"Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani." (Roma 1:16)
Dalam versi NIV Study Bible, Rasul Paulus berkata, I am not ashamed of the Gospel, because it is the power of God for the salvation of everyone who believes: first for the Jew, then for the Gentile. (Roma 1:16)
Bila kita menganalisa ayat di atas dalam kombinasi terjemahan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa keyakinan Paulus yang kokoh dalam Injil membuat ia tidak malu (I am not ashamed of the Gospel) terhadap siapa pun (bahkan, kalau kita bayangkan pada saat itu bahwa Kekaisaran Romawi sedang berkuasa). Pasti ada penyebab (alasan yang mendorong/memotivasi) yang membuat seseorang bisa memiliki keyakinan yang kokoh (strong conviction) akan suatu paham atau ajaran atau pengetahuan. Dalam hal ini, kita dengan jelas melihat bahwa Paulus meyakini Injil sebagai kekuatan Allah (the power of God) yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, tidak jadi soal apakah dia itu suku bangsa Yahudi (Jew) maupun Yunani (Gentile).
Mengapa Rasul Paulus menegaskan keyakinan yang luar biasa itu kepada orang Kristen di Roma dan kita pada saat ini? Kalau kita telusuri ayat-ayat sebelumnya, kita mendapati bahwa perasaan berutanglah yang membuat Paulus rindu untuk memberitakan Injil Allah juga kepada orang-orang yang diam di Roma (Roma 1:14 dan Roma 1:15). Waktu menulis surat ini, Paulus mungkin sedang memikirkan dua hal. Ia merasa berutang karena kebaikan yang telah ia terima, dan ia juga merasa berutang karena bebannya untuk memberitakan Injil kepada mereka. Kalimat yang sangat padat ini dapat berarti demikian: "Karena segala sesuatu yang telah aku terima dari mereka dan karena segala kewajibanku untuk memberi kepada mereka, saya berutang kepada segala macam orang." Lebih khusus lagi, apa yang dimaksudkan Paulus adalah bahwa berita yang ia sampaikan, perasaan dan rasa berutangnya adalah kepada orang-orang yang bijaksana dan orang yang sederhana, yang berkebudayaan tinggi maupun yang rendah, yang berpendidikan maupun yang tidak. Beritanya adalah untuk seluruh dunia, dan keinginannya adalah supaya suatu hari ia menyampaikan berita itu di Roma juga.
Rasul Paulus sangat menyadari betapa pentingnya memberitakan Injil sehingga dengan berani dan dengan kemurnian hati, di hadapan jemaat Korintus dia berkata, "Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil" (1 Korintus 9:16).
1. Arti Penginjilan
Penginjilan tidaklah semata-mata bicara tentang metode yang tepat atau kontekstualisasi pendengar meskipun hal itu harus dipelajari, melainkan suatu semangat dan kerinduan untuk membawa jiwa-jiwa yang tersesat kepada Kristus, Sang Juru Selamat dan Tuhan atas hidup manusia. Penginjilan itu bukanlah semata-mata:
- Memberitakan kebenaran umum tentang keberadaan Allah atau aturan/hukum moral.
- Memberitakan pengajaran dan teladan Yesus, tetapi menghadirkan Yesus Kristus itu sendiri, Juru Selamat yang hidup dan Tuhan yang memerintah (to present Jesus Christ himself, the living Saviour and the reigning Lord).
- Memberitakan Yesus yang hidup sebagai penolong dan teman tanpa mengacu kepada karya keselamatan-Nya di atas kayu salib.
Kalau demikian, apa sesungguhnya yang dimaksud dengan penginjilan? Penginjilan adalah:
- Memberitakan berita yang spesifik.
- Menyatakan Yesus Kristus, Hamba yang diurapi Allah, pengantara Allah dan manusia (1 Timotius 2:5), satu-satunya pribadi yang melalui-Nya manusia dapat datang untuk percaya kepada Allah (Yohanes 14:6), satu-satunya jalan keselamatan (Kisah Para Rasul 4:12).
- Memberitakan berita yang spesifik dengan aplikasi yang spesifik.
- Dosa telah menghancurkan hubungan antara Allah dan manusia. Dosa telah membuat semua manusia kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Memberitakan Injil berarti menyatakan kepada manusia bahwa ada jalan keluar dari segala penderitaan yang mereka alami karena dosa di dalam dan melalui Yesus Kristus. Oleh karena itu, penginjilan berarti mendorong orang berdosa untuk menerima Yesus sebagai Juru Selamat mereka, menyadarkan mereka bahwa tanpa Kristus mereka akan binasa.
2. Pesan Penginjilan
Injil adalah berita anugerah Allah. Berita anugerah yang meliputi:
- Pengenalan akan Allah: sifat-sifat-Nya yang kudus, benar, adil, dan mulia, serta tuntutan-Nya terhadap manusia ciptaan-Nya, untuk menyembah dan memuliakan Dia.
- Kesadaran manusia akan dosa. Injil menyatakan betapa kita telah jatuh, gagal memenuhi hukum-hukum Allah. Kita telah terhukum, tak berdaya, dan diperbudak oleh dosa, berada di bawah hukuman Allah. Dan, tidak ada sesuatupun yang dapat manusia perbuat untuk memperoleh perkenanan Allah. Injil menuntun kita kepada keputusasaan terhadap diri sendiri. Dan, ini adalah langkah yang penting untuk datang kepada Kristus memohon anugerah keselamatan dari Tuhan. "Setiap orang sedang menghadapi masalah. Kita semua mempunyai masalah. Tidak ada satu orang pun yang lebih baik daripada yang lain. Kita semua sangat membutuhkan Tuhan. Sesungguhnya, tidak ada tempat bagi kesombongan dan tidak ada tempat bagi perasaan minder."
- Berita tentang Kristus: Kristus adalah Tuhan yang bangkit, Juru Selamat yang sempurna, Anak Domba Allah yang mati bagi dosa saudara dan saya. Penderitaan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya ke surga adalah inti Injil (1 Korintus 15:3-4).
- Kelahiran baru dan pertumbuhan rohani. "Kamu telah menerima Kristus Yesus Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur." (Kolose 2:6-7)
3. Motivasi Penginjilan
Pernahkah saudara membayangkan, motif apa yang ada di balik peristiwa pembunuhan secara besar-besaran oleh Hitler terhadap suku bangsa Yahudi pada masa perang dunia kedua? Nah, sekarang mari kita pikirkan dan renungkan apa yang menyebabkan Allah rela mengutus Putra Tunggal-Nya ke dalam dunia? Sesungguhnya, inkarnasi Allah di dalam Kristus Yesus menjadi bukti yang otentik dan kekal akan Kasih Allah yang tanpa syarat, yang telah didemonstrasikan kepada alam semesta, dan secara khusus kepada manusia berdosa. Allah itu kasih adanya (1 Yohanes 4:8).
Ada dua hal pokok yang menjadi motivasi kita dalam memberitakan Injil:
-
Kasih kepada Allah dan kerinduan akan kemuliaan-Nya.
Mengasihi Allah berarti menuruti perintah-Nya (1 Yohanes 2:5). Perintah Agung yang Tuhan berikan sebelum Ia naik ke surga adalah untuk, "Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku." Ini adalah perintah untuk seluruh murid Kristus, perintah bagi gereja sepanjang masa.
-
Kasih kepada sesama dan kepedulian kepada pekerjaan-Nya.
Siapa sesama kita yang membutuhkan Injil? Kisah orang Samaria yang baik hati menunjukkan kepada kita bahwa sesama kita adalah orang yang kita temui yang sangat membutuhkan Tuhan. Allah menempatkan dia di sana supaya kita dapat menolong dia. Jadi, kita berhubungan dengan teman-teman yang di luar Kristus, yang berada di bawah hukuman Allah. Kita harus melihat mereka sebagai sesama yang membutuhkan pertolongan Tuhan melalui kita, dan mari kita tanya pada diri kita, apa yang harus kita perbuat untuk membawanya kepada Kristus.
Adalah hak istimewa untuk memberitakan Injil, hal yang luar biasa untuk menceritakan kasih Kristus kepada orang lain. Menyadari bahwa kita membagikan hal yang terpenting dalam hidup mereka.
4. Tantangan Penginjilan
Bila kita mengamati kondisi zaman ini, sesungguhnya tidak berbeda dengan apa yang telah Paulus nyatakan di dalam suratnya kepada Timotius, bahwa "Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu daripada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakikatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu" (2 Timotius 3:2-5). Siapa sesungguhnya pribadi yang berada di balik kebebalan hati manusia dan yang telah membutakan pikiran manusia sehingga tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah? Musuh Injil yang terbesar adalah Iblis, yang menjadi ilah zaman ini. Kuasa yang mengeraskan hati manusia sehingga tertutup terhadap kebenaran Injil. Meskipun demikian, Rasul Paulus tidak berharap supaya Timotius tawar hati (mundur) atau bahkan hanya menjadi penonton saja. Perintahnya jelas sekali, "Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang mengajarkannya kepadamu" (2 Timotius 3:14). Perintah itu pun berlaku buat kita saat ini. Apa sesungguhnya harapan Paulus? Rasul Paulus ingin menegaskan bahwa Timotius harus tetap bertekun dalam berita Injil meskipun dunia menolak, meskipun Iblis semakin berusaha menghambat. Kita juga harus tetap setia dan berpegang teguh pada firman Tuhan. "Karena Allah tidak menetapkan kita (manusia) untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus Tuhan kita." (1 Tesalonika 5:9)
Dua bait syair lagu di bawah ini mengajak kita untuk mengevaluasi hidup kita, sudah seberapa besar kesungguhan kita di hadapan Tuhan dalam menggunakan kesempatan yang Tuhan berikan secara bertanggung jawab untuk memberitakan Injil-Nya:
Sudahkah yang terbaik kuberikan Kepada Yesus Tuhanku Besar pengorbanan-Nya di kalvari Diharapnya terbaik dariku.
Berapa yang terhilang t'lah kucari dan kulepaskan yang terbelenggu sudahkah yang terbaik kuberikan kepada Yesus Tuhanku.
Telah kuperhatikankah sesama Atau kubiarkan tegar? 'Ku patut menghantarnya pada Kristus Dan kasih Tuhan harus kusebar.
Kiranya Tuhan menolong kita menggenapi Firman-Nya.
|