RIWAYAT
LOUIS IX (1214 -- 1270)
"Dalam kemakmuran, bersyukurlah kepada Allah dengan kerendahan hati." (Louis IX)
Raja Louis IX
Raja Louis IX adalah satu-satunya Raja Perancis yang pernah ditahbiskan sebagai seorang santo. Dia adalah seorang raja yang sangat populer, terkenal karena kebaikan dan perlakuannya yang adil dengan rakyatnya. Louis memimpin Perang Salib ke-7 pada pertengahan abad ke-13, dan meninggal dalam Perang Salib lainnya dua puluh tahun kemudian.
Louis adalah anak keempat dari Louis VIII, tetapi menjadi yang sulung yang tetap bertahan hidup pada usia muda. Ketiga kakak Louis IX meninggal pada usia muda, dan ia menikmati masa kanak-kanaknya. Ia belajar berburu, sejarah, geografi, dan sastra dari tutor terbaik. Ibunya, Blanche dari Castile, membesarkannya menjadi seorang Kristen yang bijaksana dan antusias. Dia dikenal memiliki temperamen, yang kemudian diupayakannya untuk dikontrol.
Setelah kematian ayahnya pada tahun 1226, Louis yang berusia dua belas tahun menjadi raja, dan ibunya berperan sebagai penasihat. Blanche menjadi saksi saat ia dimahkotai di Reims, meskipun banyak bangsawan yang berkuasa tidak hadir, dan berhasil mencegah bangsawan dari pemberontakan. Melanjutkan upaya almarhum suaminya, dia mengakhiri pemberontakan Albigensian. Dengan bimbingan Blanche, Louis berhasil memberlakukan perjanjian pada Raymond, penguasa Toulouse, untuk menyelesaikan sengketa Languedoc dan memperkuat otoritas kerajaan dengan sementara menutup Universitas Paris untuk menghentikan pemberontakan mahasiswa.
Pada usia lima belas tahun, Louis sendiri yang memimpin pasukan untuk menghadang penyerangan dari Henry III, tetapi Raja Inggris tersebut kemudian mundur dan gencatan senjata kemudian diperbarui.
Blanche menyerahkan kontrol pemerintahan kepada Louis pada tahun 1234. Pada saat itu, ia telah mengembangkan reputasi sebagai seorang kesatria, seorang raja yang adil, dan pelindung gereja yang saleh. Ibunya memilih pengantinnya, yaitu Margaret, putri penguasa Provence, dan Louis menikah dengannya pada bulan Mei. Louis jelas sangat memuja Margaret -- mereka memiliki sebelas anak. Sayangnya, Blanche cemburu terhadap perhatian anaknya kepada istrinya.
Pada tahun 1242, pemberontakan lain berkobar. Hugh dari Lusignan, yang telah menikahi ibu janda dari Henry III, menyebabkan masalah di Aquitaine. Raja Henry kembali ke Perancis dengan kekuatan yang besar dan sebagian besar bangsawan di Perancis Barat bergabung dengannya. Namun, Louis hanya mendapatkan perlawanan ringan di Jembatan Taillebourg dan menegosiasikan gencatan senjata lainnya. Tidak lama setelah kemenangan ini, Louis sakit karena sejenis malaria.
Sementara ia masih belum pulih, pada bulan Desember 1244, Louis memutuskan untuk pergi melancarkan Perang Salib. Kerajaannya sendiri dalam keadaan damai dan Tanah Suci dalam bahaya, dengan Yerusalem berada dalam kekuasaan orang Muslim dan Damaskus baru saja diambil alih oleh Sultan Mesir. Membutuhkan waktu lebih dari tiga tahun untuk persiapan, tetapi ketika ia berangkat pada bulan Agustus 1248, ia pergi dengan 100 buah kapal, 35.000 orang, beserta istrinya dan anak-anak, meninggalkan ibunya untuk melayani sebagai pengawas sekali lagi.
Louis IX mendarat di Mesir saat Perang Salib
Perang Salib dimulai secara baik dengan pengambilan Damietta, Mesir. Akan tetapi, ketika Louis pindah ke Kairo, banjir dari Sungai Nil menyebabkan upaya penaklukkan berikutnya, perebutan Benteng Al-Mansurah, menjadi perang panjang yang melelahkan pasukannya. Dengan sebagian besar anak buahnya terkena wabah, Louis memerintahkan penarikan mundur ke Damietta, sebuah langkah mundur di mana pasukan Mesir terus-menerus menyerang tentara salib yang sakit dan akhirnya menangkap mereka pada bulan April tahun 1250.
