|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/misi/2010/32 |
|
e-JEMMi edisi No. 32 Vol. 13/2010 (10-8-2010)
|
|
______________________________ e-JEMMi _____________________________
(Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI
EDITORIAL
ARTIKEL MISI: Aspek-Aspek Komunikasi Lintas Budaya (1)
SUMBER MISI: OMF International
DOA BAGI MISI DUNIA: Afghanistan, Iran
DOA BAGI INDONESIA: Penutupan Gereja Rumah di Indonesia
______________________________________________________________________
BE CAREFUL THAT YOUR MARRIAGE DOESN`T BECOME A DUEL INSTEAD OF A DUET
______________________________________________________________________
EDITORIAL
Shalom,
Setelah e-JEMMi edisi lalu membahas dasar alkitabiah pelayanan
lintas budaya, maka e-JEMMi edisi minggu ini dan minggu depan akan
membahas hal yang tidak kalah pentingnya yaitu aspek-aspek
komunikasi lintas budaya. Aspek komunikasi yang Redaksi sajikan
pada edisi kali ini ada dua hal yaitu hidup yang kudus dan doa
serta kepercayaan yang teguh bahwa Allah masih melakukan mukjizat
guna meneguhkan kebenaran Injil. Semua hal ini dapat dibaca tuntas
pada kolom Artikel Misi edisi minggu ini. Selamat menikamti. Tuhan
memberkati.
Redaksi tamu e-JEMMi,
Wilfrid Johansen
http://misi.sabda.org
http://fb.sabda.org/misi
______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI
ASPEK-ASPEK KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA
A. UTAMAKAN YANG TERPENTING
Ada dua hal penting yang perlu kita pelajari agar berhasil
menginjili siapa pun, khususnya kelompok mayoritas. Tanpa kedua hal
ini, usaha kita akan sia-sia. Pertama adalah hidup yang kudus, dan
yang kedua adalah doa dan kepercayaan yang teguh bahwa Allah masih
melakukan mukjizat guna meneguhkan kebenaran Injil.
Hidup yang Kudus
Penginjilan yang berhasil tidak pernah bergantung pada perdebatan
yang hebat atau teknik-teknik yang diterapkan secara sempurna.
Berpikir dan belajar bagaimana memberitakan Injil secara lebih baik
tetap merupakan hal yang penting. Walaupun demikian, betapa pun
menariknya kesaksian kita kepada kelompok mayoritas, kesaksian kita
ini tidak akan berguna jika hidup kita tidak mencerminkan
kepribadian Kristus. Hal itu seperti menghidangkan makan malam yang
lezat di piring yang kotor. Saksi Kristus yang tidak hidup kudus
mungkin akan lebih banyak merugikan daripada menguntungkan perluasan
pemberitaan Injil.
Saya kenal seorang laki-laki yang senang berbicara tentang Yesus dan
Injil dengan siapa saja yang mau mendengar. Dia memandang dirinya
sendiri sebagai pengkhotbah dan penginjil, namun dia sudah menikah
beberapa kali. Baru-baru ini saya melihat dia bersama wanita lain
yang bukan istrinya. Orang itu tidak memiliki kesaksian yang baik di
lingkungannya; dia dianggap orang munafik. Demikian pula dengan
orang yang tidak mau meminjamkan uang kepada orang yang sedang
membutuhkan pinjaman. Demikian pula dengan orang yang gampang marah,
orang yang tidak membayar hutangnya, atau yang suka berbohong. Hidup
orang seperti itu tidak membangkitkan rasa hormat dari orang-orang
yang tidak percaya. Bagaimana mereka dapat memercayai Injil dari
mulutnya?
Apakah kita harus sempurna dahulu baru kita berhak menginjil? Tentu
saja tidak. Yang kita perlukan ialah menjadi semakin serupa dengan
Yesus. Kita tidak dapat membenarkan gaya hidup yang terang-terangan
melanggar perintah Allah. Sebaliknya, orang yang belum percaya harus
melihat adanya kualitas-kualitas yang baik pada pengikut-pengikut
Kristus. Orang-orang percaya mungkin tidak menyadari bahwa
kualitas-kualitas ini diperhatikan oleh orang lain. Walaupun
demikian, Allah sendiri bekerja di dalam diri kita untuk mengubah
kita menjadi orang-orang yang lebih baik. Kalau kita mengabaikan
dosa yang ditunjukkan Allah dalam hidup kita, kita tidak akan dapat
menjadi saksi-Nya yang berguna. Allah telah menciptakan kita sebagai
bejana yang kudus (2 Korintus 4:7). Kita telah dikuduskan untuk
membawa Injil kepada orang-orang yang belum mendengarnya. Hal ini
tidak mungkin dapat dilakukan kalau kita tidak meneladani Yesus.
Kita masing-masing harus berusaha mengenal Allah dan hidup dalam
kekudusan-Nya. Hal itu harus menjadi tujuan yang paling penting
dalam kehidupan kita. Dengan demikian, Dia akan memakai kita.
Berdoa untuk Mukjizat
Penginjilan merupakan bagian dari peperangan rohani yang besar.
Sebelum masuk dalam peperangan, tentara-tentara harus memiliki
senjata yang tepat dan ampuh. Paulus mendaftarkan senjata yang kita
butuhkan dalam Efesus 6. Ketika semua senjata itu sudah siap untuk
dipakai dan semua tentara itu sudah siap untuk berperang, Paulus
berkata itulah waktunya untuk berdoa. Maksudnya, doa adalah tempat
untuk menghadapi musuh. Medan peperangan ada di dalam doa. Kita
diberitahu bahwa doa orang yang benar sangat berkuasa dan efektif
(Yakobus 5:16). Kebenaran adalah perkara menaati Allah dan hidup
dalam kekudusan, maka di dalam doa kita dapat mengatasi perlawanan
musuh.
Sebelum kita mulai bersaksi, kita harus berdoa untuk orang yang
tersesat, supaya mata mereka tercelik dan hati mereka terbuka. Kita
berdoa untuk seluruh keluarga dan tetangga supaya mereka beriman
kepada Kristus. Kita berdoa supaya Allah menyadarkan mereka bahwa
mereka membutuhkan keselamatan dan hal-hal yang kekal. Kita berdoa
melawan kuasa-kuasa kegelapan yang mengikat seluruh kelompok orang
itu. Ketika Roh Allah berjalan di depan kita, maka kita pergi
memberitakan Injil. Ketika kita berdoa, kita tahu bahwa Roh sedang
bekerja. Dia memakai doa kita untuk menghancurkan benteng-benteng
kejahatan (2 Korintus 10:4). Usaha kita yang terpenting harus
terpusat pada doa.
Orang yang terbeban untuk memberitakan Injil kepada kelompok
mayoritas sering bergumul dalam upaya menemukan kunci yang tepat
untuk membuka hati orang-orang yang belum percaya. Tetapi dari
pengalaman, kita melihat bahwa hal tersebut tidak sesederhana itu.
Siapa pun yang pernah berusaha membuka gembok yang sudah karatan
tahu bahwa gembok itu tidak mudah dibuka, sekalipun dengan kunci
yang tepat. Jika gembok itu sudah lama tidak dibuka, mungkin
diperlukan pelumas. Pelumas untuk membuka kunci hati dan pikiran
orang-orang adalah minyak roh. Roh Allah bekerja membuka hati mereka
ketika kita berdoa dan terus mencoba kunci Injil.
Salah satu doa yang paling dinamis ditemukan dalam Kisah Para Rasul
4:23-31. Saat itu murid-murid diancam karena mengabarkan Injil.
Allah telah meneguhkan kebenaran pemberitaan mereka dengan
menyembuhkan seorang yang lumpuh. Petrus dan Yohanes memimpin jemaat
itu dalam doa supaya Allah menolong mereka, dan supaya mereka tetap
berani walaupun ada ancaman dari para pemimpin Yahudi. Lebih jauh
lagi, mereka meminta Allah untuk terus mengadakan mukjizat demi
menyatakan kebenaran Injil Yesus Kristus. Allah berkali-kali
mengabulkan doa itu melalui banyak tanda dan berbagai keajaiban. Dan
mereka terus menginjili.
Allah masih melakukan mukjizat sampai saat ini. Tetapi,
keajaiban-keajaiban itu bukan hal utama untuk menguatkan kita yang
sudah percaya. Memang kita akan menjadi semakin bersemangat ketika
melihat Allah bekerja dengan cara yang luar biasa, namun kita
memiliki firman Allah dan janji-janji-Nya untuk menguatkan kita.
Allah memakai tanda-tanda dan keajaiban, khususnya untuk meneguhkan
Injil kepada orang-orang yang akan percaya. Saat ini Allah memberi
mimpi dan penglihatan kepada mereka yang mencari Dia. Orang-orang
disembuhkan dan dijamah Allah dengan cara-cara yang luar biasa. Kita
harus berdoa supaya Allah mengadakan tanda-tanda dan
keajaiban-keajaiban untuk meneguhkan kesaksian kita kepada
teman-teman dan keluarga kita yang beragama lain. Allah mungkin
memakai mukjizat untuk membawa mereka yang Anda kenal kepada
Kristus. Karena itu, berdoalah supaya Allah mengadakan tanda-tanda
dan keajaiban-keajaiban. Allah ingin menjawab doa yang seperti itu
supaya dunia ini dipenuhi oleh pengetahuan akan kemuliaan-Nya
(Habakuk 2:14).
Pendekatan yang Alkitabiah
Pendekatan yang alkitabiah untuk menyampaikan Kabar Baik ialah hidup
berdampingan dengan orang-orang yang belum mendengarnya, kemudian
ceritakan Injil kepadanya. Yesus memakai cara ini di jalan ke Emaus
(Lukas 24:13-35). Dia berjalan berdampingan dengan 2 orang yang
sedang berbicara tentang arti penyaliban Yesus dan tentang
kebangkitan-Nya. Dia ikut berbicara dengan mereka. Dia mengarahkan
percakapan mereka pada pesan nabi-nabi di dalam firman Allah.
Beberapa waktu kemudian, mereka mengerti apa yang Yesus jelaskan
kepada mereka. Begitulah cara Yesus berkomunikasi dari waktu ke
waktu. Filipus, melakukan hal yang serupa (Kisah Para Rasul 8:26-40).
Allah memanggil dia untuk pergi ke padang gurun dekat Gaza. Ketika
sedang berjalan, Filipus mendekati seseorang yang berada di dalam
kereta. Maka, Filipus berlari mendekatinya. Orang itu sedang membaca
dari kitab Nabi Yesaya dan memunyai beberapa pertanyaan. Dia
mengundang Filipus untuk naik ke keretanya. Filipus mengambil
kesempatan itu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan orang tersebut.
Lalu dia mengarahkan percakapan itu kepada Kabar Baik. Seperti
Yesus, Filipus secara harfiah telah berjalan berdampingan dengan
orang yang diinjili olehnya.
Kita tidak harus berjalan bersama seseorang setiap kali kita
memberitakan Injil. Namun secara kiasan, aturan yang sama tetap
berlaku. Kita harus berusaha berjalan ke arah yang sama dengan arah
orang itu. Kita melakukan hal itu sambil berusaha mengetahui
bagaimana dia berpikir. Kita harus memasuki dialog (percakapan dua
arah) dengan dia, bukan monolog (percakapan satu arah) atau memberi
ceramah. Cobalah untuk mendengarkan mereka terlebih dahulu.
Berusahalah untuk mengerti keadaan mereka. Anggaplah diri Anda
sendiri sebagai seseorang yang sedang belajar memahami posisi orang
lain. Setelah Anda mendengarkan dan mengerti, maka Injil kebenaran
Allah akan dapat Anda ungkapkan secara lebih tepat. Di samping itu
berjalanlah dengan wajar, jangan tergesa-gesa. Kadang-kadang itu
merupakan perjalanan yang panjang. Jarak dari Yerusalem ke Emaus
lebih dari 11 kilometer. Bahkan, Yesus pun perlu menempuh setiap
langkah dalam perjalanan yang panjang itu untuk meyakinkan kedua
orang itu yang sebelumnya sudah pernah mendengar Dia berbicara
berhadapan muka dengan mereka. Tujuannya adalah untuk menyampaikan
kebenaran Injil kepada teman-teman kita dengan lembut dan perlahan.
Mungkin ilustrasi berikut ini akan memperjelas apa yang dimaksudkan
dengan berjalan berdampingan. Bayangkan sebuah kereta kuda yang
berlari kencang tanpa kusir ke arah Anda. Apakah Anda akan berusaha
menghentikannya langsung dari depan? Jika Anda melakukan hal itu,
Anda mungkin akan mendapati diri Anda terbaring di rumah sakit atau
lebih buruk lagi daripada itu. Anda akan berhasil jika Anda berlari
berdampingan dengan kuda itu dan berusaha menangkap tali kendalinya
untuk memperlambat derap kuda itu. Lalu Anda dapat menghentikannya
atau membelokkannya ke arah yang benar.
B. DIPERLUKAN WAKTU
Proses menceritakan Kabar Baik kepada mereka yang belum pernah
mendengarnya memerlukan waktu yang tidak sedikit. Jarang sekali ada
orang yang langsung beriman setelah mendengar Injil untuk pertama
kali atau untuk kedua kalinya. Lebih jarang lagi ada orang yang
langsung beriman setelah mendengar Injil dari orang yang tidak
dikenal olehnya. Yesus sendiri menunjukkan bahwa diperlukan waktu
untuk berbincang-bincang dengan satu sama lain. Dia meninggalkan
surga selama 30 tahun lebih untuk melakukan hal itu. Kedatangan-Nya
kepada kita dan kesediaan-Nya meluangkan waktu bersama kita
merupakan hal yang penting bagi kita. Dengan demikian, kita dapat
lebih mengerti tentang Kerajaan Allah. Hal itu penting bagi
keselamatan kita. Orang-orang Kristen perlu mengikuti teladan Yesus;
mereka perlu pergi kepada orang-orang yang belum mendengar Injil.
Kalau tidak demikian, dengan cara bagaimana orang-orang itu akan
mendengar Injil (Roma 10,14-17)? Jarang sekali mereka datang kepada
kita. Kitalah yang harus pergi kepada mereka. Memang hal itu
merupakan proses yang panjang dan melelahkan. Waspadalah terhadap
cara-cara penginjilan yang cepat dan mudah.
Gaya Hidup yang Terbuka
Jadi, berapa banyak waktu yang diperlukan? Apakah cukup kalau kita
berkunjung sekali seminggu selama 1 atau 2 jam? Jika waktu kita
bersama orang-orang yang belum percaya itu dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya, dan jika kita menggunakan cara-cara yang kreatif,
bukankah itu cukup?
Tentu hal itu sangat baik. Program kunjungan yang dilakukan gereja
hampir selalu menghasilkan sesuatu yang baik bagi gereja. Jika
pelayanan kita kepada Allah di bidang lainnya dapat ditingkatkan
dengan adanya perencanaan dan daya cipta, demikian pula di bidang
penginjilan. Walaupun demikian, untuk menjangkau orang-orang yang
tersesat, kita harus menyediakan cukup banyak waktu, dan itu akan
menuntut seluruh waktu kita. Hal itu dimulai dengan kesediaan untuk
melakukan apa saja yang diperlukan untuk membawa orang yang tersesat
kepada Kristus. Inilah yang dimaksudkan Paulus ketika dia berkata,
"Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku
sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka"
(1 Korintus 9:22). Penyerahan diri secara menyeluruh seperti itu
sulit dilaksanakan kalau kita dibatasi oleh jadwal atau rencana.
Jadwal dan rencana memang sangat penting dan berguna, tetapi waktu
yang diperlukan untuk menjangkau orang yang tersesat adalah waktu
untuk saling berbagi kehidupan.
Sama seperti yang dilakukan Yesus, kita harus berjalan bersama
teman-teman kita, makan bersama mereka, bertemu mereka di tempat
kerja, bahkan bergadang sambil mengobrol bersama mereka. Kita harus
rela berbagi semua aspek kehidupan. Semua waktu kita harus
diserahkan ke bawah pengendalian Roh Kudus. Dengan demikian Allah
dapat memakai kita untuk menjangkau orang-orang yang tersesat. Itu
merupakan gaya hidup pelayanan yang mencakup segalanya.
Teman-teman saya menilai orang berdasarkan apakah dia mudah
bergaul/terbuka atau tidak. Mereka menilai orang yang terbuka
sebagai teman dan orang yang berharga. Orang-orang yang tidak
terbuka dianggap sombong dan tidak ramah. Bila kita memahami hal
itu, maka kita memunyai kesempatan untuk memberitakan Injil.
Teman-teman kita ingin agar kita bersikap terbuka dan ramah setiap
saat. Keramahan seperti ini merupakan alat yang dapat kita gunakan
untuk memberitahu mereka tentang kebenaran Allah. Banyak orang
Kristen hanya mengenal sedikit sekali orang yang non-Kristen. Jika
ada waktu luang, itu sering dipakai untuk kegiatan gereja. Gaya
hidup Kristen kita yang padat dengan kesibukan hanya menyisihkan
sedikit waktu bagi orang-orang yang tidak mengenal Kristus. Hubungan
kita dengan orang-orang yang tersesat begitu jauh dan tidak ramah.
Atau mungkin kita sama sekali tidak memunyai hubungan dengan mereka.
Apa yang akan dikatakan Yesus kepada kita tentang hal itu? Yesus
adalah orang yang terbuka, yang suka meluangkan waktu dengan
orang-orang yang perlu mendengar Kabar Baik. Jika Dia hidup pada
zaman sekarang, dan menghadapi apa yang kita hadapi, apakah sikap
dan perbuatan-Nya akan berbeda dari kita?
Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Sedapat Mungkin
Judul artikel: Aspek-Aspek Komunikasi Lintas Budaya
Penulis: P. Agusman
Penerbit: Tidak dicantumkan
Halaman: 8 -- 20
______________________________________________________________________
SUMBER MISI
OMF INTERNATIONAL
==> http://www.omf.org
OMF International (dulunya bernama China Inland Mission -- CIM dan
Overseas Missionary Fellowship -- OMF), adalah salah satu Lembaga
Misi Dunia yang didirikan oleh James Hudson Taylor pada taggal 25
Juni 1865. OMF melayani gereja dan membawa Injil kepada banyak
negara terutama di Asia Timur. OMF membantu orang Kristen di
Tiongkok dengan keterampilan profesional, dan membagikan kasih
Kristus di seluruh Asia Timur. Beberapa negara yang sudah dijangkau
oleh OMF selain Tiongkok adalah yaitu Brunei, Indonesia, Korea
Utara, Laos, Makau, Mongolia, Myanmar, Vietnam.
Dengan misi untuk memuliakan Allah dengan penginjilan kepada jutaan
orang di Asia Timur, secara garis besar ada dua hal yang dikerjkan
oleh OMF:
* 5 Tantangan: mengejar kekudusan, menjangkau mereka yang belum
terjangkau di kawasan Asia Timur, mendoakan 900 pekerja baru,
merawat dan melengkapi para pekerja yang Tuhan kirimkan, dan
terlibat dengan gereja lokal dalam cara yang baru.
* 5 Prioritas untuk "Menjangkau yang Tidak Terjangkau": inisiatif
yang segar dalam pelayanan untuk mereka yang belum percaya,
memperluas pelayanan kepada masyarakat umum, mengambil lebih
banyak kesempatan di Tiongkok, menjangkau penduduk Asia Timur yang
tersebar di Asia Timur, dan ranting gerakan misionaris pribumi.
(DIY)
______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA
A F G H A N I S T A N
Ada berita yang memilukan bahwa pemerintah Afghanistan mengusulkan
hukuman mati bagi orang beragama lain yang menjadi Kristen.
Tindakan ini adalah reaksi dari penyiaran video oleh jaringan
televisi Afghanistan, Noorin TV, yang menayangkan para pria Kristen
dibaptis dan berdoa. Wakil sekretaris dewan Afghanistan mengatakan,
"Mereka yang muncul dalam rekaman video itu harus dihukum mati."
Cuplikan video serta pernyataan yang berapi-api menentang iman
Kristen tersebut telah berulang kali disiarkan di berbagai stasiun
TV yang berbeda.
Menurut hukum Afghanistan, kristenisasi merupakan tindakan ilegal.
Seseorang yang menjadi Kristen bisa dijatuhi hukuman mati. Banyak
yang merasa takut dengan peristiwa ini. Mereka telah bersembunyi,
sedangkan yang lain pergi. Orang Kristen Afghanistan ingin dunia
tahu tentang situasi mereka bahwa di negara itu mereka hanya
memunyai sedikit hak; mereka tidak memunyai suara. Mereka ingin
suara mereka didengarkan. Mereka meminta kita mendoakan mereka.
(tUly)
Diterjemahkan dari:
Nama buletin: Body Life, Edisi Juli 2010, Volume 28, No. 7
Halaman: 3
Pokok doa:
* Berdoa agar Tuhan memampukan umat percaya di Afghanistan untuk
tetap bertahan di tengah situasi yang memojokkan mereka.
* Doakan agar Tuhan melindungi dan memberi kekuatan kepada umat
percaya baru untuk tetap setia mengikut Tuhan.
I R A N
LY, seorang penginjil Iran dari 222 Ministries mengatakan bahwa
kebangunan rohani dalam jumlah yang besar sedang terjadi di
negaranya. Gereja-gereja tumbuh begitu cepat, tetapi tetap ada
penganiayaan sehingga mereka mengalami kesulitan melindungi orang
yang baru bertobat. 222 Ministries menjangkau jutaan orang melalui
siaran televisi dan internet. Walaupun pemerintah Iran telah
menindak keras satelit televisi dan menghancurkan piringan-piringan
satelit di Tehran dan kota-kota lainnya, saat ini lebih dari 3.000
orang Iran datang kepada Kristus setiap bulannya melalui pelayanan
222 Ministries. Hampir 200.000 orang pengunjung mengunjungi situs
",222 Farsi" setiap bulannya. Banyak dari mereka yang mencari
pemuridan karena mereka baru saja menyerahkan hati mereka kepada
Kristus.
"Kebutuhan di sini sangat besar," ujar istri LY, M, yang melayani
penyiaran Injil khusus untuk wanita-wanita Iran. Dia berkata bahwa
kaum wanita lebih cepat menanggapi Kristus daripada pria karena
mereka biasanya tinggal di rumah. LY dan istrinya pergi dari Iran
pada tahun 1988 untuk melandaskan operasi mereka di Inggris.
Program-program bahasa Farsi mereka tidak hanya membawa orang Iran
beriman kepada Kristus, tetapi juga menguatkan gerakan rumah gereja
yang tersembunyi. "Satu pemimpin gereja mengatakan pada saya bahwa
mereka telah berhenti menyebarkan iman mereka karena setiap orang
Iran yang mendengar kesaksian mereka datang kepada Kristus," ujar
LY. "Pemimpin gereja itu berkata kepada saya: `Perjanjian Baru yang
kami miliki tidak cukup dalam menghadapi pertumbuhan ini.` Ada
kebutuhan dahsyat untuk pemuridan!"
Tantangan di Iran sangatlah besar. Negara tersebut memunyai tingkat
pecandu obat yang tinggi. Selain itu, paling tidak seperempat orang
putus asa. Iran memiliki penduduk sebanyak 71 juta manusia; Sekitar
60 persen dari penduduknya berumur di bawah 26 tahun. Banyak dari
yang berstatus sebagai murid-murid universitas sangat resah di bawah
pemerintahan diktaktor Ahmadinejad. Brutalitas polisi sering kali
diperlihatkan kepada kelompok Kristen yang berjumlah kurang dari 20
orang yang berkumpul untuk menyembah Tuhan. "Orang-orang percaya di
Iran tidak berdoa untuk penganiayaan," Ujar LY, "tetapi mereka tahu
bahwa doa membantu pertumbuhan gereja mereka." (tUly)
Diterjemahkan dari:
Nama buletin: Body Life, Edisi Juli 2010, Volume 28, No. 7
Halaman: 3 -- 4
Pokok doa:
* Bersyukur untuk pelayanan LY dan M yang telah membawa banyak orang
Iran percaya kepada Kristus. Doakan agar Tuhan memampukan mereka
lebih lagi untuk melayani masyarakat Iran.
* Doakan agar para wanita di Iran yang telah menerima Kristus
sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi dapat menjadi berkat bagi
keluarga mereka, sehingga anggota keluarga mereka juga mau
menerima Kabar Baik.
______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA
PENUTUPAN RUMAH IBADAH
Pada hari Senin (19 Juli 2010) terjadi bentrokan akibat adanya
upaya pembongkaran salah satu rumah ibadah di daerah Bogor yang
mengakibatkan beberapa petugas keamanan dan masyarakat terluka.
Seorang pejabat operasional di Bogor mengatakan bahwa pemerintah
dipaksa menutup bangunan karena tidak adanya izin sebagai tempat
beribadah.
Akibat dari penutupan itu, saat ini sekitar 200 jemaat tidak
memiliki tempat untuk beribadah. Tempat terdekat untuk beribadah
cukup jauh bagi para jemaat yang banyak bekerja di tempat
pembuangan sampah Bantar Gebang. (tUly)
Sumber: http://www.compassdirect.org/english/country/indonesia/23065/
POKOK DOA:
1. Doakan agar Tuhan memberi kesabaran kepada jemaat yang rumah
ibadanya ditutup. Biarlah mereka tetap tenang dan tidak membuat
masalah baru.
2. Doakan agar Tuhan memampukan pemerintah setempat untuk dapat
segera menyelesaikan masalah ini dengan adil dan bijaksana.
3. Berdoa agar Tuhan menjaga hati warga sekitar sehingga tidak
terprovokasi oleh pihak-pihak tertentu, untuk semakin mengeruhkan
persoalan ini.
4. Berdoa agar jemaat tidak menyimpan sakit hati dan dendam kepada
mereka yang membongkar secara paksa tempat ibadah mereka,
melainkan mengambil tindakan kasih untuk mengampuni.
______________________________________________________________________
Anda diizinkan menyalin/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak
untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan
yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Staf Redaksi: Novita Yuniarti dan Yulia Oeniyati
Kontributor: Dewi Irma Yanti, Wilfrid Johansen
Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org
Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi
Facebook MISI: http://fb.sabda.org/misi
______________________________________________________________________
Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) e-JEMMi/e-MISI 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org
SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |