|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/misi/2006/5 |
|
e-JEMMi edisi No. 05 Vol. 9/2006 (1-2-2006)
|
|
Pebruari 2006, Vol.9 No.05
****************************** e-JEMMi *****************************
(Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
**********************************************************************
** SEKILAS ISI **
<*> EDITORIAL
<*> KESAKSIAN MISI : Tuaian Terus Menantang
<*> SUMBER MISI : Ethnic Harvest, Web-Watch: Living Impact
<*> DOA BAGI MISI DUNIA: Italia, Iran, dan Indonesia
<*> DOA BAGI INDONESIA : Dukungan Misi dalam Negeri
<*> SURAT ANDA : Menampilkan Doa tentang Suku di Buletin Doa
______________________________________________________________________
"MENABUR FIRMAN ALLAH TIDAK PERNAH TERGANTUNG MUSIM"
______________________________________________________________________
** EDITORIAL **
Syalom,
Mengapa ada orang-orang di muka bumi ini yang mau melakukan
pelayanan misi? Mengapa ada orang yang rela meninggalkan segala
kenyamanan hidupnya untuk melakukan sesuatu yang kelihatannya sama
sekali tidak menguntungkan dirinya secara jasmani?
Daftar pertanyaan `mengapa` ini akan menjadi sangat panjang kalau
kita coba untuk menuliskan semuanya. Tapi satu jawaban yang paling
penting dari pertanyaan `mengapa` itu adalah karena Yesus sendiri
telah menjadi teladan bagi kita. Ia telah rela meninggalkan surga
untuk datang ke dunia agar manusia memperoleh berita keselamatan-
Nya! Relakah kita melakukan apa yang telah dilakukan-Nya, membawa
Warta Injil itu ke ujung bumi agar jiwa-jiwa yang terhilang datang
kepada Yesus, sumber pengharapan dan hidup itu.
Banyak orang yang belum mengenal dan menerima keselamatan dari
Kristus, termasuk di wilayah negara tetangga kita, Kamboja. Simaklah
Kolom Kesaksian Misi yang menceritakan tentang beberapa anak negeri
yang mempunyai hati untuk mewartakan Kabar Keselamatan di negara
Kamboja. Kami berharap kesaksian ini memberi semangat kepada kita
agar mau terlibat dalam pelayanan misi. Dimanapun Tuhan tempatkan,
ingatlah bahwa ladang sudah menguning dan siap untuk dituai ... tapi
siapakah yang mau menjadi penuainya?
Soli Deo Gloria!
Redaksi e-JEMMi,
Lisbet
Kata-Nya kepada mereka:
"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.
Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian,
supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. (Lukas 10:2)
______________________________________________________________________
** KESAKSIAN MISI **
TUAIAN TERUS MENANTANG
======================
"Sila kencangkan tali kedar, pesawat akan mendarat di Bandara
Pocentong, Kamboja ...." Itulah pengumuman dari kru pesawat Malaysia
Airlines yang membawa saya, Lisa dan Dony (bukan nama sebenarnya),
terbang dari Cengkareng menuju Kamboja. Maksud kru tersebut supaya
sabuk pengaman segera dikencangkan karena pesawat akan mendarat. Jam
menunjukkan pukul 11.00 siang waktu Kamboja. "Welcome to Cambodia"
terpampang jelas di pintu kedatangan bandara itu.
Hari Jumat 11 Pebruari 2005 untuk kedua kalinya saya menginjakkan
kaki di negara yang baru beberapa tahun ini masuk anggota ASEAN,
sedangkan Lisa dan Dony baru pertama kali ke sana. Kami tidak harus
turun dari pesawat, karena pada saat ini airport Pocentong sudah
mengalami pemugaran, berbeda ketika tujuh tahun yang lalu, saya
harus turun dari pintu pesawat dan berjalan kaki menuju counter
imigrasi. Saat ini dengan kemajuan teknologi kami tinggal turun dari
pintu pesawat langsung melalui sebuah lorong yang dinamakan belalai
gajah. Sebagaimana layaknya airport di negara yang sudah maju.
"Selamat datang di Kamboja," kata Yanto dengan senyum yang memancar
pada wajahnya. Ia telah menanti kedatangan kami sejak pukul 10.00.
Memang Yanto dan keluarganya sudah hampir setahun ini tinggal di
Pnom Penh. Setelah itu kami menaikkan barang-barang ke dalam bagasi
taksi yang rupanya telah dipesan sebelumnya. Saya kagum dengan
kemajuan pembangunan bandara, dari yang kelihatan kusam sekarang
kelihatan wah, nampak kontras bila dibandingkan bandara kebanggaan
kita Cengkareng, yang walaupun luas dan besar tapi tidak berkesan
wah. Ironis memang, negara ini miskin tapi tidak ingin tengggelam
dengan kemiskinannya, seperti kata orang, "yang penting
penampilannya".
Memang kesan kumuh dan kotor yang pernah saya lihat beberapa tahun
yang lalu sudah mulai sirna. Saya meyaksikan sendiri pembangunan
gedung di sana sini, bahkan jalan-jalan pun sudah banyak yang
diaspal. Negara ini sudah menampakkan kestabilannya, kita tahu
kondisi negara ini beberapa tahun lalu dilanda kemelut perang
saudara. Mereka bertikai dan berusaha saling berebut kekuasaan, dan
peristiwa yang paling terkenal beberapa waktu yang lalu adalah
tragedi "killing field" yaitu ladang pembantaian. Konon kabarnya
akibat perang saudara terjadi pembunuhan massal dan hampir sekitar
sejuta jiwa melayang akibat pertikaian tersebut. Memang dalam dunia
politik tidak ada istilah kawan sejati, yang ada kepentingan sejati,
sejauh kepetingan atau tujuannya sama, masih bisa dianggap sebagai
teman, namun apabila tujuan berbeda tentunya sudah langsung menjadi
lawan.
"Stop ... stop kita sudah sampai," kata Yanto. Kami menginap di
sebuah guest house MCC, milik sebuah organisasi Kristen dari
Amerika. Dengan ramah kami diterima oleh sekretaris MCC, orang
setempat yang juga fasih berbahasa Inggris. Siang itu kami istirahat
karena cuaca di sana rata-rata sekitar 34 derajat celcius dan kalau
musim panas bisa sampai 37-39 derajat celcius, jadi bisa dibayangkan
kalau siang udaranya sangat panas sekali. Di Indonesia saja kalau
panas udaranya paling-paling hanya 32 derajat. Sekitar jam 12 siang
segala aktivitas kantor istirahat karena cuaca panas yang cukup
menyengat kepala. Belum lagi debu yang banyak bertebaran hampir di
seluruh kota, hal ini dapat dimaklumi karena begitu panasnya cuaca
di sana. Berbeda dengan Jakarta yang udara panasnya disebabkan oleh
polusi udara.
Selama di sana, waktu-waktu kami lalui dengan melihat, mengamati dan
mencari informasi, baik melalui orang-orang Indonesia yang tinggal
dan bekerja di sana dan juga beberapa orang asing yang kami temui.
Informasi ini sangat penting agar kami mendapat gambaran yang
seobyektif mungkin. Dunia pendidikan sangat berkembang pesat, banyak
sekolah-sekolah lokal yang menawarkan bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar dalam pendidikan di sekolah-sekolah seperti Newton Thilay
Institut, American Institut dan universitas lain yang menawarkan hal
yang sama. Mungkin mereka sudah menyadari globalisasi sehingga
bahasa Inggris sebagai bahasa internasional sangat dikembangkan,
walaupun sejauh pengamatan kami pengajarnya hanya orang lokal, bukan
native speaker. Sejauh ini di negara kita, universitas yang
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya adalah
Universitas Pelita Harapan di Jakarta dan Universitas Advent di
Cimahi. Di sana, seperti di Newton Thilay Institut, mulai dari anak
TK sampai yang lebih tinggi, jika pagi hari semua berkomunikasi
memakai bahasa Inggris dan siang memakai bahasa lokal yaitu Khmer.
Biaya pendidikan pagi hari lebih mahal karena memakai bahasa asing.
Kami juga mensurvei lembaga pendidikan yang dikelola orang Kristen
yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya.
Keadaan pasar umumnya hampir sama dengan keadaan pasar tradisional
di negara kita. Yang membedakannya yaitu penggunaan uang, selain
memakai uang lokal yaitu reel, mereka juga memakai uang dolar
Amerika, jadi Betty sering memegang pecahan yang kecil seperti 1
dolar, 2 dolar dan terkadang ada yang 5 dolar dll. Sementara kalau
di negara kita belum tentu para pedagang tradisional memegang uang
dolar Amerika seumur hidupnya, yah inilah salah satu keunikannya.
Kebanyakan makanan di sini banyak yang tidak halal (menurut saudara
sepupu kita), hal ini dapat dimaklumi karena 95 % orang Kamboja
beragama Budha yang sudah tentu tidak asing dengan makanan yang
mengandung daging babi, yah hampir samalah kalau kita pergi ke Bali,
menjadi pemandangan biasa kalau kita melihat di Bali ada rumah makan
atau warung makanan yang banyak menyajikan menu daging babi. Saya
jadi teringat masa kecil dimana ayah saya sering membuat masakan
babi guling, karena kebetulan ayah saya suka memasak.
Truong ... botsdam ... botsway ... chop ... itu sebagian aba-aba
atau perintah dalam bahasa Khmer yang kami hafal selama di sana
(terus ... belok kanan ... belok kiri ... stop). Memang perintah ini
sangat penting karena transportasi yang banyak sekali dipakai
masyarakat adalah ojek, tapi uniknya ojek di sana bisa memuat 4
orang dewasa termasuk tukang ojeknya, lagi-lagi tukang ojek pun juga
sudah terbiasa menerima uang dolar Amerika. Di sana ada juga becak
yang sama dengan negara kita, ada juga taksi tapi sangat mahal.
Rupanya penyerapan tenaga kerja belum maksimal sehingga peluang
kerja yang cukup terbuka lebar saat ini adalah menjadi tukang ojek.
Hampir di mana-mana banyak sekali tukang ojek. Angkot belum ada saat
ini, tapi bis antar kota sudah ada dan cukup memadai.
Orang Indonesia yang tinggal di seantero Kamboja berjumlah sekitar
300 orang, "itu yang tercatat," kata salah seorang staf kedutaan
Indonesia yang pernah kami temui, ketika sedang makan pecel lele di
rumah makan Bengawan Solo yang saat ini dikelola oleh Mas Suyatno
bersama keluarganya. Namanya Pak Tamel asli Sumatra Utara dan sudah
3 tahun bertugas di Kamboja, "Saya selalu rindu tanah air", katanya.
Oleh sebab itu hampir setiap makan siang beliau mencari menu masakan
Indonesia, terkadang pesan ayam bakar, ikan balado, pempek palembang
dll. Dan rupanya banyak orang kedutaan yang pesan makanan di warung
Mas Suyatno selain beberapa orang Indonesia yang tinggal di sana dan
juga ada orang asing, "rasanya enak dan harga bersaing" itu motto
yang dipakai oleh Mas Suyatno. Sebab di sana juga ada restoran
Indonesia lainnya yaitu Kafe Bali, yang lokasinya dekat istana
kerajaan dan Sungai Mekong yang membelah kota Phnom Phen. Tapi kata
orang, menu makanan di Kafe Bali harganya lebih mahal ketimbang
rumah makan Bengawan Solo, kepunyaan Mas Suyatno.
"Nama saya Joko", demikian yang diucapkan saat berkenalan dengan Mas
Joko yang asli dari Jawa, beliau sudah cukup lancar bahasa Khmer,
karena sudah 2 tahun tinggal di sana. Selain itu beliau juga tinggal
dengan pemuda-pemuda Khmer sekitar 16 orang. Mereka menyewa sebuah
rumah model ruko berlantai 3 yang sewa sebulannya sekitar 280 $ US.
