RENUNGAN NATAL
NATAL: (BUKAN HANYA) KARENA KITA
Ditulis oleh: N. Risanti
Setiap kali memasuki masa Natal, saya selalu terkenang dengan lagu Karena Kita, atau dalam judul aslinya, We Are The Reason. Melalui lagu itu, kita seolah-olah diingatkan bahwa kelahiran Yesus dan karya salib-Nya di dunia terjadi karena kita. Kitalah alasan utama dari penderitaan-Nya di kayu salib karena Ia begitu mengasihi kita. Hal itu saya percayai, dan membuat saya menjadi luar biasa kagum oleh kasih-Nya. Saya, dan kita semua pastinya, merasa menjadi subjek yang sangat penting dalam karya penebusan Kristus. Namun, benarkah itu yang sesungguhnya terjadi? Benarkah kita alasan utama dari karya penebusan Kristus di dunia dan menjadi subjek utama dalam karya penebusan itu?
Kelahiran Kristus
Tidak demikian adanya. Allah memang begitu mengasihi kita, dan sejak semula Ia tidak pernah menginginkan manusia jatuh ke dalam dosa dan binasa. Penebusan itu memang terjadi hanya bagi manusia karena makhluk lainnya, bahkan malaikat sekalipun, tidak beroleh anugerah penebusan dan pengampunan. Akan tetapi, kita perlu memahami bahwa Yesus tidak datang ke dunia semata-mata karena ia mengasihi kita. Ia datang dan menjalani karya penebusan itu untuk memenuhi kehendak Bapa-Nya, Sang Sutradara Utama dalam skenario penebusan manusia dan ciptaan-Nya (lihat Kejadian 3:15). Allahlah subjek utama dari keselamatan manusia karena sejak semula Ia telah menetapkannya demikian. Dengan menyadari hal tersebut, hendaknya kita memiliki pemikiran bahwa segala sesuatu hanya terjadi oleh karena anugerah, bukan karena kelayakan kita untuk memperoleh keselamatan tersebut. Yesus disalibkan dan menjadi jalan pendamaian bagi dosa-dosa kita karena Allah berkehendak agar manusia dan dunia ciptaan-Nya dipulihkan dari dosa, dan dijadikan kudus untuk kembali memenuhi panggilannya yang semula, yaitu memuliakan Allah dan menikmati kehadiran-Nya. Karya keselamatan yang dikerjakan Yesus sejatinya adalah bentuk ketaatan-Nya kepada Allah Bapa, seperti yang senantiasa Yesus tegaskan kepada murid-murid-Nya (Yohanes 8:42, 6:38, 7:28, AYT). Dan, dalam ketaatan tersebut, Yesus juga memberi teladan nyata, bukan sekadar wacana, agar kita taat dan tunduk kepada Allah.
Natal hendaknya menjadi peristiwa bagi kita untuk sepenuhnya menyadari anugerah Allah yang terwujud dalam diri Yesus sehingga kita dapat memaknai kasih Allah dalam kerangka yang benar. Dengan menyadari anugerah-Nya yang begitu besar bagi kita yang tidak layak, kiranya kita akan semakin menghargai anugerah keselamatan dari Allah dan menggunakan hidup kita untuk memuliakan nama-Nya. Karena Allah, kita tidak binasa. Karena Kristus, kita beroleh jalan pendamaian dengan Allah. Dan, karena Roh Kudus, kita kini diproses untuk hidup dalam kekudusan. Maranatha!
KARYA
MARIA, IBU YESUS
Hamba Allah yang Rendah Hati
Profil Maria Ibu Yesus
Maria adalah seorang gadis muda, mungkin baru berusia sekitar 12 atau 13 tahun ketika malaikat Gabriel datang kepadanya. Dia baru saja bertunangan dengan seorang tukang kayu bernama Yusuf. Maria adalah seorang gadis Yahudi biasa, sedang menunggu untuk menikah. Tiba-tiba hidupnya akan selamanya berubah.
Lukisan profil Maria dan bayi Yesus
Maria takut dan gemetar di hadapan malaikat. Ia tidak pernah menyangka akan mendengar berita yang paling luar biasa -- bahwa ia akan memiliki anak, dan anaknya akan menjadi Mesias. Meskipun ia tidak bisa memahami bagaimana caranya akan mengandung Juru Selamat, tetapi ia menjawab kepada Allah dengan keyakinan dan ketaatan.
Meskipun panggilan Maria tersebut menyimpan kehormatan yang besar, itu akan menuntut penderitaan yang besar juga. Sama seperti ada rasa sakit saat melahirkan dan ketika menjadi ibu, akan ada banyak rasa sakit dalam hak istimewa ketika menjadi ibu dari Mesias.
Pencapaian Maria
Maria adalah ibu dari Mesias, Yesus Kristus, Juru Selamat dunia. Ia adalah seorang hamba yang taat. Dia memercayai Allah, dan ia mematuhi panggilan-Nya.
Maria Ibu yang Menjadi Kekuatan Yesus
Malaikat itu mengatakan kepada Maria dalam Lukas 1:28, AYT bahwa dia disertai oleh Allah. Frasa ini secara sederhana berarti bahwa Maria telah diberi banyak anugerah atau "kemurahan yang tidak layak diterima" dari Allah. Bahkan, dengan kemurahan Allah, Maria masih akan banyak menderita. Meskipun pada suatu hari nanti ia akan sangat dihormati sebagai ibu dari Juru Selamat, dialah yang pertama kali akan mengetahui aib sebagai ibu yang tidak menikah. Ia hampir akan kehilangan tunangannya. Putra terkasihnya akan ditolak dan dibunuh dengan kejam. Ketaatan Maria akan rencana Allah akan sangat merugikannya, tetapi ia bersedia menjadi hamba Allah.
Allah mengetahui bahwa Maria adalah seorang wanita yang memiliki kekuatan dan ketaatan yang luar biasa. Ia adalah satu-satunya manusia yang menyertai Yesus di sepanjang hidupnya -- mulai dari kelahiran sampai kematian-Nya. Ia melahirkan-Nya sebagai bayinya dan menyaksikan Dia mati sebagai Juru selamat-Nya. Maria juga mengetahui memahami Kitab Suci. Ketika malaikat itu muncul dan mengatakan Bayi itu akan menjadi Anak Allah, Maria menjawab, "Aku ini hamba Tuhan. Terjadilah padaku seperti yang engkau katakan itu" (Lukas 1:38, AYT). Dia mengetahui nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama tentang Mesias yang akan datang.
Kelemahan-Kelemahan Maria
Maria masih muda, miskin, dan seorang perempuan. Sifat-sifat ini membuatnya tidak cocok di mata bangsanya untuk dipakai dengan penuh kuasa oleh Allah. Namun, Allah memandang kepercayaan dan ketaatan Maria. Dia tahu bahwa Maria akan rela melayani Allah pada salah satu panggilan yang paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Sama seperti Maria, Allah melihat ketaatan dan kepercayaan kita -- biasanya bukan pada kecakapan-kecakapan yang secara umum dianggap penting oleh manusia. Allah akan sering memilih dan menggunakan pilihan yang paling tidak mungkin.
Pelajaran-Pelajaran Hidup
Maria pasti tahu bahwa penyerahan dirinya bagi rencana Allah akan merugikannya. Selain itu, ia tahu bahwa ia akan dipermalukan dicela sebagai ibu yang tidak menikah. Ia pasti berpikir bahwa Yusuf akan menceraikannya, atau lebih buruk lagi, ia bahkan mungkin akan dihukum mati dengan dirajam. Maria tidak mungkin tidak menyadari sepenuhnya akan penderitaan pada masa depan. Ia mungkin tidak pernah membayangkan rasa sakit saat menyaksikan anak terkasih-Nya menanggung beban dosa dan mati dalam kematian yang mengerikan di kayu salib. Namun, ia tetap menyerahkan dirinya bagi rencana Allah. Dapatkah kita bersedia untuk menerima rencana Allah? Bisakah kita melangkah maju dan bersukacita dalam rencana Allah, seperti yang dilakukan Maria, ketika kita tahu bahwa itu akan sangat merugikan kita?
Lukisan profil Maria dan kesengsaraan Yesus
Tempat asal:
Nazaret di Galilea.
Referensi-referensi tentang Maria dalam Alkitab:
Maria, ibu Yesus disebutkan di seluruh Injil dan Kisah Para Rasul 1:14.
Pekerjaan:
Istri, ibu, ibu rumah tangga.
Pohon keluarga:
Suami -- Yusuf Kerabat -- Zakharia, Elizabeth Anak-anak -- Yesus, Yakobus, Yoses, Yudas, Simon, dan beberapa anak perempuan
Ayat kunci:
Lukas 1:38, AYT
Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia."
Lukas 1:46-55, AYT (Pujian Maria)
Lalu, berkatalah Maria, "Jiwaku memuliakan Allah, dan Rohku bersukacita di dalam Allah, Juru Selamatku. Sebab, Allah telah memperhitungkan hamba-Nya yang hina ini. Dengarlah, mulai sekarang dan seterusnya, seluruh generasi akan menyebutku berbahagia. Karena Ia Yang Mahakuasa telah melakukan hal-hal yang besar kepadaku, dan kuduslah nama-Nya. Rahmat-Nya diberikan dari generasi ke generasi, kepada orang-orang yang takut akan Dia. (t/N. Risanti)
|