RIWAYAT
Leo X
Leo X
Leo X (1475 -- 1521), yang menjadi Paus dari tahun 1513 sampai tahun 1521, adalah penggemar seni yang boros dan manipulator politik internasional. Reformasi dimulai pada masa pemerintahannya.
Pada paruh kedua abad ke-15, Renaisans berada dalam masa kejayaan di Italia. Kejayaan manusia telah ditemukan kembali dan diapresiasi kembali setelah pertapaan puritanisme agama abad pertengahan. Seni klasik Yunani kuno kembali digemari; bahasa Latin yang rumit dari periode awal kota Roma dipelajari lagi. Hidup di dunia ini menjadi lebih penting, bagi mereka yang mampu mengusahakannya, daripada kehidupan di akhirat. Para pangeran di negara-negara kota di Italia bertempur dan bersekongkol.
Ke dunia semacam inilah, Giovanni de' Medici, yang nantinya menjadi Paus Leo X, lahir pada 11 Desember 1475. Ayahnya, Lorenzo de' Medici atau Lorenzo yang Agung, memerintah Florence. Pamannya, Giuliano de' Medici, telah dibunuh oleh para agen Paus Sixtus IV, yang sebagai penguasa Roma merupakan saingan politik pamannya. Giovanni muda dan kakaknya, Pietro, dengan teliti dididik oleh ayah mereka dalam seni pemerintahan serta kesenangan terhadap kekayaan. Salah satu tutornya, Pico della Mirandola, adalah seorang guru humanis dan persuasif yang luar biasa. Giovanni tumbuh sebagai pemuda yang cerdas, sangat tertarik pada sastra dan seni, penuh semangat mengabdi kepada keluarganya, dan cukup religius menurut standar pada masanya. Dia secara resmi masuk dalam jajaran pastor Katolik Roma ketika berusia 7 tahun, dan dijadikan seorang kardinal oleh Paus VIII Innocent pada usia 13 tahun. Sebagai pastor, ia berhak untuk menerima pendapatan dari sejumlah gereja kaya di Florence dan Roma, menambah pengaruh keluarganya dan keberuntungannya.
Karier Gerejawi
Pada 1492, ketika ia berusia 16 tahun, Giovanni tinggal di Roma sebagai anggota penuh dari College of Cardinals, tetapi kembali ke Florence ketika ayahnya meninggal pada tahun yang sama. Dia membantu saudaranya, Pietro, mengelola urusan keluarga mereka dan kota mereka, sampai pemberontakan pada 1494 memaksa keluarga Medici pergi ke pengasingan. Karena ia telah menentang pemilihan Rodrigo Borgia sebagai Paus Alexander VI, Giovanni tidak disukai dan tidak bisa segera kembali ke Roma. Ia menggunakan waktu pengasingannya untuk bepergian ke seluruh Eropa.
Ketika Pietro meninggal pada 1503, Giovanni menjadi kepala keluarga Medici. Ia dengan senang hati mengambil pekerjaan yang ditawarkan kepadanya oleh Paus Julius II pada 1512 untuk memimpin pasukan kepausan melawan musuh keluarganya di Florence. Ekspedisi itu adalah sebuah bencana. Pasukannya dikalahkan, dan Giovanni dipenjarakan. Utusan-utusan dari keluarga Medici segera menjamin pembebasannya, dan ketika keluarganya dibangun kembali di Florence, Giovanni kembali dengan kemenangan sebagai penguasa kota. Ia dipilih menjadi paus pada Februari 1513. Giovanni meninggalkan Florence dalam pimpinan adiknya, Giuliano, karena ia sendiri akan memegang kendali atas gereja, kota Roma, dan Pemerintahan Kepausan. Ia ditahbiskan menjadi imam pada 15 Maret, ditahbiskan sebagai uskup pada 17 Maret, dan dinobatkan sebagai Paus Leo X pada 19 Maret. Pada usia 37 tahun, ia telah mendapatkan semua kekayaan dan kekuasaan kepausan.
Karya seni pada masa Renaisans
Leo bergerak cepat untuk mengonsolidasikan kekuasaan politiknya. Ia bergabung dengan Kaisar Maximilian I dari Jerman, Raja Ferdinand V dari Spanyol, dan Raja Henry VIII dari Inggris untuk mengusir Perancis dari Italia utara. Ketika Perancis menyerang kembali, ia setuju untuk mengembalikan bagian dari bekas wilayah mereka jika mereka mau memberikan dukungan militer kepada keluarga Medici di Florence. Tak lama kemudian, ia menandatangani perjanjian dengan raja Perancis, Francis I, yang memungkinkan raja untuk mengontrol pemilihan semua uskup di Perancis, kesepakatan yang bertahan hingga Revolusi Perancis.