Kebanyakan orang Khmer yang tinggal dengan Mas Joko bukan orang yang
percaya, ada yang sudah bekerja, sebagian mahasiswa yang kebanyakan
mereka berasal dari luar kota Phnom Penh. Saya melihat ada batas di
sana sehubungan "going to the lost" menjangkau yang terhilang.
Melalui persahabatan dan interaksi yang wajar, beberapa di antaranya
menjadi orang percaya dan bertumbuh dalam pengenalan akan Dia.
Rupanya model seperti ini cukup efektif untuk membagikan dan
mendemonstrasikan "Kabar Baik" secara wajar. "Saya banyak berdoa dan
menggumulkan di hadapan Dia," kata Mas Joko.
Ada salah seorang yang sudah percaya, mulanya orang ini membawa
semua Kitab Suci dari berbagai agama dan semuanya dibaca dan
dipelajarinya, sampai mengalami frustrasi selama berbulan-bulan,
karena belum mendapatkan apa yang sedang dicarinya. Sampai pada
suatu saat ada kesempatan mendengar Kabar Baik itu dan akhirnya
dia menerima-Nya. Bahkan menjadi salah seorang yang cukup bertumbuh
dalam pengenalan akan Dia. Memang, ladang sudah menguning dan siap
untuk dituai. Tuaian banyak sekali di sana karena saat ini mereka
sangat terbuka dengan "Kebenaran" yang sesungguhnya. Masalahnya
siapa yang akan mengabarkan Kabar Baik itu?
"Sila kencangkan tali kedar ...." Tepat pukul 11.00 siang pesawat
Malaysian Airlines yang kami tumpangi lepas landas dari Bandara
Pocentong Kamboja menuju Cengkareng. Sambil memandang ke bawah dari
kaca jendela pesawat, tampak dari ketinggian, negara Kamboja yang
begitu menawan seperti sedang menantikan pembawa Kabar Baik itu
datang kembali.
Bahan diambil dari sumber:
Judul Buletin: Utusan, Volume 9, Tahun 4, Mei - Agustus 2005
Judul Artikel: Tuaian Terus Menantang
Penerbit : Dept. Pengutusan Lintas Budaya (DPLB), Para Navigator
Halaman : 21 - 23
______________________________________________________________________
** SUMBER MISI **
ETHNIC HARVEST
==> http://www.ethnicharvest.org[1]
==> http://www.ethnicharvest.org/bibles/indonesia.htm
==> http://www.ethnicharvest.org/country/indonesia.htm
Situs Ethnic Harvest[1] menyediakan sumber-sumber pelayanan Kristen
guna mendukung pelayanan outreach. Situs ini bertujuan untuk
menolong gereja-gereja agar dapat menjadi lebih efektif dalam
melakukan pelayanan lintas budaya dengan cara menyediakan artikel-
artikel praktis, aneka cerita, sumber-sumber bahasa asing, dll.
Pelayanan Ethnic Harvest sendiri merupakan pelayanan Injili non-
denominasi. Selain itu, Ethnic Harvest juga merancang sebuah Situs
"Bibles in Your Language" yang menyediakan Alkitab dalam versi
audio, cetak maupun online. Saat ini bahan dan URL telah tersedia
dalam 140 bahasa, termasuk Indonesia!
WEB-WATCH: LIVING IMPACT
==> http://www.livingimpact.org
Living Impact adalah sebuah badan misi non-denominasi yang memiliki
target untuk merintis berdirinya gereja-gereja di negara-negara yang
termasuk dalam wilayah jendela 10/40. Mereka punya strategi unik
guna menggenapi Amanat Agung di abad ini. Apa dan bagaimana strategi
unik itu? Silakan menjelajahi Situs Living Impact untuk mendapatkan
jawabannya.
______________________________________________________________________
** DOA BAGI MISI DUNIA **
* I T A L I A
Orang Kristen sedang mempersiapkan pelayanan outreach untuk
Olimpiade di Italia. Olimpiade di Torino Italia akan dimulai dalam
waktu kurang dari 3 minggu lagi dan orang-orang Kristen di seluruh
penjuru dunia juga menyiapkan diri untuk melakukan pelayanan di
sana. Orang-orang dari beragam bangsa dan budaya akan ada di Italia
waktu itu dan ini merupakan kesempatan yang sempurna untuk melakukan
penginjilan. Operation Mobilization (OM) adalah salah satu dari
organisasi-organisasi yang berencana akan datang ke sana. Martin
Bateman adalah kepala dari pelayanan OM yg terkait dengan olahraga.
"Kami bekerja sama dengan gereja-gereja dan organisasi Kristen
lainnya, sedangkan penekanan utama dari pelayanan-pelayanan outreach
tersebut adalah menjangkau mereka yang bergelut di dunia olahraga.
Penjangkauan akan dilakukan melalui bacaan dan bahan-bahan video
bagi para pengunjung dan atlet-atlet yang akan ada di Italia."
Bateman mengatakan bahwa kehadiran OM akan menjadi sarana yang
efektif mengingat pelayanan yang telah dilakukan OM di 100 negara.
"Ketika kami berkecimpung dalam event Olimpiade seperti ini, kami
dapat membawa para sukarelawan yang datang dari berbagai bangsa. Dan
tentu, jika Anda menjadi warga negara asing di sana, maka Anda juga
akan mendapat kesempatan untuk sharing dengan warga negara asing
lainnya yang ada di Italia untuk mengikuti Olimpiade." OM berharap
bahwa ini adalah sebuah titik tolak bagi gereja-gereja di Italia
untuk mengadakan lebih banyak penginjilan.
[Sumber: Mission Network News, January 23rd 2006]
Pokok Doa:
----------
* Berdoa agar tim OM dapat memakai Olimpiade Torino ini sebagai
sarana yang efektif untuk mengabarkan Injil kepada para atlet dan
pengunjung yang belum mengenal Kristus dalam kehidupan pribadi
mereka. Berdoa untuk bahan bacaan dan video yang digunakan sebagai
sarana penginjilan.
* Doakan tim OM dan tim dari organisasi misi lainnya agar diberi
hikmat dalam membagikan Kabar Baik kepada orang yang belum
percaya. Berdoa juga untuk kerjasama yang baik dalam tim dan
antara tim dengan gereja-gereja di Italia.
* I R A N
Orang percaya di Iran mengikuti pelatihan gerakan gereja rumah. Iran
sekarang berada di saat ketegangan akibat masalah nuklir yang telah
mempengaruhi kebijakan internasional. Hal tersebut melatarbelakangi
anggota Interserve, Doug Van Bronkhorst, yang beberapa waktu
terakhir ini melatih sekelompok pemimpin gereja rumah Iran. Ketika
negara-negara Barat sedang menekan pemerintah Iran, resiko kegiatan
pelayanan tersebut sangatlah besar. "Jika diketahui bahwa orang-
orang ini mengadakan pertemuan dengan pendeta-pendeta Amerika untuk
sebuah pelatihan, mungkin tak akan menjadi masalah besar jika mereka
tahu kenyataan bahwa pertemuan itu memang benar-benar murni sebagai
kegiatan kerohanian dan hanya membahas doktrin-doktrin Injil. Namun
biasanya akan ada yang berprasangka bahwa ada hal lain yang dibahas
di pertemuan ini, dan mereka akan dihukum karenanya." Van Bronkhorst
mengatakan bahwa pelatihan Alkitab sangatlah penting karena dapat
membangun sebuah pertumbuhan yang sehat. "Gereja hidup dengan baik
di Iran. Keadaan di Iran mungkin lebih baik daripada di negara-
negara non-Kristen lainnya. Dalam hubungan dengan jaringan gereja
rumah, apa yang kami lihat di sini masih seperti melihat puncak dari
gunung es saat melihat jaringan gereja rumah yang bisa kami kontak
dan menjalin kerja sama dengan mereka. Masih banyak lagi gereja
rumah lainnya, tak ada yang tahu pasti jumlahnya."
[Sumber: Mission Network News, January 23rd 2006]
Pokok Doa:
----------
* Doakan jemaat gereja-gereja rumah di Iran agar mereka tetap teguh
di tengah situasi yang tidak menentu, berdoa juga untuk kesetiaan
iman mereka kepada Kristus.
* Berdoa agar pemerintah Iran diberi hikmat dalam mengatur
kestabilan politik dan keamanan di negara mereka serta dapat
memberikan kebebasan agama dan memberikan jaminan keamanan kepada
warganya.
* I N D O N E S I A
Beberapa waktu yang lalu, para misionaris mengirim Beni, seorang
remaja dari suku X yang sedang sakit, dengan helikopter yang dikirim
oleh Helimission dan anak itu sekarang sudah ada di rumah sakit
untuk menerima perawatan. Namun pengambilan keputusan itu
menyebabkan para misionaris harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan
sulit dan harus mempertimbangkan lebih dari sekedar antara
keselamatan jiwa Beni dan suratan takdir. "Kami tak pernah berada di
posisi seperti ini sebelumnya," tulis Ary (bukan nama sebenarnya)
"Ketika Anda menaruh hidup seseorang di satu sisi dalam sebuah
timbangan, apa yang akan Anda taruh di sisi lainnya?" Resiko
tertularnya pilot dan kru, biaya yang harus dikeluarkan untuk
penerbangan dan biaya rumah sakit untuk seorang bocah yang telah
menolak menerima bantuan medis, selain juga dampak ke depan untuk
pelayanan mereka serta ancaman kematian anak itu, semuanya harus
dipertimbangkan "Saya bahkan tidak bisa lagi menjelaskan pada Anda
betapa besar tekanan ini bagi tim kami," tulis Jimmy (bukan nama
sebenarnya). "Ini adalah pertarungan yang harus dihadapi setiap hari
di sini. Namun Tuhan telah memberikan kami damai ketika mengambil
keputusan ini."
Ary, Jimmy dan beberapa yang lain membawa Beni dengan usungan dan
menaikkan dia ke helikopter diwarnai jerit isak tangis dan
kebisingan suara helikopter. Keluarga Beni tidak tahu apakah mereka
akan dapat melihatnya lagi. "Kami tak dapat menawarkan pada mereka
jaminan seperti yang mereka inginkan, dan juga belum menawarkan
mereka harapan jika Beni memang tak kembali lagi," tulis Ary.
"Betapa jelas bahwa apa yang mereka butuhkan sebenarnya adalah
pengharapan dalam Juruselamat kita." Setelah helikopter itu mulai
naik, tangis dan raungan orang-orang itu semakin menjadi-jadi.
Jeritan itu terus mengikuti helikopter tersebut sampai benda itu
terbang melewati lembah. Dan perlahan, suara-suara jeritan itu
mereda dan orang-orang pun kembali ke rumah. "Beni sangatlah
berharga di mata Tuhan dan Ia juga dapat menyembuhkan dia langsung,"
tulis Ary. "Namun Tuhan seringkali menggunakan kita yang lemah ini
sebagai alat untuk memuliakan-Nya. Hal ini akan menunjukkan pada
orang-orang tentang kasih Tuhan bagi mereka lewat diri kami atau
bisa juga ini adalah cara-Nya untuk membuat kami bertumbuh lewat
situasi yang sangat menekan ini."
[Sumber: New Tribes Mission, January 2006]
Pokok Doa:
----------
* Doakan Beni supaya ia dapat lebih kuat dan mendapatkan pengobatan
yang tepat yang akan membuatnya pulih kembali. Doakan juga orang-
orang suku X agar suatu hari nanti mereka dapat memahami
pengharapan yang ada dalam Kristus.
