Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2016/05

e-JEMMi edisi No. 04 Vol. 19/2016 (25-5-2016)

Utusan Misi

e-JEMMi Edisi 05/Mei/2016

Misi dan Pendidikan -- Edisi 05/Mei/2016

DARI REDAKSI: TERANG KRISTUS DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Shalom,

Pendidikan merupakan hal yang penting dan sudah menjadi satu kebutuhan bagi manusia. Pendidikan merupakan perhatian Tuhan Allah dalam menyelenggarakan rencana-Nya yang besar bagi dunia. Dalam edisi ini, kita akan belajar bahwa pendidikan merupakan tindakan misioner yang harus digarap serius oleh gereja dan pelaku misi dengan segala kemungkinan dan tantangan, untuk membawa jiwa menemukan kebenaran melalui Injil dan membawa terang Kristus bagi dunia pendidikan secara umum. Mari kita menyimak sebuah artikel berjudul "Apa Peranan Gereja dalam Pendidikan?" dan profil bangsa suku Muyu di Papua. Selamat membaca dan terus semangat untuk bermisi!

Ayub Pemimpin Redaksi e-JEMMi,
Ayub A. Tanjung
ARTIKEL: APA PERANAN GEREJA DALAM PENDIDIKAN?

Mengingat pendidikan adalah 'concern' (perhatian) Tuhan Allah dalam menyelenggarakan rencana-Nya yang besar bagi dunia, maka tidaklah menjadi suatu yang mengherankan bahwasanya setiap orang percaya haruslah terlibat di dalamnya. Hal ini memungkinkan bahwa setiap orang percaya adalah komponen penting dalam rencana agung Tuhan Allah. Itulah sebabnya, ketika kata "pendidikan" dikumandangkan, maka yang terlibat di dalamnya seharusnya bukan hanya guru dan murid, melainkan seluruh orang percaya di muka bumi. Tugas pengajaran tidak hanya dibebankan pada pundak guru, hal ini adalah tugas setiap orang percaya sebagai pendidik, termasuk juga tugas utama orangtua. Semuanya menjadi jelas dalam firman Tuhan terutama di Ulangan 6:4-9, di mana Tuhan Allah menyatakan tugas pendidikan pada orangtua. Dengan situasi dewasa ini, di mana orangtua lebih banyak memusatkan perhatian pada bidang ekonomi semata, lebih menambah terpuruknya kondisi pendidikan. Mengangkat bagian tersebut pada buku "Foundation and Philosophy of Christian School Education" (2008), setidaknya membuka wawasan para orangtua dalam tugas utamanya, yaitu mendidik anak-anaknya. Sementara itu, tugas guru adalah juga mitra kerja orangtua dalam mendidik anak-anak. Sinergi yang tercipta ini diharapkan dapat menyehatkan sistem pendidikan yang telah terpuruk. Hal tersebut bukanlah tugas yang ringan. Tuhan sebagai Sang Pemberi Visi selalu bersama, menyertai, menguatkan, serta memampukan para pendidik. Pendidik adalah alat-Nya dalam Rencana Agung-Nya demi Kemuliaan-Nya.

Education

Harold Klassen dalam kumpulan artikelnya yang berjudul "Foundation and Philosophy of Christian School Education" (2008) mengatakan bahwa: Bagaimanapun, lebih penting daripada contoh-contoh dari orang lain adalah perintah Kristus. Dia menginvestasikan tiga tahun pelayanan aktif-Nya pada sekelompok manusia yang meragukan, dan kata-kata akhir-Nya adalah agar mereka mengulangi proses tersebut (Yohanes 20:21). Dalam Amanat Agung (Matius 28:18-20), Yesus memberi tahu murid-murid-Nya untuk pergi dan menjadikan orang lain murid-Nya, bukan menjadikan mereka berpindah agama. Kita banyak membicarakan tentang penginjilan, tetapi Yesus mengasumsikannya, dan bicara mengenai mengajar. Kita harus mengajarkan segala hal yang diperintahkan Kristus, tetapi tidak terbatas hanya pada perkataan Yesus. Jika kita percaya bahwa Yesus adalah pencipta segala sesuatu (Kolose 1:15-16), perintah-Nya untuk bertanggung jawab kepada seluruh dunia dan isinya (Kejadian 1:28-30) juga perlu dijadikan. Jadi, mengajar bukan hanya memindahkan pengetahuan semata, tetapi menghadirkan Tuhan Allah dalam setiap pengajaran yang dilakukan. Dunia pendidikan adalah dunia mempelajari dan menggeluti segala yang diciptakan Tuhan Allah. Hal tersebut memanglah pemikiran yang radikal, dan memang harus disadari bahwasanya Alkitab mengatakan sesuatu tentang segala hal.