Di kerajaannya sendiri, di kota Roma, Leo menempatkan keluarganya dalam posisi-posisi kekuasaan. Sepupunya, Giulio, menjadi Uskup Agung Florence dan seorang pejabat di istana Paus. Ia menunjuk keponakannya, Lorenzo, untuk memerintah Florence menggantikan saudaranya, Giuliano, yang ia nikahkan dengan seorang putri dari keluarga Savoy di Perancis. Ketika ia memergoki sebuah rencana di istananya sendiri untuk meracuninya, Leo mengeksekusi seorang kardinal dan menempatkan yang lainnya di penjara. Untuk menetralisir kekuatan para pejabat yang tersisa, ia mengangkat 31 kardinal baru, semuanya adalah anggota keluarga atau orang-orangnya sendiri yang dapat dipercaya. Salah satu langkah politik terakhirnya adalah membentuk aliansi lain dengan Kaisar Charles V dan Raja Henry VIII dari Inggris untuk kembali mengusir Perancis dari Italia utara.
Penggemar Seni
Sembari bernegosiasi dengan para raja dan kaisar untuk masa depan Eropa, Leo menemukan waktu untuk kesenangan-kesenangan yang ia cintai. Seniman, penulis, dan musisi datang ke Roma dari seluruh Italia atas permintaannya. Ia membuat proyek-proyek khusus untuk memanfaatkan talenta seniman Raphael yang luar biasa. Dia mendirikan sebuah percetakan Yunani di Roma dan mendorong komunitas Yahudi di kota itu untuk memulai operasi percetakan mereka sendiri. Posisi gereja diberikan kepada para penulis, penyair, dan penerjemah, beberapa yang lebih disukai kemudian dijadikannya sebagai uskup. Leo sendiri adalah seorang ahli dalam bahasa Latin klasik dan senang memberikan pidato spontan dengan gaya Cicero. Ia memerintahkan diadakannya pertunjukan-pertunjukan drama dan menyuruh mereka tampil di depan istananya. Sebagai seorang ahli seni, ia tiada bandingannya di Eropa. Selama ia menjadi Paus, Roma menjadi pusat kebudayaan Barat.
Leo, secara khusus, sangat menyukai aktivitas berburu, dan melakukannya dengan gaya yang mewah. Paus dan rombongannyalah yang memulai perburuan menjadi seperti pertunjukan bagi orang-orang Romawi sebagaimana sebuah olahraga bagi istana kepausan. Ia sering menghadiri misa sebelum berangkat dan, kadang-kadang, menggelar misa sendiri. Namun, agama, meskipun dijunjung tinggi, tidak pernah menghalangi apa yang ia anggap sebagai "tuntutan-tuntutan penting dari jabatannya". Ketika keuangan kepausan mulai menunjukkan tekanan akibat pengeluaran Leo yang boros, ia tanpa ragu-ragu memanfaatkan kekuatan agama untuk menambah pendapatan. Ia menuntut biaya uang pembayaran dari semua uskup dan kardinal baru, dan mengesahkan penjualan indulgensia di seluruh Jerman untuk mendapatkan uang guna pembangunan-ulang besar-besaran Gereja Basilika Santo Petrus, gereja Roma yang paling penting.
Martin Luther
Berita pada tahun 1517 bahwa seorang biarawan Jerman telah mengumumkan 95 tesisnya yang menentang banyak praktik gereja, terutama bisnis indulgensia, membuat Leo mengeluarkan pernyataan bahwa Martin Luther adalah "seorang Jerman mabuk yang akan segera sadar". Namun, Luther telah memancing kemarahan massa. Orang-orang, yang kebutuhan rohaninya yang besar tidak dipuaskan oleh jenis gereja pimpinan Leo, mendukung Luther dalam jumlah yang besar, seperti yang dilakukan oleh banyak pangeran Jerman yang sudah lama membenci aliran uang ke Roma.
Setelah beberapa tahun perundingan yang gagal, pada 1520, Leo mendakwa Luther dengan keputusan Exsurge Domine, yang dimulai dengan "Bangunlah, ya TUHAN, dan hakimilah perkara-Mu sendiri ... Seekor babi hutan telah menyerang kebun anggur-Mu." Luther membakar dokumen itu dan kemudian secara resmi dikucilkan dari gereja oleh Paus. Ketika, setahun kemudian, Raja Henry VIII dari Inggris menulis sebuah risalah melawan Luther, Leo menganugerahinya dengan sebutan Defender of Faith (Pembela Iman - Red.). Namun, Reformasi Luther meraih momentum yang tidak tertahankan di seluruh Eropa utara, sementara Paus Leo kembali pada intrik-intrik politiknya di Italia.
Ilustrasi perlawanan Martin Luther
Tahun-Tahun Terakhir
Ekspedisi militer melawan Perancis, yang digerakkan oleh Leo melalui perjanjian terakhir dengan kaisar dan raja Inggris, berakhir pada November 1521 ketika pasukan Kaisar merebut kota Milan dari Perancis dan menyerahkan empat provinsi utara Italia ke tentara Paus. Leo hampir tidak punya waktu untuk menikmati kemenangannya. Dia meninggal secara tiba-tiba di istananya pada malam 1 Desember 1521, hanya beberapa hari sebelum ulang tahunnya yang ke-46. Banyak yang menduga ia telah diracuni.
Di sepanjang karier gerejanya, Leo memberikan perhatian utama pada kesejahteraan keluarga Medicinya sendiri dan, kemudian, untuk kekuasaan politik kepausan. Gaya hidupnya yang boros tercermin dalam kehidupannya di istana Florentine ayahnya. Leo memainkan politik internasional dengan keterampilan dan keberanian yang luar biasa pada usianya. Ia adalah personifikasi dari cita-cita humanistik Renaisans, seorang pria yang hidup elegan dan penuh, seorang pria dengan selera dan bakat. Namun, Leo bukanlah seorang pemimpin agama, dan gagal memenuhi kebutuhan rohani pada zamannya. Sebagai paus, Leo X adalah seorang pangeran Italia yang luar biasa.
Bacaan lebih lanjut tentang Leo X
Catatan yang menyeluruh dan bernilai sejarah tentang kehidupan Leo disajikan dalam sejumlah studi yang lebih tua: William Roscoe, The Life and Pontificate of Leo the Tenth (4 vols., 1805-1806); Ludwig Pastor, History of the Popes, vols. 7 and 8 (1908); Herbert M. Vaughan, The Medici Popes (1908); dan Joseph A. Gobineau, The Renaissance: Savonarola, Leo X (1913). Frederich Gontard, The Popes (1964), memberikan gambaran yang hidup dan menarik tentang karakter Leo dan gaya kepausan selama pemerintahannya. Tulisan-tulisan tentang sejarah gereja, seperti Philip Hughes, A History of the Church, vol. 3 (1947), sangatlah membantu karena menempatkan Leo X dalam konteks "pergerakan-pergerakan" pada zamannya. (t/Jing-Jing)
TAHUKAH ANDA?
Leo X, Hedonis Renaisans, dan Reformasi Gereja
Ditulis oleh: N. Risanti
Kemegahan Basilika Santo Petrus
Leo X tidak memandang serius pergerakan kaum Lutheran seperti yang kemudian ditunjukkan oleh sejarah. Leo percaya bahwa Luther adalah seorang bidat yang ajarannya akan menyesatkan beberapa orang yang setia, dan, seperti yang terjadi pada masa lalu, agama yang benar akan menang pada waktunya. Para sejarawan bahkan meyakini jika saja ia lebih berfokus pada masalah-masalah religius dibandingkan urusan-urusan seni, reformasi gereja mungkin tidak akan pernah terjadi. Sejarah, dengan demikian, akan selalu mengaitkan Leo X dengan kegagalannya dalam membawa gereja ke arah yang benar.
Sebagai seorang penganut Renaisans sejati, Leo X memiliki beberapa peninggalan megah, yang dibangun pada masa pemerintahannya sebagai paus di kota Roma. Gereja Basilika Santo Petrus di Vatikan dan perpustakaan Vatikan merupakan hasil usahanya yang kemegahannya hingga kini masih dapat dinikmati oleh banyak orang di dunia. Mungkin, ungkapan dari Barbara Wertheim Tuchman, seorang sejarawan dan penulis Amerika terhadap Leo X sebagai seorang "hedonis yang berbudaya" menjadi salah satu ungkapan yang tepat untuk menggambarkan diri dari sosok Paus yang kontroversial ini.
Download Audio
Sumber referensi:
1. Gallaher, John G. Leo X. Pope. Dalam https://www.britannica.com/biography/Leo-X
2. _____. 2001. Pope Leo X. Dalam http://www.pbs.org/empires/martinluther/char_leo.html
3. Webley, Kayla. 2010. Leo X. Dalam http://content.time.com/time/specials/packages/article/0,28804,1981842_1981844_1981624,00.html
4. Wikipedia contributors. Pope Leo X. Wikipedia Dalam https://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Pope_Leo_X&oldid=781510682. Diakses pada 23 Mei 2017
|