Raja Louis akhirnya menegosiasikan kebebasan dirinya dan juga kebebasan baronnya dengan tebusan yang mahal, dan walaupun mempermalukan tentara salibnya, ia memutuskan untuk tetap berada di Tanah Suci. Di sana, ia mampu mengatasi aib kekalahan militer dengan membentuk aliansi yang menguntungkan. Dia masih tinggal di sana selama empat tahun berikutnya, dan hanya kembali ke rumah ketika mengetahui kematian Blanche.
Kembali ke Perancis, Louis memiliki beberapa pekerjaan yang harus dilakukan untuk memperbaiki pelanggaran yang dilakukan oleh para pejabat akibat ketidakhadirannya. Dia menunjuk para penyidik dan memberikan dua peraturan terkenal yang menguraikan tanggung jawab dan tugas-tugas dari pejabat kerajaan. Dia juga melarang prostitusi, hukuman siksaan dengan pertempuran dan duel penentuan/turnamen, dan ia mengenakan hukuman pada pemalsuan. Langkah-langkahnya memperkuat otoritas kerajaan dan keadilan, serta menstabilkan mata uang, membantu dalam peningkatan perdagangan dan pertukaran.
Louis juga menaruh minat pada seni, arsitektur, dan sastra, mendukung pembangunan gedung-gedung bangunan, dan peningkatan sastra. Ia mendorong pendetanya, Vincent dari Beauvais, untuk menulis sebuah ensiklopedia (Speculum Majus). Saat Louis menjadi raja, Universitas Paris merupakan magnet yang tak tertandingi bagi para mahasiswa dari seluruh Eropa. Istananya hidup dengan percakapan menarik yang didorong oleh sang raja yang bersemangat.
Namun, meskipun ia memimpin kehidupan yang bahagia dan keteladanan, Louis tetap dihantui dengan situasi di Tanah Suci. Pada tahun 1269, ia memutuskan untuk kembali ke Afrika, dan memilih Tunisia sebagai titik untuk melancarkan pukulan hebat terhadap orang-orang Muslim. Keputusan tersebut berakibat fatal. Setelah mendarat di Tunisia pada awal Juli 1270, ia mencetak serangkaian kemenangan yang mudah dan mengambil Kartago di dalam prosesnya. Namun, seperti pada perjalanan perang sebelumnya, pasukannya terpukul oleh wabah.
Louis akhirnya meninggal pada bulan Agustus dalam usia 56 tahun. (t/N. Risanti)
Download Audio
TAHUKAH ANDA?
WARISAN KESALEHAN HIDUP LOUIS IX
Ditulis oleh: N. Risanti
Kebijaksanaan Louis IX dalam memerintah
Louis membangun kesalehan dan kerendahan hati yang mendalam saat ia menjabat sebagai penguasa Perancis. Ia sering berpakaian sederhana, makan dengan sederhana, dan memberi makan banyak orang miskin. Tidak hanya bersikap murah hati kepada mereka yang miskin dan para janda veteran Perang Salib, Louis dan anak-anaknya bahkan juga membasuh kaki para pengemis dan melayani kebutuhan para penderita kusta. Istrinya yang sangat religius, Margaret, menjadi pasangan yang ideal bagi Louis dalam menjalani kehidupannya sehingga tidak mengherankan jika pernikahan mereka menjadi sangat harmonis dan penuh dengan kebahagiaan.
Dalam pemerintahan, Louis berupaya membangun suatu bangsa yang kudus dengan berbagai kebijakan yang dibangunnya. Selain melarang cara riba (meminjamkan uang dengan bunga yang sangat tinggi sebagai cara untuk mencari keuntungan), ia juga menyusun hukum adat, melarang hukuman dengan cara duel, dan menjadi orang pertama yang memperkenalkan sistem dugaan tidak bersalah (presumption of innocence) dalam kasus kriminal. Peninggalannya yang bersejarah bagi umat Katolik adalah bangunan Sainte-Chapelle (Kapel Suci) yang memiliki desain arsitektur megah bergaya gotik, yang sekaligus menjadi tempat untuk menyimpan relikui-relikui bersejarah dari penyaliban Kristus. Satu hal mendasar yang membuat Louis memiliki berbagai kesalehan sebagai seorang pribadi dan pemimpin adalah bahwa apa pun yang ia lakukan, ditujukan bagi kemuliaan Allah dan bagi kebaikan rakyat yang dipimpinnya.
Sumber referensi: 1. Tim Christianity Today. 2016. "Louis IX. Saintly king of France". Dalam http://www.christianitytoday.com/history/people/rulers/louis-ix.html 2. Wikipedia contributors. Louis IX of France. Wikipedia. Dalam https://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Louis_IX_of_France&oldid=764583642. Diakses tanggal 10 Februari 2017
|