* Doakan agar tim NTM suatu hari dapat menerjemahkan Alkitab ke
dalam bahasa suku X, agar orang-orang dari suku X dapat
mendengarkan Kabar Baik dalam bahasa mereka. Doakan juga kesehatan
jasmani dan rohani para pekerja yang melayani suku X.
______________________________________________________________________
** DOA BAGI INDONESIA **
DUKUNGAN MISI DALAM NEGERI
==========================
* Berdoa bagi mereka yang sudah dipanggil Tuhan untuk menjadi
misionaris di antara suku-suku yang terabaikan di seluruh wilayah
Indonesia dan di luar negeri. Berdoa agar mereka dapat segera
beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan berbagai kendala yang
mungkin mereka hadapi: dukungan gereja lokal, belajar bahasa suku,
adaptasi dengan budaya, dsb. Mereka memerlukan ketabahan dalam
persiapan dan dukungan doa dari umat percaya di Indonesia.
* Berdoa untuk gereja-gereja di Indonesia agar mereka mau dengan
sukacita mendukung, mendoakan, dan mengutus para pekerja lintas
budaya. Diharapkan jauh lebih banyak gereja mau mengutus
pekerjanya ke segala suku bangsa.
* Berdoa untuk majalah misi Terang Lintas Budaya yang berisi banyak
berita menarik dan informasi yang luas dan tepat dari ladang
penginjilan di berbagai tempat.
Sumber: Pokok-pokok Doa Penginjilan Sedunia dari P.D. Timotius
______________________________________________________________________
** SURAT ANDA **
From: a. syukur <ars_03(at)>
>Shallom,
>Saya seorang Komisi Doa di Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian
>Mahasiswa Kristen Unit Pelayanan Fakultas Kedokteran Universitas
>Sumatera Utara. Saya rindu memasukkan topik doa mengenai suku-suku
>di Indonesia ke dalam Buletin Doa kami. Dari mana sumbernya dan
>apakah diperbolehkan?
Redaksi:
Ide Anda untuk menampilkan pokok-pokok doa untuk suku-suku di
Indonesia dalam Buletin Doa Anda sangat kami dukung. Hal ini dapat
menjadi salah satu cara membuka wawasan pembaca Anda tentang dunia
misi, khususnya pelayanan misi di Indonesia. Puji Tuhan!
Untuk mendapatkan informasi tentang suku-suku di Indonesia, Anda
dapat berkunjung ke Situs e-MISI yang mempunyai dua bagian -- Doa
Bagi Suku dan Profil Suku di Indonesia. Selain profil tentang suku-
suku di Indonesia, Anda juga bisa mendapatkan pokok-pokok doanya.
Jika Anda mengambil bahan-bahan ini untuk Buletin Doa Anda, mohon
jangan lupa mencantumkan alamat Situs e-MISI sebagai sumber online
dari bahan yang Anda ambil tersebut.
==> http://www.sabda.org/misi/suku.php [Doa Bagi Suku]
==> http://www.sabda.org/misi/profil.php [Profil Suku]
______________________________________________________________________
** URLS Edisi Ini **
* Mission Network News http://www.missionnetworknews.org/
* New Mission Tribes http://www.ntm.org/
______________________________________________________________________
Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: harus
mencantumkan SUMBER ASLI dari masing-masing bahan dan e-JEMMi
(sebagai penerbit bahan-bahan tersebut dalam bahasa Indonesia). Thanks
______________________________________________________________________
Staf Redaksi: Lisbet, Ary, Endah
Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) 2006 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Staf e-MISI dan Staf Redaksi : < staf-misi(at)xc.org >
Untuk berlangganan : < subscribe-i-kan-misi(at)xc.org >
Untuk berhenti : < unsubscribe-i-kan-misi(at)xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan : < owner-i-kan-misi-JEMMi(at)xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi : http://www.sabda.org/misi/
Arsip e-JEMMi : http://www.sabda.org/publikasi/misi/
Situs YLSA : http://www.sabda.org/ylsa/
Situs SABDA Katalog : http://katalog.sabda.org/
**********************************************************************
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |