Buku Pengkhotbah berisi buah pikiran dari `Sang Pemikir'. Ia
merenungkan dalam-dalam betapa singkatnya hidup manusia ini, yang penuh
pertentangan, ketidakadilan dan hal-hal yang sulit dimengerti. Maka
disimpulkannya bahwa "hidup itu sia-sia". Ia tak dapat memahami tindakan
Allah dalam menentukan nasib manusia. Tetapi meskipun demikian,
dinasihatinya orang-orang untuk bekerja dengan giat, dan untuk sebanyak
mungkin dan selama mungkin menikmati pemberian-pemberian Allah.
Kebanyakan dari buah pikiran Sang Pemikir itu bernada sumbang, bahkan
putus asa. Tetapi kenyataan bahwa buku ini termasuk dalam Alkitab,
menunjukkan bahwa iman yang mendasarkan Alkitab cukup luas untuk
mempertimbangkan juga keragu-raguan dan keputusasaan semacam itu. Banyak
orang yang telah membaca buku ini merasa terhibur, karena mereka
seolah-olah melihat sifat-sifat mereka berdiri di dalam buku Pengkhotbah
ini. Mereka pun sadar bahwa Alkitab yang mencerminkan pemikiran-pemikiran
yang sumbang itu, juga memberi harapan tentang Allah, harapan yang memberi
arti kehidupan yang sebenarnya.
|