Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2011/4 |
|
e-JEMMi edisi No. 04 Vol. 14/2011 (25-1-2011)
|
|
______________________________ e-JEMMi _____________________________ (Jurnal Elektronik Mingguan Misi) ______________________________________________________________________ SEKILAS ISI RENUNGAN MISI: JURU MINUM BAGI RAJA YANG AGUNG PROFIL BANGSA: AMPANANG, INDONESIA Shalom, Pada Renungan Misi kali ini, kami mengajak Anda untuk menyimak sebuah kisah tentang Nehemia -- seorang juru minum istana raja di negeri asing sebagai tawanan yang memiliki visi, beban pelayanan, dan pergumulan doa bagi bangsanya. Ia adalah salah satu tokoh dalam Alkitab yang dipakai Tuhan secara khusus untuk membangun kembali tembok Yerusalem dan menyerukan kepada bangsanya agar bertobat dan berbalik kepada Allah. Semoga melalui sajian ini, Anda terinspirasi untuk memiliki semangat yang sama -- membangun karakter anak-anak bangsa dan memenangkan jiwa-jiwa yang terhilang bagi Kristus Tuhan di mana pun Anda berada. Doakan suku Ampanang di Kalimantan agar Tuhan dengan caranya yang ajaib dapat memakai anak-anak Tuhan untuk menjangkau mereka dan membawa mereka kepada keselamatan yang telah dijanjikan-Nya bagi segala suku bangsa di seluruh dunia. Selamat menyimak sajian kami. Tuhan memberkati. Staf Redaksi e-JEMMi, Samuel Njurumbatu < http://misi.sabda.org/ > RENUNGAN MISI: JURU MINUM BAGI RAJA YANG AGUNG "Tetapi, bila kamu berbalik kepada-Ku dan tetap mengikuti perintah-perintah serta melakukannya, maka sekalipun orang-orang buanganmu ada di ujung langit, akan Kukumpulkan mereka kembali dan Kubawa ke tempat yang telah Kupilih untuk membuat nama-Ku diam di sana." (Nehemia 1:9) Kehancuran Yerusalem dan penderitaan yang dialami orang-orang Israel merupakan kesedihan besar bagi Nehemia. Kesedihan Nehemia ini membuat ia tumbuh sebagai seorang anak Bangsa yang berani dan mampu memimpin kembali pembangunan tembok Yerusalem. Nehemia tahu dan sadar akan kesalahan dan dosa yang telah diperbuat oleh orang-orang Israel dan keluarganya sendiri. Kesedihan Nehemia tidak berakhir menjadi kesedihan semata, tetapi berkembang menjadi suatu doa dan pergumulan (Nehemia 1:5-11), agar kaum keluarga dan bangsanya berbalik kepada Allah dan memohon pengampunan dari Allah untuk mereka. Kehancuran Yerusalem bukan hanya menimpa fisik dari kota itu, tetapi juga melambangkan kehancuran dan kemerosotan spiritual dan karakter. Nehemia, sang juru minum raja Arthasasta, bukan hanya berdoa bagi kaum dan bangsanya, tetapi ia juga memiliki visi (Nehemia 2:3) untuk membangun kembali tembok Yerusalem dan mengembalikan kota Yerusalem serta hati umat Israel kepada Allah. Keberanian Nehemia (Nehemia 2:5) untuk berbicara kepada raja secara terus terang tentang keadaan bangsanya, merupakan gambaran sifat kepemimpinan yang muncul dari Nehemia. Nehemia tahu bahwa ia tidak akan mampu membangun kembali Yerusalem jika ia tidak melibatkan orang lain (Nehemia 3). Ia mulai mengumpulkan dan mempersiapkan orang-orang Israel untuk membangun kembali tembok Yerusalem. Ketika pembangunan tembok mulai berjalan, Nehemia juga mewaspadai serangan yang datang dari luar dan memerhatikan keluhan-keluhan yang muncul (Nehemia 4-5). Perhatian pada hal-hal inilah yang membuat kepemimpinan Nehemia semakin mantap dalam mencapai visinya. Dalam waktu 52 hari (Nehemia 6:15), Nehemia sudah selesai membangun kembali tembok Yerusalem. Tidak sampai di situ saja, Nehemia juga mengatur keadaan kota (Nehemia 7:1-3) sehingga ada waktu untuk membuka dan menutup pintu, dan penjagaan terhadap kota terus dilakukan dengan baik. Nehemia sadar, bagian terpenting dari misinya yaitu agar hidup orang-orang Israel kembali dekat kepada Allah (Nehemia 8-9) yang telah menuntun mereka keluar dari Mesir. Bersama-sama dengan Ezra, mereka mulai menetapkan ibadah dan memungkinkan pembacaan kitab-kitab Taurat. Lebih dari itu, orang-orang Israel juga berdoa, berpuasa, dan mengaku dosa-dosa mereka di hadapan Allah. Beban Nehemia bagi bangsanya sendiri telah melahirkan visi yang besar untuk mengembalikan kota Yerusalem seperti semula dan menuntun hati orang-orang Israel berbalik kepada Allah. Nehemia bukanlah seorang pemimpin agama. Ia juru minum raja Arthasasta, tetapi beban yang begitu besar dan tuntunan Allah membuat Nehemia menjadi seorang Anak Bangsa -- diutus kembali menjadi juru minum bagi Raja yang agung untuk menyelamatkan umat kepunyaan-Nya. Jika seorang juru minum dapat melakukan hal seperti ini, bagaimana dengan Anda? Tuhan telah menjadikan Anda lebih dari sekadar seorang juru minum, dan kesedihan bangsa Indonesia di masa kini begitu besar. Lebih dari 400 suku berteriak-teriak minta tolong, "Menyeberanglah kemari dan tolonglah kami!" (Kisah Para Rasul 6:9b) Mereka belum mengenal Kristus, mereka belum dapat bertumbuh dalam iman karena tidak ada Alkitab dalam bahasa yang paling mereka pahami, dan gereja Tuhan belum berdiri di tempat di mana mereka berada. Maukah Anda menjadi juru minum bagi Raja yang agung itu? Agar setiap suku bangsa di Indonesia mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah Bapa! (Filipi 2:11) Bahan diambil dari: Nama buletin: Berita Kartidaya Edisi 1/2008 Judul artikel: Juru Minum Bagi Raja yang Agung Penulis: Marnix Riupassa Penerbit: Yayasan Kartidaya Halaman: 2 -- 3 PROFIL BANGSA: AMPANANG, INDONESIA Siapakah Orang-Orang Ampanang Itu? Masyarakat Ampanang tinggal di Kalimantan Tengah bagian timur, tepatnya di sebelah tenggara kota Tunjung. Daerah itu tidak jauh dari kota Jambu dan Lamper. Kalimantan, yang berarti "Sungai Intan", merupakan pulau yang dikelola oleh tiga negara: Indonesia yang mengelola dua per tiga bagiannya, serta Malaysia dan Brunei yang mengelola sepertiga bagian lainnya. Orang-orang Ampanang adalah salah satu kelompok masyarakat keturunan Barito. Mereka adalah bagian dari kesatuan etno-linguistik Dayak yang lebih besar. Orang-orang Dayak lebih suka tinggal di sepanjang sungai-sungai pedalaman di Kalimantan. Terkadang pengelompokan mereka dibagi-bagi lagi menjadi Dayak Daratan maupun Dayak Laut, meskipun pada mulanya ini adalah sebutan orang Eropa untuk membedakan berbagai kelompok yang ada di sana. Orang-orang Dayak biasanya memiliki ciri-ciri: 1. Mendapat warisan, baik dari pihak ayah ataupun ibu. 2. Tinggal bersama atau di dekat kerabat istri. 3. Berkelompok-kelompok per desa. 4. Tidak adanya kelas sosial/kasta (meski perbudakan masih dipraktikkan oleh beberapa kelompok). 5. Tinggal bersama sebagai keluarga besar (di sebuah rumah panjang). 6. Melakukan ritual penguburan sekunder, yaitu penguburan di makam yang sudah ada sebelumnya. Suku-suku Dayak diperkirakan datang dari Asia Barat sebagai imigran dari Mongolia yang masuk ke kepulauan Nusantara lewat kota pesisir Kalimantan bagian selatan, yang sekarang disebut Martapura. Seperti Apakah Kehidupan Mereka? Mata pencaharian utama masyarakat Ampanang mencakup berburu, mengumpulkan produk-produk hutan, mencari ikan, bertani, dan berdagang. Meski sebagian besar orang Ampanang tinggal di dekat sungai, namun ada juga yang tinggal di daerah yang jauh dari sungai. Kebudayaan orang-orang Ampanang dikaitkan dengan keyakinan mereka terhadap roh-roh gaib. Tambahan pula, kesenian dan berbagai aktivitas lain disatukan menjadi sistem kepercayaan mereka. Masyarakat Ampanang pun menjunjung tinggi berbagai macam upacara tradisional. Upacara-upacara tersebut meliputi perjodohan dan pertunangan, pernikahan, kehamilan, kelahiran, penyembuhan dari sakit, dan penguburan. Upacara-upacara ritual juga sering dijalankan selama masa perayaan hari-hari penting mereka. Apa Yang Mereka Percayai? Secara umum orang-orang Ampanang menjadi pengikut kepercayaan tradisional Dayak, yang disebut Kaharingan. Bahkan, beberapa dari mereka juga menjadi pengikut kepercayaan Nyuli. Fokus ajaran Nyuli adalah adanya kebangkitan setelah kematian (Suli). Menurut ajaran Nyuli, Bukit Lumut melepaskan arwah. Arwah tersebut kemudian kembali ke desa mereka dengan membawa sesuatu dari dunia baka yang dapat dipakai untuk memperbaiki kondisi dunia. Orang-orang Ampanang juga memuja arwah-arwah nenek moyang mereka (duwata). Setiap keluarga Ampanang memunyai tempat pemujaan untuk duwata mereka sendiri di rumah. Tempat pemujaan tersebut biasanya disebut kunau. Mereka juga menggunakan "pangantuhu" -- tulang manusia -- sebagai alat untuk memanggil arwah nenek moyang. Apa Saja Kebutuhan Mereka? Akhir-akhir ini, ada perubahan signifikan dalam hidup, tradisi, pandangan dunia, dan sistem komunitas masyarakat Ampanang. Hal ini terjadi dalam hubungannya dengan mobilitas dan hubungan mereka yang lebih besar dengan dunia luar, serta keterbukaan mereka terhadap para pendatang. Masyarakat Ampanang membutuhkan pendidikan formal dan pengembangan keterampilan untuk menghadapi perubahan yang sedang mereka alami. Pendidikan dan pengembangan keterampilan yang cukup dapat membantu mereka bangkit dari kemiskinan. Peningkatan kesehatan juga masih sangat diperlukan. (t/Setya) Diterjemahkan dari: Nama situs: Joshua Project Judul asli artikel: Ampanang of Indonesia Penulis: Tidak dicantumkan Alamat URL: http://www.joshuaproject.net/people-profile.php?rog3=ID&peo3=10300 Tanggal akses: 24 Januari 2011 "MEND YOUR NETS OF WITNESSING WITH PRAYER, COST THEM FORTH IN FAITH AND DRAW THEM IN WITH LOVE" Kontak: < jemmi(at)sabda.org > Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati, dan Samuel Njurumbatu (c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/misi > Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |