RIWAYAT
JOAN OF ARC
Joan of Arc, seorang martir, santa, dan pemimpin militer, yang bertindak berdasarkan pimpinan ilahi, memimpin pasukan Perancis menang atas Inggris pada Perang Seratus Tahun.
Siapakah Joan of Arc?
Joan of Arc.
Joan of Arc yang dijuluki "The Maid of Orléans" lahir pada tahun 1412 di Domrémy, Bar, Perancis. Sebagai seorang pahlawan nasional Perancis, pada usia 18 tahun, dia memimpin pasukan Perancis mengalahkan Inggris di Orléans. Satu tahun kemudian, Joan ditangkap dan dibakar pada sebuah pancang oleh Inggris dan kaki tangan mereka dari Perancis atas tuduhan menjadi pengajar sesat. Dia ditetapkan sebagai santa Katolik Roma lebih dari 500 tahun kemudian, pada 16 Mei 1920.
Latar Belakang Sejarah
Pada masa kelahiran Joan of Arc, Perancis terlibat perang berkepanjangan dengan Inggris, yang dikenal dengan sebutan Perang Seratus Tahun. Pertempuran ini dipicu oleh pertentangan tentang siapa yang akan menjadi pewaris takhta kerajaan Perancis. Pada awal abad ke-15, Perancis utara merupakan daerah perbatasan liar milik para kelompok penjarah.
Tahun-Tahun Awal
Joan of Arc lahir pada tahun 1412 di Domrémy, Perancis. Putri dari buruh tani miskin bernama Jacques d’Arc dan istrinya, Isabelle, yang juga dikenal sebagai Romée ini mempelajari keterampilan mengurus rumah tangga dan kesalehan dari ibunya. Joan tidak pernah pergi jauh dari rumah, ia memelihara ternak dan menjadi tukang jahit yang piawai.
Rumah tempat kelahiran Joan of Arc.
Pada 1415, Raja Henry V dari Inggris menyerbu Perancis utara. Setelah mengalahkan tentara Perancis, Inggris mengumpulkan dukungan dari suku Burgundi di Perancis. Perjanjian Troyes pada 1420 menganugerahkan takhta kerajaan Perancis kepada Henry V sebagai wali Raja Charles VI yang memiliki gangguan mental. Nantinya, Henry akan mewarisi takhta setelah kematian Charles. Namun, pada 1422, Henry sekaligus Charles meninggal dalam jangka waktu beberapa bulan. Hal ini membuat bayi laki-laki Henry menjadi penerus raja atas dua kerajaan. Para pendukung putra Charles dari Perancis, yang akan menjadi Charles VII, melihat peluang untuk mengembalikan takhta kepada seorang bangsawan Perancis.
Kira-kira pada masa inilah, Joan of Arc mulai mendapat penglihatan mistis yang mendorongnya untuk menjalani kehidupan yang religius. Semakin lama, visi itu semakin jelas dengan kemunculan St. Michael dan St. Catherine yang menunjuk dirinya sebagai penyelamat Perancis; juga mendorong dia untuk mengatur pertemuan dengan Charles -- yang disebut Dauphin (pewaris takhta), meminta izinnya untuk mengusir Inggris, dan melantik Charles sebagai raja yang sah.
Pertemuan dengan Dauphin
Pada Mei 1428, visi Joan mengarahkan dirinya untuk pergi ke Vaucouleurs dan menghubungi Robert de Baudricourt, pemimpin pasukan garnisun dan seorang pendukung Charles. Awalnya, Baudricourt menolak permintaan Joan. Namun, setelah dia melihat bahwa Joan mendapat dukungan penduduk desa, pada 1429, dia pun mengalah dan memberi Joan kuda dengan pengawalan sejumlah serdadu. Joan memotong pendek rambutnya. Dia berpakaian seperti seorang pria pada hari ke-11 perjalanannya menyeberangi wilayah musuh ke Chinon, lokasi istana Charles.
Awalnya, Charles tidak yakin apa maksud gadis petani yang ingin bertemu dengannya ini dan yang mengaku bahwa dia bisa menyelamatkan Perancis. Namun, Joan berhasil meyakinkan dia ketika wanita itu dapat mengenalinya dengan tepat, padahal saat itu Charles sedang menyamar di tengah orang banyak di istana. Mereka berdua mengadakan percakapan pribadi; dalam percakapan itu diyakini bahwa Joan menyingkapkan detail-detail doa Charles yang sungguh-sungguh dia panjatkan kepada Allah untuk menyelamatkan Perancis. Karena masih belum yakin, Charles menyuruh para ahli teologi terkemuka untuk menyelidiki Joan. Para pastor melaporkan bahwa mereka tidak mendapati sesuatu yang salah pada wanita itu, hanya ada kesalehan, kemurnian, dan kerendahan hati.
Pertempuran di Orléans
Akhirnya, Charles memberi senjata serta kuda kepada Joan yang berusia 17 tahun, dan mengizinkan dia pergi bersama pasukan ke Orléans, lokasi pengepungan Inggris. Dalam rangkaian pertempuran antara 4 Mei dan 7 Mei 1429, pasukan Perancis menguasai kubu pertahanan Inggris. Joan terluka, tetapi kemudian kembali ke garis depan untuk menggerakkan serangan terakhir. Pada pertengahan Juni, Perancis menghancurkan pasukan Inggris, dan dengan demikian menghancurkan persepsi Inggris bahwa mereka tidak bisa dikalahkan.
Penangkapan Joan of Arc.
Meskipun Charles kelihatannya menerima misi Joan, dia tidak menunjukkan kepercayaan penuh pada pemikiran maupun nasihat Joan. Setelah kemenangan di Orléans, Joan terus mendorong Charles untuk bergegas ke Reims agar Charles dimahkotai sebagai raja. Namun, Charles dan para penasihatnya lebih berhati-hati. Namun, akhirnya, Charles dan iring-iringannya akhirnya memasuki kota Reims. Dia dimahkotai sebagai Charles VII pada 18 Juli 1429. Joan ada di sampingnya, menempati posisi terpandang dalam upacara itu.
Penangkapan dan Persidangan
Pada musim semi tahun 1430, Raja Charles VII memerintahkan Joan of Arc pergi ke Compiègne untuk menghadapi serangan suku Burgundi. Pada pertempuran itu, dia terlempar dari kudanya dan ditinggalkan di pintu gerbang kota. Suku Burgundi membawanya sebagai tawanan dan menahannya selama beberapa bulan, lalu bernegosiasi dengan Inggris, yang menganggap Joan sebagai aset propaganda yang bernilai. Akhirnya, suku Burgundi menukar Joan dengan uang sebesar 10.000 francs.
Charles VII merasa bimbang. Masih tidak yakin akan inspirasi ilahi dari Joan, Charles pun menjauhkan diri dan tidak berusaha membebaskan dia. Meskipun aksi Joan ditujukan untuk menentang pasukan pendudukan Inggris, dia diserahkan kepada pihak gereja yang mendesak agar dirinya diadili sebagai penyesat. Dia didakwa dengan 70 tuduhan, termasuk dakwaan menjadi penyihir, penyesat, dan berpakaian seperti pria.
Awalnya, persidangan diadakan secara terbuka di depan umum, tetapi menjadi tertutup ketika Joan of Arc mengalahkan para penuntutnya. Antara 21 Februari dan 24 Maret 1431, dia diinterogasi hampir dua belas kali oleh pengadilan, dengan tetap mempertahankan kerendahan hati dan pernyataannya yang teguh bahwa dirinya tidak bersalah. Alih-alih ditahan di penjara gereja yang dijaga para biarawati, dia ditahan di penjara militer. Joan terancam dengan perkosaan dan penyiksaan meskipun tidak ada catatan bahwa hal itu pernah terjadi. Dia melindungi dirinya sendiri dengan mengikat erat pakaian tentaranya menggunakan lusinan tali. Karena frustrasi tidak bisa mempersalahkan dia, pengadilan akhirnya menggunakan alasan pakaian militer untuk melawannya, pengadilan mendakwanya dengan tuntutan berpakaian seperti pria.
Pelaksanaan Hukuman Mati
Joan of Arc dihukum di tiang gantungan.
Pada 29 Mei 1431, pengadilan mengumumkan bahwa Joan of Arc terbukti bersalah atas penyesatan. Pada 30 Mei pagi hari, dia dibawa ke sebuah pasar di Rouen dan dibakar pada sebuah pancang di hadapan kira-kira 10.000 orang. Pada saat itu, usianya 19 tahun. Legenda tentang kejadian ini menyatakan bahwa jantung Joan selamat dari kobaran api dan tetap utuh. Abu jasadnya dikumpulkan dan ditabur di Seine.
Pengadilan Ulang dan Warisan
Setelah kematian Joan, Perang Seribu Tahun masih berlanjut selama 22 tahun. Raja Charles VII akhirnya dimahkotai sebagai raja. Dia memerintahkan suatu investigasi, hingga pada 1456, Joan of Arc resmi dinyatakan tidak bersalah atas semua tuduhan dan ditetapkan sebagai martir. Dia diputuskan menjadi orang suci pada 16 Mei 1920, dan menjadi santa pelindung bangsa Perancis. (t/Jing-Jing)
TAHUKAH ANDA
JOAN OF ARC, TELADAN KEBERANIAN WANITA
Dirangkum oleh: N. Risanti
Joan of Arc dalam ketaatannya kepada Allah.
Meski keberadaannya kurang dianggap penting dalam sejarah politik dan militer Perancis, kontribusi Joan of Arc terhadap sejarah keberanian manusia sangatlah besar. Dia pernah dianggap sebagai pelaku bidah karena mengenakan pakaian militer pria. Namun, sesungguhnya, hal tersebut dia lakukan untuk melindungi diri dari tindak perkosaan selama berada di penjara; suatu kondisi yang mungkin terjadi jika dia mengenakan gaun wanita. Joan, dengan demikian, menjadi lambang keberanian seorang wanita dalam melawan penindasan, baik dalam hal gender maupun politik. Sebagai pendukung setia raja dan negara, Joan of Arc adalah simbol yang diterima oleh kerajaan sebagai seorang patriot dan putri rakyat jelata.
Joan menjadi tokoh budaya yang populer sejak kematiannya, dan banyak penulis terkenal, pembuat film, dan komposer yang telah menciptakan karya-karya tentang dirinya. Semenjak kematiannya, dia menjadi tokoh legendaris selama empat abad berikutnya, dan sumber utama informasi tentang dirinya adalah catatan-catatan yang tertulis. Tidak heran jika seorang sejarawan Amerika, Kelly DeVries menyatakan, "Tidak ada pribadi dari abad pertengahan, baik laki-laki maupun perempuan, yang menjadi subjek penelitian lebih banyak daripada Joan of Arc."
Audio: Joan of Arc, Teladan Keberanian Wanita
Referensi:
|