Sering kali, kita memandang penting mengomunikasikan Yesus sebagai Juru Selamat dalam konteks "spiritual" dan kita menganggap hal itu tidak lagi relevan ketika kita berhubungan dengan hal-hal yang tidak langsung bersentuhan dengan Alkitab. Hal ini tentu menyulitkan banyak orang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat karena Dia tidak ada hubungannya dengan sebagian besar kehidupan kita, yaitu dunia fisik ini. Dengan mengajarkan segala hal yang tidak alkitabiah kepada siapa pun dan mengabaikan kesempatan untuk membentuk persepsi seseorang tentang dunia Allah di sekolah, pemikiran dualisme sedang dikembangkan. Ini berarti hidup kekristenan itu seperti balon spiritual. Pada awalnya kecil, tetapi karena diisi terus oleh Roh Kudus melalui pemimpin Kristen dan renungan pribadi, ia akan terus mengisi hidup, tetapi tetap terpisah dari segala hal yang lain, kecuali keadaan menusuk dan membuat balon itu meletus. Lalu, semuanya akan meletus dan orang tersebut tidak memiliki apa-apa lagi. Jemaat yang dirintis di antara orang yang memiliki perspektif yang suci/sekuler jelas lebih lemah daripada mereka yang dibangun di antara orang yang diajar untuk memiliki pemikiran yang lebih lengkap dan terintegrasi. Mereka memahami bahwa Alkitab perlu menembus semua bidang seperti oksigen -- elemen penting yang adalah bagian dari atmosfer dan segala hal.

Pendeta muda membutuhkan pelatihan seminari supaya mereka dapat memaksimalkan dampak renungan yang dapat mereka bawakan untuk menarik anak muda, sementara seorang guru bahkan tidak melakukan pendalaman Alkitab secara khusus untuk menolong mereka bertahan dalam tuntutan sistem di mana mereka bekerja dan bertahan dalam kebutuhan bagi para murid. Misionaris membutuhkan gelar lebih lanjut dan pelatihan khusus dalam komunikasi lintas budaya supaya mereka dapat mengabarkan Injil dengan efektif. Namun, guru Kristen di sekolah non-Kristen tidak memiliki pelatihan khusus untuk menolong mereka mengomunikasikan kebenaran. Budaya dan bahasa sekolah sering kali sangat berbeda dari apa yang dialami di gereja lokal. Lingkungan paling tidak sama sulitnya dengan kesulitan yang dihadapi kebanyakan misionaris. Di manakah misiologis ruang kelas diajarkan? Itulah sebabnya, pendidikan sangat penting sebagai ujung tombak misi penginjilan. Hal ini berarti bahwa kedudukan pendidikan adalah sebagai perpanjangan tangan gereja dalam mengemban misi penginjilan, apalagi mengingat terbatasnya ruang gerak gereja secara riil. Pendidikan bukan kegiatan tanpa arti. Pendidikan Kristen memiliki jangkauan yang lebih luas dalam lapisan masyarakat yang heterogen seperti di Indonesia ini. Gerakan penginjilan akan menjadi efektif melalui pendidikan. Bahkan, melalui pendidikan, beberapa hal yang tak dapat diperbuat gereja justru dapat dilakukannya. Pengefektifan 'follow up' (tindak lanjut) dan pembinaan dalam suatu pendidikan menjadi alat strategis gereja dalam pemuridan juga. Jadi, sudah selayaknyalah, gereja mendukung keberadaan suatu lembaga pendidikan Kristen, setidaknya bidang pendidikan haruslah menjadi bagian sentral dalam pembinaan jemaat maupun pelipatgandaan.

MiskinAlasan utama begitu cepat kita meninggalkan peran kita di pendidikan adalah karena kita telah melihat pendidikan sebagai alat, bukan bagian integral dari misi kekristenan. Banyak asumsi bahwa pemerintah non-Kristen dapat mengajar murid-murid membaca, lalu tanggung jawab gereja adalah menolong anak-anak untuk membaca materi yang benar, yaitu Alkitab. Hal ini adalah pandangan yang terlalu terbatas dalam praktik dan potensi pendidikan. Sekolah tidak sekadar menjadi alat yang netral bagi para murid. Sekolah adalah tempat di mana para guru dan murid menghabiskan porsi besar hidup mereka bekerja bersama dengan tujuan khusus menyiapkan murid bagi kehidupan. Pada hakikatnya, pendidikan yang bersifat mengubahkan manusia menjadi sebagaimana yang telah dirancangkan Tuhan Allah sejak dari semula memerlukan perubahan secara mendasar. Memang bermula dari orang-orang yang bergerak di bidang pendidikan tersebut, baru kemudian meningkat ke hal-hal yang lainnya. Manusia sebagai penggerak pendidikan memang menjadi target utama, sebab pendidikan bukan sekadar membangun perubahan 'knowledge' (pengetahuan), tetapi juga 'understanding' (pengertian), dan selanjutnya 'wisdom' (kebijaksanaan). Yesus mengetahui bahwa murid tidak begitu saja mendapatkan keahlian atau pengetahuan. Yesus mengatakan bahwa murid akan menjadi seperti guru mereka (Lukas 6:40).

Diambil dari:
Nama situs : Serba-Serbi GIA Jemursari
Alamat URL : http://serbaserbigiajemursarisby.blogspot.co.id/2008/10/apa-peranan-gereja-dalam-pendidikan.html
Judul artikel : Apa Peranan Gereja Dalam Pendidikan?
Penulis artikel : Anna Mariana Poedji Christanti
Tanggal akses : 19 Mei 2016

PROFIL BANGSA: SUKU MUYU DI PAPUA

Ditulis oleh: Mei

  1. Sejarah dan Kehidupan Suku Muyu

    Suku Muyu adalah salah satu suku di Papua yang mendiami daerah sekitar Sungai Muyu yang terletak di sebelah Timur Laut Merauke. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Muyu. Ada dua perkiraan awal munculnya istilah "Muyu". Pertama, diperkirakan muncul bersamaan dengan masuknya Misi Katolik yang dibawa oleh pastor Petrus Hoeboer berkebangsaan Belanda, pada tahun 1933. Kedua, diperkirakan istilah "Muyu" muncul karena penduduk setempat menyebut Sungai Kao di bagian barat dengan Fly di bagian timur dengan istilah "ok Mui" atau "Sungai Mui" kepada orang Belanda. Penyebutan itu akhirnya berubah menjadi Muyu.

    Miskin

    Orang Muyu juga menyebut dirinya dengan istilah "Kati". Artinya, manusia sesungguhnya. Meskipun mereka tinggal di pedalaman, mereka memiliki alat tukar, yaitu kulit kerang (ot) dan gigi anjing (mindit). Sistem barter barang-barang dalam suku Muyu adalah hal unik yang baik, bahkan masih ada sampai sekarang, mereka menjalin relasi lebih dari sekadar "penjual-pembeli". Relasi sebagai teman inilah yang sering menjadikan mereka begitu erat satu dengan yang lain.

    Mata pencaharian pokok masyarakat adalah berburu, menangkap ikan, memelihara babi dan anjing, dan memproduksi sagu. Dalam masyarakat Muyu tidak dikenal seorang pemimpin tertinggi (ketua), baik dalam kehidupan sosial maupun religius. Ciri suku Muyu adalah mempunyai sifat individualisme -- tidak bergantung kepada orang lain, suka mengunjungi sanak keluarga, menukar hasil usaha, mengunjungi kuburan sanak-saudara, menagih hutang, berdagang, dan pergi untuk mendapatkan sejumlah kekuatan gaib. Penyakit atau kematian selalu dilihat sebagai akibat perbuatan sihir.

    Kehidupan suku Muyu sebagai seorang yang pekerja keras dan memiliki tekad yang kuat. Ciri ini masih dimiliki oleh orang-orang Muyu sampai saat ini. Suku Muyu dianggap sebagai suku pedalaman yang paling pintar. Orang suku Muyu menduduki mayoritas posisi penting dalam struktur birokrasi Boven Digoel. Dari lebih kurang 1.800 pegawai negeri sipil, sekitar 45 persennya dari suku Muyu. Beberapa menjadi bupati. Mereka hemat, bekerja lebih keras dibandingkan suku lain, dan sangat menghargai pendidikan.

  2. Kepercayaan Suku Muyu

    Suku Muyu memercayai adanya kekuatan tertinggi yang menciptakan hewan, tanaman, dan sungai-sungai. Mereka juga percaya arwah orang mati masih mengadakan kontak dengan yang hidup. Salah satu kekuatan gaib yang mereka percaya adalah "Komot", yaitu salah satu makhluk halus yang paling penting dalam mitologi masyarakat Muyu. Komot bukanlah seorang manusia, juga bukan arwah (tawat) orang yang telah meninggal. Contoh, mengenai mitologi Komot, yaitu berzina dan memelihara babi.

    Pengetahuan spiritual diturunkan hanya dari ayah ke anaknya. Mereka selalu berusaha memperoleh kekuatan gaib yang paling jitu, baik berupa mantra maupun jimat-jimat. Dan, salah satu pesta yang berkaitan dengan kekuatan gaib dalam tradisi masyarakat Muyu adalah pesta babi. Pesta yang bertujuan untuk memperoleh sejumlah ot.

    Penting untuk diketahui juga bahwa di daerah Muyu mensahkan poligami sehingga tidak mengherankan jika seseorang mempunyai lebih dari satu istri, hal ini tidak terlepas dengan kepercayaan mereka kepada "Komot".

    Pada Tahun 1933, agama Katolik Roma masuk ke daerah Muyu dan memberikan dampak yang besar dalam perkembangan daerah Muyu, khususnya dalam bidang pendidikan.

  3. Apa Kebutuhan Suku Muyu

    Masuknya para misionaris di Muyu pada tahun 1933 mulai beroperasi membuka isolasi daerah. Orang Muyu kemudian mulai bersekolah. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, orang Muyu mulai terkena dampak negatif dari modernisasi/pemodernan, seperti mabuk-mabukan, judi, dan hal-hal yang bersifat euforia. Situasi politik daerah dan ketidakberdayaan mereka dalam menghadapi pengaruh globalisasi telah menjadikannya semakin tersudut. Sejumlah perubahan yang dibuat generasi Muyu kini memang sedikit berpengaruh terhadap kehidupan mereka. Namun sayangnya, himpitan ekonomi, terkikisnya budaya dan ancaman luar lainnya masih mendera orang Muyu.

  4. Pokok-Pokok Doa

    1. Berdoalah kepada Allah untuk memanggil orang-orang yang memiliki keinginan untuk pergi ke Papua, khususnya ke daerah suku Muyu dan mewartakan kasih Yesus kepada mereka.
    2. Berdoalah bagi orang-orang Muyu yang terkena dampak negatif dari modernisasi/pemodernan
    3. Berdoa bagi pemerintah daerah dan tokoh-tokoh masyarakat setempat agar dapat menerapkan program-program pembangunan yang menyentuh kebutuhan masyarakat secara langsung dan dapat memajukan masyarakat ini.

Sumber bacaan:

  1. Omona, Jerry. "Budaya dan Sejarah Orang Muyu". Dalam http://www.jeratpapua.org/2014/06/27/budaya-dan-sejarah-orang-muyu/
  2. Omona, Jerry. "Muyu, Di antara Pemekaran dan Ketidakberdayaan". Dalam http://arsip.tabloidjubi.com/?p=1892
  3. Wotot, Marselino. "Kepercayaan Asli Suku 'Muyu-Kati'". Dalam http://www.papualives.com/kepercayaan-asli-suku-muyu-kati/
  4. _____. "Sejarah Masuknya Injil di Papua melalui Pulau Mansinam". Dalam http://mansinam.com/data/sejarah/masuknya_injil_di_papua.php
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-JEMMi.
Redaksi: Ayub. T, S. Setyawati, dan Elly
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org