|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/misi/2010/28 |
|
e-JEMMi edisi No. 28 Vol. 13/2010 (13-7-2010)
|
|
______________________________ e-JEMMi _____________________________
(Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI
EDITORIAL
ARTIKEL MISI 1: Menderita karena Kristus
ARTIKEL MISI 2: Bagaimana Terlibat dalam Pekerjaan Misi
SUMBER MISI: Mission Africa
KESAKSIAN MISI: Laos: Umat Kristen
DOA BAGI MISI DUNIA: Pakistan, Tiongkok
DOA BAGI INDONESIA: Berdoa bagi Ibu S di Jawa Timur
______________________________________________________________________
THROUGH PRAYER, THE FINITE MAN CAN HELP THE POWER OF THE INFINITE GOD
______________________________________________________________________
EDITORIAL
Shalom,
Sering terjadi pria dan wanita yang mengikuti panggilan Allah harus
membayar harga yang teramat mahal. Mereka terkadang harus menderita
aniaya atau bahkan mati sebagai seorang martir. Ratusan ribu orang
Kristen di seluruh dunia telah menjadi martir bagi Injil setiap
tahunnya, dan penganiayaan yang paling sering terjadi di dunia
adalah di Asia. Terhadap kondisi seperti ini kita bertanya, "Apa
yang harus kita lakukan?" Pertanyaan itulah yang hendak dijawab
lewat suguhan artikel e-JEMMi kali ini.
Selain itu pembaca juga diajak untuk menyimak salah satu sisi
praktis pekerjaan misi yaitu bagaimana terlibat dalam pekerjaan
misi secara pribadi dan dalam keluarga. Selamat menikmati edisi kali
ini. Tuhan memberkati.
Redaksi tamu e-JEMMi,
Wilfrid Johansen
http://misi.sabda.org
http://fb.sabda.org/misi
______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI 1
MENDERITA KARENA KRISTUS
Pendeta Ramos, seorang warga negara Filipina, telah selesai
menyampaikan khotbahnya yang terakhir. Dia memandang wajah istrinya
untuk terakhir kalinya. Anak-anaknya yang masih kecil memandang
ayahnya untuk terakhir kalinya. Satu lagi suara bagi Allah telah
diam selamanya. Saat malam melarut di pegunungan Mindanao yang
terpencil, sekelompok gerilyawan komunis menyerbu masuk ke tempat
tinggal pendeta yang sederhana ini sambil mengacungkan sebuah
senjata otomatis. Istrinya belum tidur dan keempat anak mereka
sedang tertidur nyenyak. Sebuah suara yang bengis berkata kepada
pendeta ini, "Kamu sudah kami peringatkan bahwa kamu akan mati bila
kamu terus berkhotbah. Ini peringatan terakhir untukmu." Sebuah
tembakan meletus dan pendeta Ramos mati terkulai.
Adakah sesuatu yang baru, yang terasa asing, dalam peristiwa ini?
Tidak ada yang baru. Sudah sering terjadi pria dan wanita yang
mengikuti panggilan Allah harus membayar harga yang teramat mahal.
Hal ini telah berulang kali terjadi sejak zaman para nabi. Saudara
tentu ingat ketika Yesus berkata, "Bersukacita dan bergembiralah,
karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya
nabi-nabi yang sebelum kamu." (Matius 5:12) Kebanyakan dari
kedua belas rasul Kristus mati sebagai martir. Rasul Paulus menulis
kepada Timotius muda, "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah
di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya." (2 Timotius 3:12)
Rasul Paulus tentunya tahu apa yang sedang dibicarakannya, sebab dia
merupakan saksi mata yang terkesan pada peristiwa ketika Stefanus
dilempari batu sampai mati. Juga karena Paulus sendiri telah banyak
menderita karena Kristus. Tidak diragukan lagi, Paulus dan semua
yang telah teraniaya sejak itu dikuatkan oleh khotbah Yesus di
Bukit, "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran,
karena merekalah yang empunya kerajaan sorga." Mungkin tidak adanya
aniaya dalam hidup kita patut menjadi peringatan atas setiap
kegagalan dalam memegang teguh prinsip dari Tuan kita. Yesus
berkata, "Celakalah kamu jika semua orang memuji kamu." (Lukas 6:26)
Mungkin kita sudah terlalu berhasil dalam menyenangkan dunia. Kita
tidak lagi menjadi sesuatu yang membangkitkan kemarahan dunia yang
masih akan menyalibkan Yesus jika memungkinkan. Apakah kita telah
mengizinkan dunia untuk menyeret kita ke bawah pengaruh mereka dan
supaya tidak dianiaya? Bukankah anggapan ini masih berlaku dalam
semua kalangan masyarakat bahwa, "Barangsiapa yang ingin mengikut
Yesus Kristus akan menderita aniaya?"
Penganiayaan paling sering terjadi di dunia Asia [data tahun
1992/1993, Red.]. Lalu apa yang disebut baru? Saya telah berbicara
dengan pendeta-pendeta di Asia yang setiap hari hidup di bawah
ancaman maupun penganiayaan yang nyata. Pendeta di Pakistan
mengatakan ancaman dari tetangga mereka yang non-Kristen hampir
terus-menerus. Besarnya ancaman itu sama, kadangkala lebih halus,
juga di negara seperti Burma dan Thailand. Di Himalaya, para pendeta
sering mempertaruhkan keselamatan diri bahkan nyawa mereka demi
membawa berita pengharapan. Tekanan di Tiongkok yang menentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan nama Yesus terjadi
terus-menerus dan tidak berkurang. Orang Kristen di Jepang
menghadapi tekanan dahsyat dari para pemuja berhala. Jikalau mereka
kaya, sebagai orang Jepang mereka diharuskan menganut kepercayaan
Shinto. Di negara-negara ini, menjadi orang Kristen berarti
menempatkan diri sebagai lawan masyarakat.
Kita hidup pada masa ketika Allah sedang mencurahkan Roh-Nya di
seluruh dunia. Hasilnya adalah jumlah yang tidak terhitung dari
orang-orang yang memilih untuk mempertaruhkan nasib mereka untuk
mengikut Kristus. Bagian kependudukan memperkirakan bahwa lebih dari
100.000 orang setiap hari yang datang pada Kristus di seluruh dunia.
Ini termasuk di negara-negara yang mayoritas non-Kristen. Laju
pertumbuhan kekristenan yang cepat tentu saja tidak akan diabaikan
begitu saja oleh kekuatan roh jahat maupun pemerintah negara. Gereja
sedang menghadapi suatu gelombang tantangan yang besar dan tentu
juga penganiayaan yang kejam. Pemerintah sedang mengambil
langkah-langkah untuk membatasi jumlah orang Kristen. Alarm
peringatan telah berbunyi khususnya di negara-negara Asia. Mereka
dan yang lainnya sedang mencoba untuk membatasi jumlah orang
Kristen, baik dengan peraturan maupun dengan membatasi ruang gerak
para penginjil dan mengurangi pembangunan tempat-tempat ibadah.
Kami diberitahu oleh David Barrett bahwa lebih dari 325.000 orang
Kristen di seluruh dunia telah menjadi martir bagi Injil setiap
tahunnya [data tahun 1992/1993, Red.]. Ini termasuk para pendeta dan
pekerja Kristen. Peristiwa ini tidak bisa dilupakan begitu saja.
Sebelumnya, kami belum pernah mengetahui begitu banyak orang Kristen
yang kehilangan nyawanya bagi Injil. Apa pun alasannya, di balik
peningkatan penganiayaan ini, kita tahu bahwa kekuatan nerakalah
yang menjadi lawan utama dari pekerjaan Allah. Semakin Allah
bekerja, semakin besar tantangannya. Inilah sebabnya Yesus berkata,
"Orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat." (Matius
10:22). Tantangan dan penganiayaan hanya akan meningkat bila
konfrontasi terakhir semakin mendekat. Dalam perkembangan situasi
seperti ini, pertanyaannya adalah "Apa yang harus kita lakukan?"
Ada tiga hal yang dapat dilakukan oleh setiap orang Kristen.
1. Kenali bahwa musuh kita yang sesungguhnya adalah kekuatan roh
jahat yang menguasai dunia ini. Sebagaimana rasul Paulus menulis,
"Perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging tetapi melawan
pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan
penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di
udara." (Efesus 6:12) Yang penting bagi kita sebagai orang
Kristen adalah makin meningkatkan keterlibatan kita dalam
peperangan rohani. Ini merupakan pertempuran rohani setiap hari.
2. Kita perlu mendukung mereka di negara-negara Asia yang mengalami
aniaya. Mereka perlu dan patut mendapat dukungan doa dan dorongan
kita. Buatlah satu kelompok doa dan berdoalah setiap hari bagi
mereka. Mereka perlu dukungan doa kita.
3. Ingatlah pada keluarga mereka yang sering kali dituntut untuk
berkurban dan menderita karena Kristus. Keluarga adalah sasaran
utama musuh karena itu jangan melupakan keluarga mereka.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul majalah: Bangkit, Edisi 1992 -- 1993
Penulis: Dr. Paul Kaufman (Asian Report -- Desember 1991)
Penerbit: Yayasan Pelayanan Bersama Indonesia, Jakarta
Halaman: 12 -- 14
______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI 2
BAGAIMANA TERLIBAT DALAM PEKERJAAN MISI
Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan
banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari
padanya akan lebih banyak lagi dituntut (Lukas 12:48)
Ada 3D yang biasa dipakai dalam pekerjaan misi: Doa, Dana, dan Daya.
Menurut hemat saya, 4D lebih tepat dengan D yang pertama untuk Data.
Yesus menyampaikan data ketika Dia berkata:
"Tuaian memang banyak, tapi pekerja sedikit" (Lukas 10:2).
Tanpa data, apa yang akan kita doakan? Tanpa data, apa yang akan
kita kerjakan dengan sumber daya yang ada? Tanpa data, akan
disalurkan ke mana dana yang ada? Berikut ini adalah tiga hal yang
perlu kita perhatikan.
1. Setiap individu, keluarga, dan gereja yang ingin mengerti dan
memupuk visi dan misi penginjilan perlu memiliki (paling tidak)
peta dunia, peta Indonesia, peta suku-suku yang terabaikan, atau
tempat-tempat tertentu yang mengingatkan kita untuk mendoakannya.
2. Setiap dari kita perlu menjalin hubungan dengan satu atau lebih
lembaga misi dan utusan misinya agar mendapatkan pokok-pokok doa
yang terbaru.
3. Pribadi atau gereja perlu proaktif mencari informasi, mengikuti
konsultasi-konsultasi, dan seminar-seminar misi yang diadakan
agar mengerti langkah-langkah konkret lebih lanjut dalam
merealisasikan pekerjaan misi di gereja. Sebagai contoh, memiliki
komisi misi yang hidup di gereja, mengadopsi suku terabaikan
dalam kelompok-kelompok doa, atau mendukung pekerjaan misi.
Pribadi dan Keluarga yang Bermisi
Mulailah dengan mendoakan pekerjaan misi secara pribadi dan dalam
keluarga. Belajarlah memberi untuk misi. Bila persepuluhan dan
persembahan sudah diperuntukkan bagi gereja secara khusus, masih
banyak cara lain untuk memberi bagi pekerjaan misi. Beberapa di
antaranya adalah:
1. Celengan Misi
Anak-anak kami memunyai celengan misi. Begitu pula dengan istri
saya. Celengan misi ini tampaknya kecil dan sedikit. Namun,
sedikit demi sedikit akan menjadi banyak juga. Prinsip yang saya
ingat adalah ketika Rut mengumpulkan bulir-bulir gandum di ladang
Boas, sedikit demi sedikit terkumpul cukup banyak juga.
Anak-anak kami diajar untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan.
Mereka belajar bahwa uang kolekte tidak seharusnya lebih sedikit
dari uang jajan mereka. Mereka diajar untuk beriman tetapi juga
memberi bagi Tuhan. Melalui celengan ini, setelah jangka waktu
tertentu ternyata cukup banyak yang terkumpul untuk
dipersembahkan ke gereja atau lembaga misi lain.
2. Janji Iman
Janji iman dapat dibuat di luar perhitungan gaji yang sudah ada.
Ada yang memenuhi janji imannya dengan bekerja lembur atau usaha
lain agar hasilnya dapat diberikan untuk pekerjaan misi. Pada
waktu di Afrika, saya berbicara dengan sekelompok pendeta-pendeta
muda yang berkata bahwa mereka miskin dan tidak bisa mendukung
utusan Injil. Waktu itu saya mengatakan kepada mereka bahwa ada
banyak cara untuk mendukung pekerjaan misi secara finansial
asalkan kita ada visi dan beban. Saya mengajak mereka berhitung:
Berapa uang makan sehari setiap orang? (Kira-kira Rp 10.000,00)
Berapa anggota jemaat yang aktif? (Kira-kira 100 orang)
Saya katakan bahwa jika setiap orang sehari dalam sebulan
berpuasa dan berdoa untuk misi dan uang makan sehari itu
dipersembahkan untuk pekerjaan misi maka akan terkumpul
Rp 1.000.000,00/bulan hanya dari uang makan yang disisihkan untuk
puasa 1 hari.
Saya juga mengajak berhitung seorang anak Tuhan di Indonesia yang
berkata bahwa kita orang Kristen di Indonesia miskin sehingga
tidak mampu untuk mendukung utusan Injil. Saya mengajak untuk
menghitung berapa orang Kristen yang merokok di Indonesia ini.
Jika angka kasar perokok Kristen adalah 2 juta orang yang
masing-masing menghabiskan Rp 5.000,00 perhari untuk rokok,
orang-orang Kristen di Indonesia setiap hari membakar uang
sebanyak 10 milyar rupiah, setiap bulan 300 milyar rupiah dibakar
dengan sia-sia. Angka itu akan lebih besar jika perokok Kristen
lebih dari 2 juta orang. Jawaban dari para perokok yang saya
temui mengatakan bahwa semakin mereka stres dalam masa krisis,
semakin banyak rokok dihabiskan. Perhitungan ini belum termasuk
berapa banyak uang yang kita belanjakan untuk sesuatu yang
sebetulnya tidak kita perlukan. Di samping itu, sering kita tidak
berdoa agar kita bisa membelanjakan uang dengan bijaksana, tetapi
kita hanya berdoa jika kita membutuhkan uang.
Kita dapat memobilisasi keluarga kita untuk berdoa dan memberi
bagi pekerjaan misi jika kita sendiri memulai untuk melakukannya.
Tindakan kita berbicara jauh lebih kuat daripada perkataan kita.
Gereja dan Mobilisasi Misi
Gereja sangat berperan vital dalam menciptakan atmosfer misi. Jika
misi tidak pernah dikhotbahkan di dalam gereja, tentu saja visi
bermisi tidak akan pernah muncul di antara jemaat. Jika khotbah misi
sering didengungkan di gereja maka pengetahuan dan visi jemaat akan
dibukakan untuk mengerti pentingnya misi dan memenuhi mereka pada
langkah-langkah keterlibatan konkret berikutnya, seperti adanya
persekutuan doa untuk misi, departemen misi (juga disebut Komisi
Misi) yang sehat, atau AD/ART untuk misi. Hal yang sederhana ini
akan menjadi idealisme yang sukar dijalankan bila pengertian misi
yang alkitabiah belum menyentuh dasar kehidupan gereja. Beberapa
usulan kecil ini mungkin dapat dijalankan dalam banyak gereja.
1. Sebulan atau 2 bulan sekali diadakan Minggu Misi, kebaktian
misi yang semua acara dan khotbah terfokus pada misi. Jemaat
dapat mengundang misionaris, pimpinan badan misi atau pendeta
dari gereja yang misioner untuk menyampaikan firman Tuhan atau
bersaksi. Adakan persembahan khusus untuk misi pada kebaktian itu
yang ditujukan kepada tempat atau misionaris atau lembaga misi
yang didoakan atau didukung.
2. Minimal setahun sekali mengadakan pekan Misi dan Penginjilan,
dengan mengundang pembicara-pembicara misi yang sudah melakukan
langsung pelayanan misi selama ini.
3. Jika telah memiliki gedung gereja sendiri atau menyewa di tempat
yang permanen, ada baiknya menempelkan peta dunia, peta misi,
serta surat-surat doa misi yang aman untuk bisa dilihat anggota
jemaat. Hal tersebut dapat mengingatkan serta mendorong mereka
untuk memikirkan dan melakukan pekerjaan misi.
4. Memasukkan pokok-pokok doa misi dalam warta jemaat dan
mendoakannya dalam doa syafaat.
5. Mengutus pimpinan gereja atau majelis untuk mengikuti seminar
atau konsultasi misi yang diadakan oleh lembaga-lembaga misi.
6. Dalam program misi, berikanlah kepercayaan dalam kebebasan
terkontrol untuk komisi misi dalam menjalankan programnya.
7. Mengadakan perjalanan misi atau perjalanan singkat ke
daerah-daerah dalam jangka waktu pendek untuk menangkap visi misi
di lapangan.
8. Bila memiliki perpustakaan gereja, isilah dengan buku-buku misi
dan biografi dari para tokoh misi, seperti William Carey, Hudson
Taylor, Sadhu Sundar Singh, David Livingstone, dan lain-lain yang
dapat memberikan inspirasi kepada jemaat.
9. Memiliki hubungan yang baik dengan satu lembaga misi atau
misionaris.
10. Yang paling penting di atas segalanya adalah keterbukaan kepada
firman Tuhan dan Allah "Missio Dei".
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Hati Misi
Penulis: Bagus Surjantoro
Penerbit: Yayasan Andi, Yogyakarta 2006
Halaman: 115 -- 120
______________________________________________________________________
SUMBER MISI
MISSION AFRICA
==> http://www.missionafrica.org.uk
Mission Africa didirikan oleh Samuel Bill. Organisasi ini telah
beberapa kali berganti nama, namun misi mereka tetap sama yaitu
membagikan cinta kasih Yesus kepada orang-orang Afrika dengan cara
menggapai yang tidak tergapai, mencintai yang tidak dicintai, dan
memuridkan orang-orang yang baru percaya. Organisasi ini memfokuskan
pelayanan mereka pada pendidikan teologi, perintisan gereja, rumah
sakit, pelayanan HIV/AIDS, dan pelayanan anak jalanan. (STL)
______________________________________________________________________
KESAKSIAN MISI
LAOS: UMAT KRISTEN
Meterai merah yang begitu mengancam di bagian bawah halaman sebuah
dokumen menandakan simbol kantor komunis wilayah untuk area itu di
Laos. Bagi umat Kristen, kalimat-kalimatnya lebih mengancam lagi.
"Jika siapa pun, suku apa pun, keluarga apa pun tertipu untuk
memercayai agama lain, seperti kekristenan atau lainnya, mereka
harus kembali ke agama yang mereka percayai sebelumnya," demikian
dinyatakan dokumen itu. "Adalah hal yang dilarang untuk
mempropagandakan agama. Sebaliknya, umat percaya itu harus pindah
dan tinggal di wilayah baru. Jika ada desa atau keluarga yang
percaya pada agama lain, anggota komite partai harus mengumpulkan
datanya, dan membuat daftar kelompok orang itu dan mengirimnya ke
Kantor Urusan Pembangunan. Kami perlu mengetahui berapa banyak yang
percaya kepada Yesus dan merupakan umat Kristen di wilayah ini."
Dokumen yang tertanggal 18 Juli 1996 itu ditandatangani oleh Komite
Tetap Urusan Pembangunan.
Baru-baru ini umat Kristen Laos telah dipaksa, sering kali dengan
todongan senjata, untuk menandatangani dokumen menyangkal pertobatan
mereka. Bagi pemerintahan yang ateis, sepertinya agama apa pun lebih
bisa diterima daripada penyembahan kepada Yesus Kristus. Walaupun
ada usaha-usaha pemerintah seperti itu, gereja di Laos bertumbuh
seiring dengan keberanian umat Kristen membagikan iman mereka.
Saat otoritas manusia bertentangan dengan perintah-perintah Tuhan,
sebuah garis ditarik; sebuah pilihan harus diambil. Apakah kita akan
tunduk ke otoritas manusia atau menggabungkan diri kita dengan
perintah-perintah Tuhan dan menerima konsekuensi-konsekuensinya.
Saat damai merupakan tujuan, kita tidak dapat menata ulang
prioritas-prioritas kita di sekeliling tuntutan-tuntutan manusia.
Sebagai contoh, pemerintah Amerika Serikat telah menyatakan doa
sebagai aktivitas ilegal di lingkungan sekolah. Namun, mereka tidak
dapat benar-benar menjauhkan doa dari para pelajar dan fakultas yang
berkeinginan menjalankan persekutuan dengan Tuhan mereka.
Orang lain boleh memberlakukan hambatan yang sama bahkan lebih
buruk. Namun, Tuhan mengatasi otoritas mereka ketika Ia sendiri
menjadi Raja atas hati manusia. Kita dapat dengan yakin memilih
untuk menaati Tuhan daripada otoritas manusia sebagai tindakan dari
kehendak kita.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Devosi Total
Judul buku asli: Extreme Devotion
Penulis: The Voice of the Martyrs
Penerjemah: Fintawati Raharjo dan Irwan Haryanto
Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan (KDP), Surabaya 2005
Halaman: 22
______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA
P A K I S T A N
Orang-orang Kristen Pakistan, SB, dan ayahnya, GM, dibebaskan dari
penjara setelah pengadilan menemukan bahwa mereka tidak terbukti
melakukan penghujatan terhadap kitab agama lain. Ayah dan anak
tersebut telah lama dalam penahanan polisi sejak Oktober 2008,
ketika sekelompok radikal berkumpul di luar rumah mereka akibat
rumor bahwa SB telah merobek kitab agama lain. Keluarga SB
berpikir SB dijadikan sasaran karena keaktifannya bersaksi di
lingkungannya.
Setelah 43 sidang terpisah, SB dan GM akhirnya dibebaskan pada
tanggal 14 Desember 2009. The Voice of the Martyrs (VOM) menolong
mereka untuk bersatu bersama keluarga mereka dan memindahkan mereka
demi keselamatan mereka. VOM juga mendukung keluarga SB selama 14
bulan ketika ia dan ayahnya berada di penjara.
SB adalah satu dari beberapa wanita di sejarah Pakistan yang didakwa
karena penghujatan. Kami bersukacita karena tuduhan palsu terhadap
SB dibatalkan. Selama 14 bulan masa tahanannya lebih dari 7.440
surat diterima SB dari orang-orang Kristen seluruh dunia untuk
menguatkan imannya. "Aku bersyukur kepada kalian yang sudah menolong
keluargaku dan yang sudah mengirim surat kepadaku selama aku di
penjara," kata SB setelah pembebasannya. Ia berkata surat-surat
tersebut adalah sumber kekuatan dan semangat, dan yang
mengingatkannya bahwa ia tidak sendirian atau dilupakan.
Sumber: Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Mei -- Juni 2010
Pokok doa:
* Bersyukur untuk terbebasnya SB dari tuduhan palsu. Mari berdoa
bagi umat percaya lainnya di Pakistan yang mendapat persoalan
serupa, agar mereka tetap percaya dan berpengharapan di dalam
Tuhan.
* Doakan juga agar setiap umat percaya di mana pun berada, tetap
berdoa bagi saudara-saudara kita di Pakistan, karena doa yang kita
panjatkan untuk mereka dengan tulus akan menjadi kekuatan bagi
mereka.
T I O N G K O K
Pada bulan September 2007, Biro Keamanan Tiongkok bagian Selatan
Xinjiang menahan WY dan AY di tempat yang berbeda. Akhirnya, dalam
pengadilan, kedua orang ini dituduh membocorkan rahasia negara. WY
dan AY dahulu memeluk agama lain dari suku Uighur . Mereka menjadi
sasaran penganiayaan keyakinan dan etnis karena pelayanan mereka di
gereja-gereja rumah.
WY dikirim ke penjara khusus penjahat karena "membocorkan rahasia
negara". Pihak yang berwenang menuntut 10 sampai 15 tahun penjara,
tetapi hukuman WY dikurangi menjadi "kerja paksa melalui pendidikan
ulang" selama 2 tahun karena tekanan internasional.
Pada tanggal 18 November 2009, WY dibebaskan dari kamp kerja paksa.
Ia dengan sukacita berkumpul kembali dengan istrinya dan kedua
anaknya. "Ia meminta kami untuk meneruskan rasa terima kasihnya
kepada mereka yang telah memberi perhatian dan pertolongan kepada
keluarganya selama 2 tahun masa penuh kesulitan yang ia dan
keluarganya telah lewati," seperti yang dilaporkan oleh ChinaAid.
Walaupun WY telah dibebaskan, AY masih mendekam di penjara. Ia
dijatuhi hukuman 15 tahun penjara pada tanggal 7 November 2009. Ini
adalah hukuman terberat kepada seorang Kristen di Tiongkok dalam 10
tahun terakhir ini. AY tidak pernah bertemu keluarganya lebih dari 2
tahun. Mari kita terus mendukung AY dan orang Kristen lainnya yang
masih di penjara karena iman mereka.
Sumber: Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Mei - Juni 2010
Pokok doa:
* Berdoa agar Tuhan memberi kekuatan kepada AY yang harus mendekam
dalam penjara. Berdoa juga agar keluarga AY tetap kuat di dalam
Tuhan dan dapat terus menjadi saksi Kristus.
* Berdoa agar Tuhan terus menyertai AY dan juga orang-orang Kristen
lain di Tiongkok yang menghadapi penganiayaan serupa, sehingga
mereka boleh mendapat keadilan.
______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA
BERDOA BAGI S DI JAWA TIMUR
YS melayani seorang ibu bernama S (52 tahun) yang telah menerima
Injil dan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya. Ibu ini berani
membayar harga dalam mengikut Kristus. Dia rela dikucilkan oleh
keluarga dan lingkungan masyarakatnya. Ibu ini tidak lagi
mendapatkan jatah beras 5 kg dari pemerintah karena namanya dicoret
dari daftar. Ibu S tetap teguh imannya kepada Tuhan dan tetap setia
dalam ibadah.
Sumber: Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Mei - Juni 2010
POKOK DOA
1. Bersyukur untuk keteguhan iman dan kesetiaan Ibu S dalam
mengikut Tuhan, meskipun ia harus dikucilkan oleh keluarga maupun
lingkungannya.
2. Doakan agar Ibu S tetap kuat menghadapi orang-orang yang
mencoba untuk menggoyahkan imannya dengan berbagai cara.
3. Doakan juga agar Ibu S semakin bertumbuh di dalam pengenalan akan
Tuhan, dan menjadi berkat untuk sekitarnya.
4. Berdoa agar Tuhan menggerakkan umat percaya untuk membantu dan
menolong mencukupkan kebutuhan hidup yang diperlukan oleh Ibu S.
5. Doakan agar Tuhan menjamah keluarga Ibu S, sehingga bisa menerima
keputusan yang telah diambil oleh Ibu S. Doakan juga agar
keluarganya mau membuka hati untuk mengetahui siapa itu Yesus.
6. Doakan agar Tuhan memberi kesehatan dan kekuatan kepada YS untuk
terus melayani mereka yang terhilang. Doakan juga agar Tuhan
melindungi keluarga YS, dan mencukupkan setiap keperluan yang
dibutuhkan.
7. Doakan agar Tuhan memberikan komunitas kepada Ibu S, sehingga
melalui komunitas ini mereka bisa saling mendoakan dan
menguatkan.
8. Doakan juga agar Tuhan mengirimkan lebih banyak orang-orang
seperti YS, yang mau melayani mereka yang terhilang.
______________________________________________________________________
Anda diizinkan menyalin/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak
untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan
yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Staf Redaksi: Novita Yuniarti dan Yulia Oeniyati
Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org
Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi
Facebook MISI: http://fb.sabda.org/misi
Twitter MISI: http://twitter.com/sabdamisi
______________________________________________________________________
Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright (c) 2010 e-JEMMi/e-MISI / YLSA -- http://www.ylsa.org
SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |