KARYA
ELISABETH ELLIOT
“Kita tidak bisa menyerahkan hidup kita kepada Allah dan tetap menyerahkan tubuh kita untuk diri sendiri.”(Elisabeth Elliot)
“Sekarang hanya satu keinginan saya -- menjalani hidup yang ditujukan sepenuhnya kepada Tuhan, mengerahkan seluruh kekuatan dan energi saya ke dalamnya.” Elisabeth Elliot, seorang wanita yang menginspirasi yang tetap setia kepada Allah dan kepada panggilan yang Dia taruh di dalam hatinya, melewati banyak ujian dan kesengsaraan.
Masa-Masa Awal Elisabeth
Elisabeth Elliot
Elisabeth Elliot lahir pada 27 Desember 1926 di Brussels, Belgia, tempat orang tuanya melayani sebagai misionaris. Sebelum ia genap berusia satu tahun, mereka pindah ke Amerika, tepatnya ke Germantown, Pennsylvania, di luar Philadelphia. Keluarganya bertambah saat mereka datang ke Amerika, dan Elisabeth memiliki empat adik laki-laki dan satu adik perempuan.
Ketika mereka tinggal di Germantown, ayah Elisabeth bekerja sebagai penyunting di Sunday School Times, jurnal mingguan yang berisi pelajaran-pelajaran sekolah minggu yang dipakai secara bersamaan di beberapa kelas sekolah minggu, supaya pengajaran dan pembelajaran tetap terpadu di seluruh gereja yang ada di negeri itu.
Panggilan ke Ekuador
Sebagai seorang perintis sejati dalam dunia kekristenan, Elisabeth masuk ke Wheaton College dan belajar bahasa Yunani karena dia ingin menerjemahkan Alkitab untuk wilayah-wilayah terpencil di dunia. Sewaktu kuliah, ia bertemu dengan Jim Elliot. Setelah lulus, Elisabeth melakukan perjalanan misi ke Ekuador bersama mahasiswa-mahasiswa Wheaton yang lain, termasuk Jim Elliot.
Pada tahun pertama perjalanan misionaris mereka, Jim dan Elisabeth bekerja di wilayah yang berbeda. Satu tahun setelah masuk Ekuador, Jim bergabung dengan Elisabeth dalam suku Indian Quichua. Pada 1953, Jim dan Elisabeth menikah, keduanya pun tetap melayani di Ekuador. Mereka memiliki seorang putri, Valerie Elliot Shepard. Saat suku Auca di Ekuador Timur membunuh Jim Elliot dan rekan-rekan misionarisnya, Elisabeth tidak mau meninggalkan orang-orang dari suku itu. Ia tetap tinggal di wilayah itu bersama putrinya dan Rachel Saint, saudari salah seorang misionaris yang dibunuh oleh suku Auca. Mereka hidup bersama suku Quichua.
Selagi berada di suku Quichua, dua orang wanita Auca tinggal bersama Elisabeth setahun lamanya. Selama tinggal bersama wanita-wanita Auca itu, Elisabeth jadi mengerti mengapa suku itu membunuh suami dan misionaris-misionaris lainnya. Mereka takut jangan-jangan orang luar akan berdatangan ke suku mereka dan merenggut kemerdekaan mereka. Dengan pemahaman itu, Elisabeth dan Rachel Saint bisa pergi ke suku Auca dan menjalin hubungan dengan mereka. Keduanya memperkenalkan Yesus kepada para warga suku. Suku itu pun melihat dan mengerti pengampunan serta anugerah yang ditunjukkan oleh Elisabeth dan Rachel kepada mereka.
Semasa tinggal di Ekuador, Elisabeth menulis dua buku yang berisi pengalaman dia dan Jim bersama suku Auca. Ia menulis Through the Gates of Splendor, yang merupakan catatan kisahnya bersama Jim di tengah suku Auca.
Elisabeth Pulang ke Amerika
Elisabeth dan Valerie
Setelah dua tahun tinggal di Auca, Elisabeth kembali ke Amerika bersama putrinya pada 1963. Elisabeth dan putrinya, Valerie tinggal di New Hampshire saat mereka pulang ke Amerika. Elisabeth bertemu dengan Addison Leitch, seorang profesor teologia di Gordon Conwell University, dan pada 1969, dengan senang hati ia menikah dengannya. Selama pernikahan itu, Addison dan Elisabeth berkeliling Amerika Serikat untuk melakukan ceramah-ceramah. Elisabeth tidak pernah membatasi khotbahnya kepada kaum wanita. Dia menginspirasi orang-orang Kristen lain untuk menjalani hidup mereka, baik pria maupun wanita, dengan semangat untuk hidup bagi Allah.
Pada 1973, yakni empat tahun setelah mereka menikah, Addison meninggal dalam perjuangannya melawan kanker. Valerie berusia tiga belas tahun ketika Elisabeth menikah dengan Addison dan ia senang sekali karena Allah memberinya seorang “ayah". Ketika dia meninggal, Valerie merasa hancur karena kehilangan ayah yang dikenalnya. Dia tahu Jim Elliot adalah ayah biologisnya, tetapi dia mengenal Addison sebagai seorang ayah yang ada bersamanya.
Cinta Elisabeth Ditebus
Setelah kematian Leitch, ada dua orang pria yang menumpang di rumah Elisabeth. Seorang pemondok menikahi anaknya, dan pemondok satunya, Lars Gren, menikahi Elisabeth. Lars Gren adalah seorang pendeta di rumah sakit. Lars dan Elisabeth menikah hingga dia tutup usia.
Elisabeth Elliot meninggal pada usia 89 tahun, tanggal 15 Juni 2015. Sementara jiwanya bersemayam di surga, warisannya tetap hidup di bumi melalui tulisan-tulisan dan kisah-kisahnya.
Keyakinan Elisabeth Elliot tentang Feminisme
Elisabeth tidak pernah takut untuk berbicara tentang posisi wanita. Ia percaya bahwa kaum wanita dalam dunia militer harus ada dalam posisi yang tidak ikut berperang, karena mereka dibutuhkan di rumah, sekalipun masih lajang. Dia juga sangat yakin bahwa seorang wanita yang menikah, apalagi dengan seorang pendeta, harus mendukung pelayanan suaminya dan tidak memulai karirnya sendiri. Keyakinannya muncul karena dia memberi konseling kepada begitu banyak wanita yang pernikahannya hancur karena mereka bersikeras hendak bekerja di luar rumah. Di samping itu, dia mempelajari Alkitab dan memahami apa artinya menjadi wanita. Elisabeth tidak suka mengemukakan isu tersebut, tetapi dia sangat berani dan blak-blakan dalam memberi jawaban.
Elisabeth tahu bagaimana menjawab pertanyaan tentang wanita yang menjadi pembicara di gereja. Dia menolak berkhotbah dalam ibadah Minggu pagi di hadapan jemaat. Jika dia diminta untuk mengajar di kelas sekolah minggu atau pertemuan lain di gereja, dia hanya bersedia jika laki-laki yang merupakan pemimpinnya melimpahkan pertemuan itu kepadanya. Elisabeth memahami Alkitab yang jelas menyatakan bahwa wanita tidak boleh merampas otoritas dari pria. Dia tahu bahwa Alkitab tidak membuat perbedaan antara ibadah Minggu pagi dan sore, tetapi dia juga tahu bahwa dia tidak mungkin merampas otoritas dari pria. Keyakinannya membuahkan rasa hormat, baik pria maupun wanita mau mendengarkan dia dan membaca buku-bukunya.
Buku-Buku Karya Elisabeth Elliot
Buku Elisabeth Elliot
Semasa hidupnya, Elisabeth menulis dan menerbitkan dua puluh empat buku. Dia terus berkeliling dan memberikan ceramah ke seluruh Amerika, membagikan kisah hidupnya, pengetahuannya, dan hikmat dari Firman Allah, sampai masalah kesehatan menghentikannya pada tahun 2004. Buku-bukunya yang paling populer adalah Through the Gates of Splendor dan Passion and Purity: Learning to Bring Your Love Life Under God’s Control.
Through the Gates of Splendor mengisahkan tentang Jim Elliot dan pertemuannya dengan suku-suku di Ekuador yang akhirnya merenggut nyawanya. Passion and Purity: Your Life Under God’s Control adalah sebuah buku yang membahas tentang berpacaran untuk orang-orang Kristen lajang dan bagaimana menghormati Allah dalam hubungan asmara mereka. Buku itu diterbitkan pada 1984. Di tengah dunia tempat semua orang berbuat sesuka hati, ia memberikan teladannya sendiri mengenai cinta, patah hati karena kematian suami-suaminya, dan kisah cintanya dengan mereka semua, sembari menjaga hubungan yang murni dengan mereka di hadapan Allah. Elisabeth menggunakan pengetahuan teologinya dalam buku-buku dan ceramahnya.
Kutipan-Kutipan dari Elisabeth Elliot
“Saya sangat yakin bahwa ketika Allah menunda pemenuhan atas rencana-rencana kecil kita, hal itu memberi-Nya ruang untuk mengerjakan rencana-Nya yang besar.”
“Allah tidak pernah menolak mengabulkan keinginan hati kita, kecuali untuk memberikan sesuatu yang lebih baik.”
“Sekarang hanya satu keinginan saya -- menjalani hidup yang ditujukan sepenuhnya kepada Tuhan, mengerahkan seluruh kekuatan dan energi saya ke dalamnya.”
“Serahkanlah semuanya ke dalam Tangan yang pernah terluka bagimu.”
“Rasa takut timbul ketika kita berpikir segala sesuatu bergantung pada kita.”
“Kita tidak bisa menyerahkan hidup kita kepada Allah dan tetap menyerahkan tubuh kita untuk diri sendiri.”
“Di balik segala sesuatu terdapat lengan yang kekal itu.”
(t/Jing-Jing)
Audio: Karya Elisabeth Elliot
TAHUKAH ANDA
KEINDAHAN PRIBADI ELISABETH ELLIOT
Ditulis oleh. N. Risanti
Elisabeth Elliot dinyatakan sebagai salah satu dari 50 Women You Should Know oleh Christianity Today karena pengaruhnya yang besar bagi wanita Kristen. Selain menjadi misionaris dan penulis, Elisabeth juga pernah memiliki siaran Radio Kristen, Gateway to Joy yang diproduksi oleh Good News Broadcasting Association di Lincoln, Nebraska, yang diasuhnya selama 13 tahun. Dalam siaran itu, Elisabeth selalu memulai siarannya dengan berkata, "'Anda dikasihi dengan kasih yang tidak berkesudahan -- itulah yang dinyatakan oleh Alkitab -- di bawah naungan lengan yang kekal.' Di sini, teman Anda, Elisabeth Elliot."
Elisabeth dalam sampul sebuah majalah
Dalam bukunya yang berjudul Slain in The Shadow of The Almighty, pembaca akan dapat melihat keindahan karakter seorang wanita yang sungguh beriman dan percaya akan kedaulatan Allah. Dalam buku yang judulnya terinspirasi dari Mazmur 91:1 itu, Elisabeth bercerita tentang tragedi yang menimpa suaminya, Jim Elliot, saat mencoba menjangkau orang Indian Huaorani dengan Injil. Saat tragedi itu terjadi, mereka baru menikah selama 3 tahun dan memiliki seorang putri yang berusia 10 bulan. Alih-alih melihat peristiwa itu sebagai tragedi, Elisabeth Elliot justru meyakini bahwa tempat perlindungan umat Allah bukanlah tempat perlindungan dari penderitaan dan kematian, tetapi perlindungan dari kekalahan terakhir dan puncak, yaitu kebinasaan kekal.
Sumber referensi:
1. Carter, Joe. 9 Things You Should Know About Elisabeth Elliot. Dalam https://www.thegospelcoalition.org/article/9-things-you-should-know-about-elisabeth-elliot
2. Piper, John. Slain in the Shadow of the Almighty. Dalam http://www.desiringgod.org/articles/slain-in-the-shadow-of-the-almighty
3. Shellnut, Kate. Missionary Pioneer Elisabeth Elliot Passes Through Gates of Splendor. Dalam http://www.christianitytoday.com/news/2015/june/died-elisabeth-elliot-missionary-author-gates-of-splendor.html
|