Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2007/45 |
|
e-JEMMi edisi No. 45 Vol. 10/2007 (6-11-2007)
|
|
November 2007, Vol.10 No.45 ______________________________ e-JEMMi _____________________________ (Jurnal Elektronik Mingguan Misi) ______________________________________________________________________ SEKILAS ISI EDITORIAL ARTIKEL MISI : Gereja Bertumbuh di Tengah Penganiayaan KESAKSIAN MISI : Disidang Karena Membagikan Injil DOA BAGI MISI DUNIA: Banglades, Cina DOA BAGI INDONESIA : IDOP 2007 (International Day Of Prayer For The Persecuted Church) "Ini Keluargaku" STOP PRESS : "Network" Misi dari In-Christ.Net ______________________________________________________________________ IF YOU HAVE JESUS ON THE INSIDE YOU CAN STAND ANY KIND OF TROUBLE ON THE OUTSIDE ______________________________________________________________________ EDITORIAL Salam sejahtera dalam kasih Kristus, Apakah Anda pernah mendengar tentang IDOP? Hampir setiap tahun e-JEMMi selalu mengajak para pembaca untuk berpartisipasi dalam IDOP. Nah, apakah IDOP? IDOP adalah singkatan dari International Days of Prayer for the Persecuted Church (Hari Doa Internasional bagi Gereja-gereja yang Teraniaya). Tahun ini, Hari Doa yang dirayakan secara internasional oleh umat Kristen ini jatuh pada tanggal 11 November 2007. Itulah sebabnya tema yang kami angkat untuk bulan November ini adalah "Misi dan Penganiayaan" sebagai partisipasi kita pada perayaan Hari Doa IDOP. Empat topik untuk bulan ini sudah kami siapkan sebagai berikut: 1. Gereja Bertumbuh di Tengah Penganiayaan 2. Penganiayaan Terhadap Misionaris 3. Supremasi Allah dalam Misi Melalui Penderitaan 4. Sepuluh Negara Teratas yang Dianiaya Sebagai topik pertama, kami akan menyajikan artikel yang berjudul "Gereja Bertumbuh di Tengah Penganiayaan". Apa yang diceritakan oleh Dr. Jonathan Chao telah membukakan mata kita terhadap satu sisi yang kurang digumuli oleh gereja-gereja dan orang Kristen Indonesia pada umumnya, yaitu pertumbuhan iman di tengah aniaya dan kesengsaraan. Dewasa ini justru penekanan pada ajaran yang sifatnya egois, mementingkan sukses pribadi dan sukses lahiriah -- itulah yang sedang melanda kita. Melalui artikel dan kesaksian yang disajikan di edisi ini, Tuhan mengajar kita tentang sikap dan ajaran Kristen yang dapat menjadikan gereja kuat serta tahan berdiri di tengah kesulitan dan sengsara. Selamat menyimak. Pimpinan Redaksi e-JEMMi, Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ ARTIKEL MISI GEREJA BERTUMBUH DI TENGAH PENGANIAYAAN ======================================= "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk PERCAYA KEPADA KRISTUS melainkan juga MENDERITA UNTUK DIA." (Filipi 1:29) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Filipi+1:29 > Misi yang Berorientasi pada Injil --------------------------------- Belum lama berselang di RRC, salah satu ladang kekristenan yang paling tandus di dunia, telah dibuka sebuah China Mission Center (CMC). [Pdt. Stephen Tong diundang sebagai pengkhotbah utama pada hari pembukaan.] CMC ini didirikan sebagai perwujudan dari kesatuan tindakan serta keyakinan untuk bersama-sama bekerja bagi suatu misi dunia, misi yang berorientasi pada pekabaran Injil. Oleh Injil, manusia didorong dan dikuatkan untuk bekerja. Kunci keberhasilan penginjilan yang efektif adalah memiliki dasar firman Tuhan yang kokoh dan penguasaan teologi yang mantap. Pada setiap generasi, kita yang terpanggil untuk melayani harus mengulangi lagi Amanat Agung yang sudah diberikan oleh Yesus Kristus. Dunia yang Belum Cukup Diinjili ------------------------------- Para ahli misiologi mengatakan bahwa dari lima milyar penduduk dunia dewasa ini, hanya 20% yang beragama Kristen, 80% belum mengenal Kristus, dan 70% penduduk tinggal di tempat-tempat yang sulit dicapai oleh para penginjil sehingga tugas penginjilan harus dikerjakan oleh orang-orang Kristen setempat. Banyak negara telah menutup pintu untuk kekristenan dan penginjilan, tetapi dunia belum tertutup untuk Injil, belum tertutup pintu untuk pekerjaan Roh Kudus melalui anak-anak Tuhan setempat. RRC adalah salah satu negara seperti itu. Di antara penduduk dunia yang belum terjangkau oleh Injil, 27% tinggal di RRC; dan dari 1;1 milyar penduduk daratan RRC, hanya 50 juta yang Kristen. Sepuluh tahun yang lalu, dunia luar sedikit sekali mendengar tentang apa yang terjadi di RRC. Berdirinya pusat riset mengenai gereja di RRC telah membuat dunia mengerti dan mengetahui apa yang terjadi selama tiga puluh tahun setelah komunis mengambil alih kekuatan politik di Cina. Satu hal yang mengagumkan adalah bahwa gereja di sana bukannya menjadi mati, melainkan bertumbuh berpuluh-puluh kali lipat. Setelah hasil penelitian itu diumumkan kepada dunia, seluruh dunia menjadi kagum; suatu kekaguman yang penuh sukacita dan banyak yang imannya dikuatkan serta didorong kembali. Sekarang tujuan penelitian itu telah diubah, tidak saja untuk mempelajari apa yang sudah terjadi, tetapi juga memobilisasi dunia supaya memfokuskan perhatian pada bagaimana bisa menolong orang Kristen di Cina. Seorang sejarawan mengatakan bahwa dalam 15 -- 20 tahun yang akan datang, pintu untuk penginjilan di RRC akan terbuka lebar dan RRC akan menjadi ladang penuaian terbesar sepanjang sejarah manusia. Ladang ini sudah tersedia untuk dituai, tetapi yang mengerjakan terlalu sedikit. Karena ladang itu begitu besar, seluruh dunia diperlukan untuk pekerjaan itu. Semakin giat Anda terjun dalam menginjili orang lain dan melatih diri bagi pelayanan itu, semakin besar pula kemungkinan Tuhan memakai Anda untuk berbagian dalam penginjilan di RRC serta tempat-tempat lain di dunia. Sejarah Singkat Pertumbuhan Gereja di RRC ----------------------------------------- Banyak pelajaran penting dapat kita petik dari apa yang terjadi dalam sejarah gereja di RRC. Salah satunya ialah bukti bahwa betapa pun besar penganiayaan politik terhadap gereja, gereja bisa terus berkembang. Sejak daratan RRC jatuh ke tangan komunis pada tahun 1949, kesulitan dan kesengsaraan mulai menyerang kekristenan. Pada waktu itu, ada 20.000 gedung gereja, 6.000 misionaris, 10.000 penginjil dari RRC sendiri, dan ada 2.000 pendeta yang sudah ditahbiskan. Hampir semua denominasi besar terwakili di RRC. Mereka telah bekerja seratus tahun untuk memenangkan satu juta orang Kristen. Tetapi selama sepuluh tahun pertama komunis berkuasa, semua gedung gereja dan semua yang kelihatan secara lahiriah dihancurleburkan. Semua sekolah teologi/seminari serta rumah sakit Kristen ditutup, dan semua penginjil luar negeri diusir oleh pemerintah. Pada tahun 1959, semua gereja ditutup, kecuali beberapa gereja yang dipercayai oleh pemerintah dan menjadi alat pemerintah. Pada tahun 1955, pendeta-pendeta yang setia kepada Tuhan dan melawan komunis ditangkap dan dipenjarakan. Pada tahun 1958, banyak pendeta yang setia kepada Tuhan mulai mundur dari pekerjaan Tuhan. Semua gereja di desa-desa dan di kota-kota kecil ditutup dan mereka mengalami kesulitan yang luar biasa. Bagaimana kebaktian bisa berlangsung jika gereja sudah ditutup dan para pendeta dipenjarakan? Bagaimana pengabaran Injil dilaksanakan jika sekolah teologi ditutup, penginjil-penginjil tidak ada lagi dan Kitab Suci disita serta dibakar oleh komunis? Di dalam kesulitan dan kekecewaan itu, beberapa orang Kristen berkumpul dalam kelompok-kelompok kecil dan mulai berdoa kepada Tuhan. Di situlah gereja rumah tangga mulai bergerak. Pada tahun 1966, revolusi kebudayaan meletus di RRC, dan semua orang Kristen dikejar-kejar untuk dianiaya luar biasa. Orang Kristen dihina dan dibawa ke tempat-tempat latihan yang sulit, mereka harus bekerja berat, diarak di jalan-jalan untuk dipermalukan. Di sebuah kota kecil, Kitab-kitab Suci orang Kristen disita dan dikumpulkan sehingga menjadi suatu bukit kecil. Komunis memaksa orang Kristen di tempat itu untuk berlutut mengelilingi bukit tumpukan Kitab Suci itu dan mengaku bersalah. Lalu mereka menyulutkan api dan membakar habis semua Alkitab itu. Orang-orang Kristen itu tidak boleh meninggalkan tempat sehingga panas api melukai wajah mereka. Pada waktu itu, banyak orang bunuh diri karena tidak tahan terhadap tekanan hidup, termasuk juga orang Kristen. Pendeta-pendeta yang sudah berkompromi dengan komunis tidak sanggup lagi bertahan dengan iman mereka. Mereka naik ke sebuah gedung berlantai tiga lalu terjun dan mati. Banyak guru Injil wanita dipukul sampai mati di gereja mereka sendiri. Peristiwa penganiayaan yang diderita orang Kristen begitu banyak sehingga tidak dapat diceritakan satu per satu. Tetapi melalui beberapa tahun penganiayaan, orang Kristen di RRC mendapat suatu pelajaran yang sangat berharga, sebagaimana dikatakan Rasul Paulus dalam Filipi 1:29; melalui penderitaan, orang Kristen mengerti bahwa kita tidak hanya dipanggil untuk memercayai Yesus Kristus, tetapi juga dipanggil untuk menderita bagi Dia. Terlalu banyak kekristenan murahan diberitakan di dunia. "Percayalah pada Yesus Kristus, maka engkau akan selamat"; cuma itu lalu selesai. Orang Kristen boleh masuk surga, menikmati segala kenikmatan di dunia ini. Memang benar dengan percaya kepada Yesus Kristus, kita akan selamat dan diberkati oleh Tuhan, tetapi itu baru separuh kebenaran saja. Masih ada separuh lagi, yaitu bagaimana menjadi murid-murid Kristus yang sejati. Kita dianugerahi Tuhan tidak hanya untuk percaya, tetapi juga untuk menderita bagi Kristus. Dalam masa revolusi kebudayaan, ada seorang guru yang dipukul hingga hampir mati. Ia menderita luar biasa. Setelah dipukul, ia diikat dengan rantai lalu diarak di jalan-jalan kota itu. Kemudian ia diikat di sebuah pohon dan dijemur di bawah terik matahari, setiap hari selama musim panas. Anak-anak kecil, murid-muridnya sendiri, disuruh meludahi dan menendang badannya. Selama satu bulan penuh ia dipermalukan sedemikian dan baru kemudian dibebaskan. Karena ia begitu kecewa dan tidak ada muka lagi untuk menghadapi murid-murid yang telah menganiayanya, ia memutuskan untuk bunuh diri. Pada saat kekecewaannya memuncak, ia berdiri di sebuah jembatan dan melihat air di bawahnya. Saat ia akan meloncat, anaknya yang berumur delapan tahun berteriak, "Ayah ... Ayah, jangan loncat ...! Saya tahu Ayah telah menderita semua ini untuk Kristus!" Saat itu ia sadar, lalu memeluk anak perempuannya dan mencucurkan air mata. Ia mengaku dosa di hadapan Tuhan karena imannya yang terlalu kecil. Melalui mulut anaknya itu, ia mengerti bahwa ia tidak hanya diberi anugerah untuk percaya, tapi juga untuk menderita bagi Dia. Justru melalui kesengsaraan yang demikian, gereja dan orang-orang Kristen memahami arti panggilan Tuhan dan iman mereka menjadi bertumbuh. Mereka mengerti apa arti pengharapan di dalam Kristus. Iman yang Dibangkitkan ---------------------- Pada tahun 70-an, di tengah-tengah perjalanan revolusi kebudayaan, gereja mulai berkembang lagi. Gereja pada waktu itu bagaikan padang pasir yang tandus karena banyak orang Kristen ketakutan dan tidak berani menyatakan iman mereka. Tetapi sebagian di antara mereka yang sudah mengalami kuasa Tuhan, sekali lagi mengaku nama Tuhan. Seorang pemuda Kristen menyalakan tekadnya kembali dengan mengunjungi keluarga-keluarga Kristen dan mengajak mereka keluar dari ketakutan: "Mari kita berbakti kembali, jangan berhenti berbakti! Jangan berhenti berdoa! Mari kita mulai lagi!" Lalu ia berkeliling mengunjungi setiap desa di provinsi itu sehingga muncul istilah "penginjil keliling". Jumlah yang dimulai dari 5 orang menjadi 10, 15, 20, dan terus bertambah. Ketika Mao Zedong meninggal dunia, RRC sudah penuh dengan gereja-gereja bawah tanah. Pemerintah komunis tidak hanya melarang mereka mengadakan pertemuan-pertemuan tetapi juga tidak memperbolehkan mereka mengaku percaya kepada Yesus Kristus. Jika kelompok-kelompok doa itu ditemukan polisi, mereka diusir. Di tengah pengejaran itu, mereka hanya bisa berdoa, "Tuhan, kasihanilah kami." Bagaimana Tuhan menjawab dan menguatkan mereka? Pada waktu itu, ada keluarga komunis yang memunyai dua ekor babi. Babi di sana besar sekali artinya. Seekor babi berarti gaji seorang pekerja selama satu tahun. Suatu hari, babi keluarga itu mati seekor, dan hari berikutnya babi yang kedua mati. Sang istri marah-marah dan memukul suaminya sambil berkata, "Jangan lagi menganiaya orang Kristen, babi kita mati semua." Suaminya menjawab, "Ya ..., ya ..., saya berjanji tidak lagi menganiaya orang Kristen, tidak lagi mengganggu gereja." Ada seorang pemimpin komunis yang mendapat kesulitan lebih besar lagi. Setelah menghujat Allah, tiba-tiba lidahnya keluar dan tidak bisa lagi ditarik masuk. Ia menjadi tersiksa, tidak bisa makan, tidak bisa berkata-kata, dan tidak bisa tidur sehingga ia pergi ke dokter. Dokter mengatakan ia belum pernah menghadapi penyakit seperti itu. Pada saat itu, ada seorang Kristen di klinik yang mendengar pembicaraan mereka. Lalu ia berkata, "Saya kira penyakit seperti itu tidak dapat disembuhkan dokter, engkau harus pergi kepada orang Kristen, mungkin akan sembuh." Komunis itu menjadi sangat jengkel, tetapi ia pergi juga ke seorang tua-tua Kristen dan menceritakan masalahnya. Jawab tua-tua itu, "Memang engkau sudah menghujat Tuhan, sekarang dihukum Tuhan, bukan? Kami tidak mau mendoakan engkau kecuali engkau bertobat. Mau bertobat?" "Ya ..., ya ...," kata komunis itu. "Tapi itu tidak cukup, engkau harus percaya pada Yesus Kristus. Kalau engkau tidak percaya Dia, kami berdoa pun engkau tidak akan disembuhkan. Mau percaya Yesus Kristus?" Dengan lidah yang terjulur ia menjawab, "Ya ..., ya ...." Maka mereka menumpangkan tangan atas orang itu dan berdoa. Di tengah-tengah doa yang belum selesai, lidahnya sudah kembali normal. Komunis itu pun menjadi Kristen dan bergabung dengan gereja. Gereja Dibangunkan oleh Doa --------------------------- Apakah hikmah dari kasus-kasus itu? Di tengah keadaan tanpa pertolongan sama sekali, orang Kristen tidak dapat berbuat apa-apa kecuali berdoa; dan Tuhan menjawab. Itulah sebabnya dalam masa revolusi kebudayaan, gereja justru makin berkembang dan terus bertumbuh. Tidak ada senjata lain kecuali doa! Mereka mengalahkan penganiayaan dan membangunkan iman melalui doa. Setelah Mao Zedong meninggal dunia, kita melihat gereja dibangunkan secara luar biasa di seluruh Tiongkok. Di setiap kota dan desa kecil di Tiongkok Utara, kita dapat menjumpai sebuah gereja. Ada satu kota yang pada tahun 1949 hanya memunyai 4.000 orang Kristen, sekarang memunyai 160.000 orang Kristen. Ada satu desa nelayan yang memunyai tiga ratus orang Kristen setelah seorang pendeta bekerja di sana selama sepuluh tahun. Pendeta itu ditangkap pada tahun 1960. Setelah dibebaskan, ia kembali ke desa itu dan menjumpai 20.000 orang Kristen di sana. Bagaimana gereja di RRC berkembang melalui keadaan seperti itu? Pada waktu sadar, kita mati dan bangkit bersama Kristus, gereja pun bangkit oleh kuasa Roh Kudus. Gereja bertumbuh pada saat kita sadar bahwa Kristus Tuhan ada di dalam gereja itu. Tahun 1961 kebangunan rohani besar terjadi di RRC. Tetapi seiring perkembangan itu, banyak pula bidah dan aliran sesat muncul dalam gereja. Ada orang yang mengaku diri sebagai Kristus. Ia memunyai 12 murid dan 12 anak dara yang melayani dia sehingga orang tuanya pun harus merendahkan diri di bawahnya. Muncul juga nabi-nabi palsu yang menjalankan perzinahan. Padahal penganiayaan masih terus dilakukan oleh pemerintah. Bagaimana gereja mengatasi masalah-masalah tersebut? Saat itu dibentuklah suatu pertemuan besar yang dihadiri utusan-utusan dari enam puluh desa. Mereka berkumpul selama satu minggu, kemudian mengambil keputusan mengucilkan tujuh pengajar sesat dan orang-orang yang berzinah. Mereka menulis surat untuk diedarkan di desa-desa itu. Maka pada waktu itu, gereja di RRC mulai belajar bagaimana mereka harus menjalankan disiplin rohani. Permintaan untuk mengirimkan para penginjil ke provinsi-provinsi lain terus mengalir. Maka mereka berkumpul, berpuasa, dan berdoa untuk mengambil keputusan pergi atau tidak. Kemudian ditunjuk dua belas orang Kristen terbaik dan paling berbakat untuk pergi kira-kira seribu kilometer ke provinsi lain dengan berjalan kaki. Provinsi Sichuan adalah provinsi yang berpenduduk kira-kira satu juta jiwa dan mereka belum mengenal Kristus. Dalam satu bulan itu, ada enam belas gereja didirikan. Tetapi setelah satu bulan itu, hampir semua penginjil tersebut ditangkap oleh komunis. Mereka diikat dengan tali pada ibu jari tangannya, kemudian digantung di atap rumah sehingga seluruh berat badannya tergantung pada ibu jari. Mereka dipukul dan diikat, lalu dipaksa untuk berlutut tiga hari tiga malam di atas ubin yang dipasangi kerikil-kerikil tajam yang menusuk lutut mereka. Demikianlah mereka menderita karena Injil untuk mengatakan nama Yesus dan memberitakan Kabar Kesukaan kepada orang lain. Ada yang dipenjarakan dan baru tahun lalu dibebaskan. Sekarang orang Kristen di wilayah RRC Tengah sedang mengalami aniaya luar biasa. Strategi Pengabaran Injil yang Lahir dari Keadaan Tertekan ---------------------------------------------------------- Belajar dari pengalaman-pengalaman itu, pada tahun 1985 di provinsi utara diadakan suatu program pelatihan untuk orang Kristen selama seminggu, berupa latihan hidup kerohanian. Dari pengalaman dalam penganiayaan itu, mereka menemukan tujuh pokok penting dalam strategi pengabaran Injil. 1. Mengabarkan Injil adalah memberitakan keselamatan di dalam Yesus Kristus, supaya orang yang percaya bertobat dan diselamatkan. 2. Menempuh jalan salib; berani menderita sengsara bagi Kristus. 3. Mengenali ajaran-ajaran palsu dan teologi yang tidak benar. 4. Membangunkan dan menguatkan gereja. Sesudah Injil diberitakan, iman orang-orang yang baru percaya perlu dikuatkan dan dipupuk supaya menjadi jemaat yang kuat. 5. Menumbuhkan dan mendewasakan hidup kekristenan mereka yang sudah percaya. 6. Bersekutu dengan gereja-gereja di sekitarnya. Jika sudah ada 30 -- 50 gereja, mereka berkumpul dan membentuk satu sinode. Dari sepuluh sinode kecil, mereka membentuk satu sinode besar. 7. Mengirimkan orang-orang Kristen berbakat yang mau mengabarkan Injil ke daerah-daerah yang belum mengenal Injil. Sekarang sudah diadakan program tiga tahun untuk melatih orang-orang Kristen untuk menjadi hamba Tuhan yang baik. Setelah tiga tahun itu, mereka dikirim secara berpasangan untuk mengabarkan Injil dengan didampingi seorang hamba Tuhan yang lebih berpengalaman. Rahasia mengalahkan penganiayaan dan kesulitan ialah jalan salib mengikut Yesus. Ini tidak gampang, tetapi umat Kristen di RRC sudah belajar bahwa mereka dipanggil dan dikaruniai tidak hanya untuk percaya pada Yesus Kristus, tetapi juga menderita untuk Dia. Bagi Kristus, jalan salib adalah jalan menuju kemuliaan. Kita dipanggil untuk mengikuti jejak-Nya. Diambil dan diedit seperlunya dari: Judul majalah: Momentum, edisi 3, Bulan Oktober 1987 Judul artikel: Gereja Bertumbuh di Tengah Penganiayaan Penulis : Dr. Jonathan Chao Halaman : 10 -- 15 ______________________________________________________________________ KESAKSIAN MISI DISIDANG KARENA MEMBAGIKAN INJIL ================================ Persahabatan Anila dan Parveen sudah dimulai sejak mereka sekolah. Parveen merupakan seorang gadis dari keluarga non-Kristen yang ketat, sedangkan Anila adalah gadis Kristen yang sangat percaya akan kebesaran Yesus. Seiring persahabatan mereka, Anila memberikan Alkitab kepada Parveen dan mengajarkan lagu-lagu Kristen yang dengan cepat dipelajarinya. Anila mulai mengundang Parveen menghadiri kebaktian Jumat Agung. Ketika mendengar presentasi Injil, gadis non-Kristen itu langsung menerima Yesus dalam hidupnya. Ia sangat bersemangat mengenai hubungannya bersama Yesus dan merasakan perubahan besar dalam hidupnya. Tidak lama kemudian, orang tua Parveen mengetahuinya. Sebagai kaum non-Kristen, orang tua Parveen sangat marah ketika mengetahui perpindahan Parveen ke agama lain. Mereka menyuruh adik perempuannya mencari tahu dari mana dia mendapatkan pengaruh kristiani tersebut dan mulai merencanakan pernikahan Parveen dengan seorang pria non-Kristen. Namun, Parveen menolaknya dan melarikan diri. Orang tua Parveen menuduh Anila dan pendetanya melakukan penculikan sehingga mereka memutuskan untuk memerintahkan penangkapan Anila. Anila disiksa selama sembilan jam di depan keluarganya sebelum akhirnya dibawa ke penjara. Pendeta dan keluarganya menyusul dimasukkan ke penjara sehari sesudahnya. Baik Anila maupun pendetanya mengalami siksaan yang sangat berat selama dipenjara. Ketika dilepas, Anila nyaris tidak bisa duduk dan pendetanya tidak dapat berjalan karena luka-lukanya di pinggang dan paha. Parveen akhirnya ditemukan oleh keluarganya. Di negara Parveen, orang sering disiksa atau dibunuh oleh keluarganya karena pindah kepercayaan. Untuk mengembalikan kehormatan keluarganya, saudara laki-laki Parveen menikamnya hingga mati. Saudara laki-laki Parveen yang sudah menikamnya itu dibebaskan oleh pemerintah tanpa hukuman apa pun. Tapi Anila justru ditangkap dengan tuduhan penganiayaan, walaupun akhirnya dapat lepas dari tahanan dengan jaminan setelah sebulan mendekam di penjara. Ia dan keluarganya pergi ke persembunyian karena hidupnya terancam oleh aliran agama radikal yang ada di negaranya. Puji Tuhan atas doa orang-orang Kristen yang percaya akan Yesus. Bulan Mei 1999, Anila dibebaskan dari segala tuduhan walaupun dia dan keluarganya masih berada di tempat persembunyian. "Aku telah melihat dunia dan dunia tidak memiliki apa pun yang baik. Hanya Yesuslah kedamaianku," kata Anila. Diambil dari: Nama situs : Kekal (Kesaksian Kasih Allah) Alamat URL : http://kekal.sabda.org/disidang_karena_membagikan_injil Sumber asli: Judul buku : Jesus Freaks Judul artikel: Disidang Karena Membagikan Injil Penulis : DC Talk dan Voice Of Martyr Penerbit : Cipta Olah Pustaka Halaman : 29 -- 31 ______________________________________________________________________ DOA BAGI MISI DUNIA B A N G L A D E S Kelompok radikal sebuah agama di sebuah desa di Banglades kembali memukuli umat Kristen dan mengancam mereka setelah polisi tidak lagi menjagai daerah tersebut. Aparat yang ditugaskan untuk menjaga lokasi kejadian selama tiga bulan hanya bertahan selama satu minggu. Setelah itu mereka tidak lagi terlihat di sekitar lokasi. Kelompok ekstremis di desa Durbachari, Nilphamari, melanjutkan aksi kekerasan mereka terhadap umat Kristen awal bulan Juli. Koran lokal juga menuliskan artikel tentang umat Kristen di Nilphamari, mencantumkan nama Pendeta AA sebagai target serangan, beliau adalah pengacara yang membela umat Kristen di Nilphamari. Diambil dan diedit seperlunya dari: Sumber asli : Compass Direct Judul buletin: Open Doors, Edisi September-Oktober 2007, Volume 14 No. 5 Judul artikel: Umat Kristen di Bangladesh Diancam dan Dipukuli Penulis : tidak dicantumkan Halaman : 7 Pokok Doa --------- * Berdoalah bagi umat Kristen di Banglades yang sedang mengalami penganiayaan karena iman mereka. Kiranya Tuhan memberi kekuatan sehingga mereka terus bertahan dalam iman mereka pada Tuhan. * Berdoa bagi pemerintah Banglades, agar bisa mengambil berbagai kebijakan yang tepat untuk memulihkan kondisi keamanan di sana. C I N A Tanggal 10 Juli 2007, China Aid Association melaporkan kurang lebih seratus pekerja asing Kristen dipulangkan secara paksa ke negara mereka. Peristiwa ini terjadi tahun ini sekitar bulan April dan Juni di mana sebanyak enam puluh pekerja dari kota Xinjiang telah dipulangkan secara paksa ke negara asal mereka, termasuk mereka yang telah melayani di Cina selama kurang lebih 15 hingga 18 tahun. Beberapa pekerja Amerika disita paspornya oleh Chinese Public Security Bureau, lalu mereka ditahan selama dua hingga tujuh hari tanpa diberi akses untuk menghubungi Kedutaan Besar Amerika Serikat. Diambil dan diedit seperlunya dari: Judul buletin: Open Doors, Edisi September-Oktober 2007, Volume 14 No. 5 Judul artikel: Cina Menangkapi Pekerja Kristen Penulis : tidak dicantumkan Halaman : 8 Pokok Doa --------- * Dukungan doa sangat dibutuhkan bagi seratus pekerja asing Kristen yang dipulangkan ke negara mereka secara paksa oleh pemerintah Cina. Doakan agar mereka diteguhkan dalam menghadapi segala sesuatu. * Doakan supaya pekerjaan pelayanan yang mereka tinggalkan bisa diteruskan. Doakan orang-orang lokal agar siap mengambil alih tugas pelayanan itu. ______________________________________________________________________ DOA BAGI INDONESIA IDOP 2007 (INTERNATIONAL DAY OF PRAYER FOR THE PERSECUTED CHURCH) ================================================================= "Ini Keluargaku" Tanggal 11 November (dan sepanjang minggu pertama serta kedua bulan November), Open Doors bersama tujuh lembaga misi lain yang melayani gereja teraniaya serta gereja-gereja dari berbagai denominasi di seluruh dunia akan mengadakan program doa International Day of Prayer for the Persecuted Chruch (IDOP) atau hari Doa Sedunia bagi Gereja yang Teraniaya. Open Doors Indonesia secara khusus membagikan CD IDOP 2007 gratis yang bertema "Ini Keluargaku" bagi umat Kristen dan gereja-gereja yang tergerak untuk berdoa. Mari kita berdoa untuk program IDOP 2007 ini agar semakin banyak orang Kristen menyadari pentingnya berdoa bagi "keluarga" kita yang saat ini sedang mengalami penganiayaan karena iman mereka. Sumber: OpenDoors Indonesia Development PO Box 5019 JKTM Jakarta 12700 Phone/Fax: 62-21 52963779/5260972 E-mail: indonesia(at)od.org http://www.opendoors.org/ Pokok Doa --------- 1. Mari kita sukseskan IDOP 2007 yang akan dirayakan oleh umat Kristen seluruh dunia dengan ikut berpartisipasi berdoa selama bulan November, khusus untuk gereja-gereja dan umat Tuhan yang sedang mengalami aniaya. 2. Doakan agar program Open Doors, "Ini Keluargaku", dapat memberkati banyak orang dan agar banyak orang Indonesia yang tergerak untuk berdoa bagi mereka yang saat ini sedang mengalami penganiayaan karena iman mereka. 3. Doakan secara spesifik orang-orang Kristen yang kita ketahui (baik melalui majalah, internet, maupun media lain) yang sedang mengalami tekanan atau dipenjara karena iman yang mereka percayai. Kiranya Tuhan memberi kekuatan sehingga mereka tetap tabah dan kuat dalam menghadapinya. 4. Doakan anggota keluarga dari orang-orang Kristen yang mengalami aniaya atau dipenjara karena membela iman Kristen, supaya Tuhan memberi kekuatan dan ketabahan. Biarlah pengharapan mereka di tengah pergumulan ini hanya pada Tuhan saja. 5. Berdoalah bagi setiap gereja di Indonesia yang ditutup paksa oleh pihak-pihak tertentu. Kiranya Tuhan tetap memelihara iman jemaat sehingga sekalipun tidak memiliki tempat ibadah, mereka tetap memiliki iman yang teguh dan tetap berpengharapan dalam Tuhan. 6. Doakan gereja-gereja yang kurang peduli dengan pekerjaan misi atau yang belum terlibat berdoa bagi misi, kiranya Tuhan menaruh hati yang berbelaskasihan sehingga mereka tergerak dan bergabung berdoa bagi saudara seiman yang sedang dalam kesulitan. ______________________________________________________________________ STOP PRESS "NETWORK" MISI DARI IN-CHRIST.NET ================================= http://www.in-christ.net/ http://www.in-christ.net/topic_blog/misi http://www.in-christ.net/topic_artikel/misi Apakah Anda seorang yang melayani di bidang MISI? Membutuhkan informasi lengkap seputar MISI dari dunia maya? Ingin dapat membagikan pokok doa sehingga bisa berbagi beban dalam melayani Tuhan di ladang MISI? Atau berkolaborasi dengan sesama pengerja MISI lainnya? Kehadiran Indonesian Christian Networks (In-Christ.Net) kini memungkinkan Anda melakukan semua hal tersebut. Dengan moto "Equipping one another", In-Christ.Net tidak sekadar menjadi wadah bagi berbagai bidang pelayanan Kristen, tapi juga ingin menghimpun berbagai gereja, yayasan/lembaga, dan individu Kristen yang memiliki konsentrasi di bidang pelayanan tertentu untuk membentuk persekutuan dan pelayanan elektronik yang holistik. Bidang MISI merupakan salah satu bagiannya. Keunikan In-Christ.Net ialah penggabungan beragam fasilitas sekaligus. Selain Artikel dan Blog, ada juga Links (direktori Kristen) dan Kolaborasi (memanfaatkan teknologi Wiki), juga Kursus e-Learning. Keberagaman ini membuat Anda tidak saja sekadar mendapatkan berbagai bahan dan informasi, tapi juga diajak untuk berperan serta membangun komunitas Kristen yang saling melengkapi. Adapun "network" MISI saat ini bisa Anda kunjungi untuk saling berbagi pengalaman, pengetahuan dan beban, di antaranya Anda dapat berperan secara aktif memberi komentar, kritik maupun menulis blog yang tentu sangat bermanfaat untuk membantu saudara-saudara kita yang sedang terlibat dalam pelayanan MISI. Silakan telusuri masing-masing menu untuk melihat sajian "network" MISI ini, dan sejumlah "network" pelayanan lain. ______________________________________________________________________ Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi (untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak untuk tujuan komersiil dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya. ______________________________________________________________________ Staf Redaksi: Yulia Oeniyati dan Dian Pradana Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak. Copyright(c) 2007 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Kontak Redaksi : < jemmi(at)sabda.org > Untuk berlangganan : < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk berhenti : < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org > ______________________________________________________________________ Situs e-MISI dan e-JEMMi : http://misi.sabda.org/ Arsip e-JEMMi : http://www.sabda.org/publikasi/misi/ Situs YLSA : http://ylsa.sabda.org/ Situs SABDA Katalog : http://katalog.sabda.org/ ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |