Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2011/29 |
|
e-JEMMi edisi No. 29 Vol. 14/2011 (19-7-2011)
|
|
______________________________ e-JEMMi _____________________________ (Jurnal Elektronik Mingguan Misi) ______________________________________________________________________ SEKILAS ISI TOKOH MISI: DR. WILLIAM CAREY: TUKANG SEPATU YANG SELALU INGIN TAHU SUMBER MISI: AFRICAN CHRISTIAN MISSION Shalom, Pernahkah Anda merasa jengkel menghadapi orang yang selalu bertanya? Jangan mencela rasa ingin tahu mereka, karena sikap inilah yang sebenarnya menjadi awal langkah seseorang melakukan pekerjaan yang luar biasa. Demikianlah yang kita lihat dalam diri tokoh misi yang akan kita simak dalam edisi minggu ini -- William Carey. Karya hebatnya berawal dari sikap selalu ingin tahu, khususnya akan kebenaran firman Tuhan dan keberadaan bangsa-bangsa yang ada di dunia ini. Tuhan memberkati. Redaksi Tamu e-JEMMi, Mahardhika Dicky Kurniawan < http://misi.sabda.org/ > TOKOH MISI: DR. WILLIAM CAREY: TUKANG SEPATU YANG SELALU INGIN TAHU Bagi orang asing yang lewat, toko itu nampak seperti toko sepatu biasa yang terdapat di Inggris. Di depan toko itu tergantung sebuah papan dengan tulisan, "Jual Beli Sepatu Bekas". Orang-orang di desa Paulers Pury tahu bahwa pekerja muda di toko itu bukan seorang tukang sepatu biasa. Mereka memanggilnya "Columbus", sebab ia sering menceritakan tentang Columbus, penemu yang terkenal itu. Mereka menertawakan dia apabila ia mempelajari bahasa-bahasa asing pada malam hari. "Mengapa kamu perlu mempelajari demikian banyak bahasa, Columbus?" mereka mengejek. Pemuda itu menjawab dengan sabar, "Aku ingin memahami bangsa-bangsa lain." William Carey tergerak hatinya mendengar laporan-laporan para penjelajah yang telah mengikuti Columbus. Ia memunyai sebuah peta di dinding dan sementara informasi baru diperoleh, ia dengan teliti mengklasifikasikannya di peta itu. Ia membaca setiap buku yang diperolehnya. Buku-buku tentang khotbah lama pun dibacanya. Pada suatu hari, ia membaca sebuah buku tentang seorang pendeta terkenal, Jeremy Taylor. Ia menjadi gelisah dan membicarakannya dengan seorang pekerja -- temannya, yang dikenal sebagai seorang pengunjung gereja yang setia. "Apa artinya dilahirkan kembali?" Carey bertanya. "Saya dibaptiskan menjadi anggota gereja Inggris, tetapi saya belum pernah mendengar hal ini." Temannya, William Warr, menjawab dengan cepat. "Dibaptiskan saja tidak cukup. Sekarang datanglah ke `gereja pelarian`, gereja saya. Pendeta saya akan mengatakan kepada Anda bagaimana caranya untuk merasa yakin bahwa Anda sudah berdamai dengan Allah." "Tetapi `pelarian-pelarian` itu orang-orang yang menyimpang dari agamanya," bantah Carey. "Mereka mungkin disebut sebagai orang-orang yang menyimpang dari agama, Carey," William Warr membantah, "Tetapi mereka berkhotbah dari Alkitab. Itulah yang penting." Carey berbantah-bantah dengan temannya selama beberapa bulan, sebelum akhirnya ia menyerah dan menghadiri suatu kebaktian di "gereja pelarian" itu. Setelah pergi beberapa kali, ia harus mengakui bahwa pelarian-pelarian itu sungguh berkhotbah dari Alkitab. "Aku akan pergi ke gereja tiga kali pada hari Minggu dan menghentikan dusta dan sumpah serapahku," ia bertekad. Kemudian negeri Inggris tiba-tiba terlibat perang dengan Perancis dan Spanyol. Armada musuh bergerak memasuki selat Inggris mengancam akan menyerbu. Raja Inggris, George, menyatakan bahwa tanggal 10 Februari 1779 merupakan hari nasional untuk berdoa dan berpuasa. Pada hari itu Carey ikut bersama para "pelarian" itu dalam suatu kebaktian istimewa. Pendeta Thomas Chater memimpin kelompok doa itu. Ia berbicara tentang celaan yang akan mereka alami jika menjadi pengikut Kristus. Carey melaporkan, "Aku merasa hancur dan tak berdaya. Aku ingin mengikuti Kristus." Carey dilahirkan kembali. Ia sekarang adalah seorang pengikut Kristus yang sungguh-sungguh. Setelah pengalaman itu, Carey tak jemu-jemunya mempelajari Alkitab. Ia mulai mempelajari bahasa Yunani dan bahasa Ibrani. Setiap pagi ia membaca sebagian dari Alkitab dalam tiga bahasa -- Ibrani, Yunani, dan Latin. Setelah majikannya meninggal dunia, Carey membuka toko sepatu miliknya sendiri. Setelah menikah, ia membuka sebuah sekolah pada malam hari bagi anak-anak di desanya. Ia menggunakan bola dunia yang terbuat dari kulit kasar, untuk memperlihatkan kepada anak-anak tempat-tempat yang telah ditempuh para penjelajah, seperti Columbus. Sering kali setelah murid-muridnya pulang, ia duduk membaca Alkitab sampai larut malam sambil merenungkan berjuta-juta orang kafir di negeri-negeri lain. Ia menulis pada petanya segala sesuatu yang diketahuinya tentang agama tiap-tiap bangsa di dunia ini. Pada tanggal 10 Agustus 1786, tukang sepatu yang bersemangat itu ditahbiskan menjadi pendeta Baptis. Beberapa minggu setelah itu, ia menghadiri pertemuan pendeta-pendeta di Northampton. Salah seorang dari pendeta-pendeta yang tua mengusulkan agar seseorang menyebutkan suatu pokok pembicaraan untuk diskusi umum. Carey bangkit serta mengemukakan masalah mengenai: "Apakah Amanat Agung Kristus masih berlaku bagi kita sekarang ini untuk pergi dan mengajar segala bangsa atau tidak?" Pendeta-pendeta itu terdiam. Kemudian ketua pertemuan itu melihat kepada Carey dengan sinis dan berkata: "Duduklah, anak muda. Apabila Allah berkenan memenangkan orang-orang kafir, Ia akan melakukannya tanpa pertolonganmu ataupun pertolonganku." Tetapi kerinduan Carey tidak mudah dipadamkan begitu saja. Tanggal 30 Mei 1792, ia menyampaikan sebuah khotbah yang bersejarah pada Persekutuan Pendeta-Pendeta Baptis di Nottingham. Ia mengajukan dua buah pernyataan yang patut dikenang: "Mengharapkan perkara-perkara besar dari Allah. Mengusahakan perkara-perkara besar bagi Allah." Pagi berikutnya, ia mengusulkan untuk membentuk suatu perkumpulan pengabar Injil. Empat bulan kemudian, perkumpulan itu terbentuk dengan modal kurang dari seratus dolar. Tahun berikutnya, Carey dan keluarganya berlayar ke India sebagai utusan Injil dari perkumpulan yang baru itu. Di India, Carey yang gigih itu meniti kariernya sebagai seorang utusan Injil. Pelayanannya sering kali diganggu oleh tragedi. Pada suatu saat, istrinya dan seorang utusan Injil -- temannya -- mengalami gangguan jiwa dan harus dirawat di rumah sakit jiwa. Utusan-utusan Injil yang lain, banyak yang meninggal karena terserang penyakit yang biasa berjangkit di Asia. Setelah tujuh tahun lamanya melayani di India, barulah Carey membaptiskan seorang yang bertobat pertama kali. Selama kariernya sebagai utusan Injil, tukang sepatu -- yang mengharapkan perkara-perkara besar dari Allah dan mengusahakan perkara-perkara besar bagi Allah itu, telah menerjemahkan seluruh Alkitab ke dalam empat bahasa terkemuka di India, serta menyebabkan Alkitab dapat dibaca oleh banyak orang dalam bahasa mereka sendiri. Selain itu, Carey juga merupakan tokoh utama dalam pendirian 126 sekolah misi. Hal terpenting dari semuanya itu: Carey adalah seorang tokoh pencetus gerakan-gerakan utusan Injil di Inggris dan Amerika. Sangatlah tepat jika Carey disebut sebagai bapak pelopor gerakan utusan Injil modern. Pada saat akan meninggal, Carey berbisik, "Kalau saya sudah tiada, jangan katakan apa-apa tentang Dr. Carey; berbicaralah tentang Juru Selamat Dr. Carey." Dewasa ini, ada banyak orang Kristen "pengangguran" dalam pemberitaan Injil. Mereka merupakan anak-anak Allah yang menganggur dan hanya menjadi beban bagi Allah, Bapa mereka. Mari kita meniru teladan -- semangat dan kerendahan hati -- Dr. William Carey dalam memberitakan Injil. Diambil dari: Judul majalah: Sahabat Gembala, Januari/Februari 1995 (halaman 42 -- 45) Judul buku: Dalam Bagaimana Tokoh-Tokoh Kristen Bertemu dengan Kristus Penulis artikel: James C. Hefley Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung Halaman: 44 -- 46 SUMBER MISI: AFRICAN CHRISTIAN MISSION (ACM) Organisasi misi nonprofit yang sebelumnya bernama African Christian Mission ini, berdiri tahun 1947 di Ohio dengan dipelopori oleh gereja-gereja Kristen independen. Mulai tahun 1990, organisasi ini berganti nama menjadi Alliance of Christian Missions (ACM) International, yang merupakan gabungan dari 3 organisasi. Tujuan ACM adalah membangun dan meneguhkan gereja-gereja Kristus di tempat-tempat dan masyarakat yang belum terjangkau di dunia. Visi mereka ialah menjadi organisasi yang bertumbuh dan berkomitmen pada prioritas Allah untuk penginjilan dunia. ACM akan memenuhi misi mereka dengan saling membantu dan mendorong serta bekerja sama dengan seluruh umat Kristen di seluruh dunia, untuk menjangkau orang-orang yang belum mendengar Injil dan membangun gereja agar bertumbuh di antara mereka. Strategi yang mereka gunakan dalam pelayanan adalah: Accept Christ’s Call (Menerima panggilan Kristus), Cultivate Relationships (Membina Hubungan), dan Make Disciples (Membuat Murid). Selain perintisan gereja, mereka juga melakukan kunjungan ke penjara dan penampungan, memberi perlindungan kepada korban perkosaan, serta menyediakan rumah dan sekolah bagi anak-anak terlantar di Kenya. ACM juga mendukung para pelayan (pekerja) untuk berbagi tentang Kristus terutama kepada saudara sepupu. Dukungan doa Anda sangat diperlukan dalam perkembangan pelayanan misi ini. (DIY) ==> www.acminternational.com "WE SHOULD WORK HARDER TO BE WHAT WE SHOULD BE RATHER THAN TO HIDE WHAT WE ARE" Kontak: < jemmi(at)sabda.org > Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati (c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/misi > Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |