap oposisi tak terelakkan oleh dunia yang belum bergereja. Kita juga memastikan anak-anak belajar teknik yang telah terbukti untuk menceritakan iman mereka, yang meliputi lebih banyak informasi yang hanya dapat dihafalkan dan digunakan pada saat itu.
Kita semua juga sudah membaca statistik. Semakin banyak anak-anak yang berjalan menjauh dari gereja ketika mereka mencapai usia 20-an ... bertahun-tahun kita mencoba mati-matian untuk mempersiapkan mereka dan melengkapi mereka dengan suatu apologetika informasi yang defensif.
Mungkin sudah waktunya untuk membayangkan kembali apologetika untuk generasi anak-anak yang baru dengan melihat proses pembentukan spiritual pada anak-anak secara baru, yaitu melalui lensa budaya saat ini. (t/Jing-Jing)
Download Audio
|
BAHAN MENGAJAR
Allah Penyebab Pertama (Bagian 1)
Ditulis oleh: Joy
Tujuan: Anak memahami bahwa segala sesuatu yang ada di dunia berasal dari Allah. Allah menciptakan keberadaan dari ketiadaan.
Dasar Ayat:
Aktivitas:
A. TIPE VERBAL
- Guru menyiapkan gambar objek sehari-hari, disarankan produk olahan, supaya mata rantai pemikiran anak semakin panjang.
(Contoh: Nasi goreng, kemeja, buku tulis, lukisan, dll. sesuai kemampuan anak berdasarkan usia dan konteks geografis.)
- Guru menunjukkan gambar tersebut di depan anak-anak dan meminta mereka menyebutkan dari mana asalnya.
- Minta mereka mencari asal-usulnya di tumpukan gambar, lalu menjajarkannya sehingga membentuk rangkaian.
Rantai jawaban anak kira-kira akan tampak seperti ini:
Nasi goreng - nasi - masakan ibu/koki/pedagang/dll. - beras - pasar - petani -sawah - tanah/gunung - Tuhan
Kemeja - dari toko - pabrik - kain - benang - kapas - bulu domba - domba - Tuhan
Lukisan - pelukis (manusia) - orangtuanya - kakek neneknya - dst - Tuhan / Lukisan - kain, cat - benang, pewarna - pabrik - dst. - Tuhan
B. TIPE VISUAL
Konsep sama seperti mode verbal, tetapi dimainkan dengan gambar.
- Guru menyiapkan gambar objek sehari-hari, produk olahan, serta gambar materi penyusunnya.
Contoh: Gambar nasi goreng, nasi putih, koki, beras, padi, sawah, petani, gunung. siapkan bermacam-macam rantai ciptaan dan produk olahannya, supaya ada puluhan gambar terpisah.
- Berikan pada tiap anak satu atau dua (tergantung ketersediaan waktu) gambar objek sehari-hari yang telah diolah.
- Minta mereka mencari asal usulnya di tumpukan gambar, lalu menjajarkannya sehingga membentuk rangkaian.
- Terakhir, guru mengajarkan bahwa di ujung rangkaian itu pasti ada penyebab atau pencipta, Dialah Tuhan.
|
|
Mengenal Pelayanan Era Digital dengan Publikasi It-4-God |
Sekarang, kita sedang memasuki era digital di mana teknologi telah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia, bahkan telah melahirkan generasi baru yang kita sebut generasi digital. Sebagai orang Kristen yang hidup pada era ini, kita pun perlu menyadari bahwa kita adalah bagian dari generasi digital tersebut. Kita perlu mengikuti perkembangan terkini mengenai teknologi dan dampaknya bagi dunia sehingga bisa tetap relevan dan cerdas dalam memanfaatkan teknologi, khususnya untuk pelayanan. Dapatkan informasi seputar pelayanan dan pemanfaatkan teknologi bagi kemuliaan Tuhan secara gratis di publikasi IT-4-GOD.
Untuk berlangganan, kirimkan email Anda ke subscribe-i-kan-icw@hub.xc.org atau ke live@apps4god.org dan Anda akan mendapatkan publikasi IT-4-GOD melalui mailbox Anda setiap Jumat minggu kedua dan keempat.
Nah, tunggu apa lagi, mari berlangganan publikasi IT-4-GOD agar kita semakin diperlengkapi dan semakin update terhadap perlayanan di era digital.
|
|