Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2007/21

e-JEMMi edisi No. 21 Vol. 10/2007 (22-5-2007)

Tokoh Pelayan Masyarakat

                                                Mei 2007, Vol.10 No.21
______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI

EDITORIAL
TOKOH MISI (1)     : Florence Nightingale (1820 -- 1910)
TOKOH MISI (2)     : Terpanggil bagi Kaum Miskin: Kisah Singkat
                     Pelayanan Bunda Teresa
SUMBER MISI        : Pelayanan Medis Nasional (PMdN), Mission Network
                     News Blog
DOA BAGI MISI DUNIA: Amerika Serikat
DOA BAGI INDONESIA : Kegerakan Indonesia Berdoa 2007

______________________________________________________________________

         TO BE RICH IN GOD IS BETTER THAN TO BE RICH IN GOODS
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shallom,

  Allah menghendaki agar setiap kita melakukan pelayanan, baik di
  keluarga, gereja, maupun di masyarakat. Melayani berarti berkorban
  waktu, tenaga, dan pikiran untuk melakukan sesuatu yang baik dan
  benar bagi sesama atau untuk kepentingan orang lain. Dalam melayani,
  kita melakukannya dengan kesungguhan hati kepada Allah dan dengan
  sukacita, bukan karena terpaksa, sekadar untuk mengisi waktu luang,
  supaya dihargai, apalagi mengharapkan imbalan. Alangkah indahnya
  jika kita semua dapat mempunyai sikap yang rela melayani dan tidak
  mengutamakan kepentingan diri kita sendiri, di mana pun kita
  ditempatkan Tuhan.

  Edisi e-JEMMI kali ini mencoba untuk memaparkan kehidupan
  orang-orang yang mendedikasikan diri mereka dan meninggalkan segala
  kelimpahan yang mereka miliki, untuk melayani sesama -- sama seperti
  yang diteladankan Yesus. Semoga kehidupan dan perjuangan mereka
  dalam melayani dapat mendorong kita untuk melayani dengan
  sungguh-sungguh dan memantapkan kehidupan pelayanan kita. Tak lupa,
  kami mengajak Anda untuk terus berdoa melalui kolom Doa bagi Misi
  Dunia dan Doa bagi Indonesia. Selamat menyimak, selamat berdoa,
  selamat menjadi berkat!

  Redaksi tamu e-JEMMI,
  Dian Pradana

______________________________________________________________________
TOKOH MISI (1)

                  FLORENCE NIGHTINGALE (1820 -- 1910)
                  ===================================

  Dua bayi perempuan dilahirkan di tengah keluarga William (W.E.N) dan
  Fanny Nightingale dalam suatu perjalanan panjang keliling Eropa.
  Parthenope, anak pertama, lahir di Napoli, Yunani. Putri kedua
  diberi nama sesuai dengan nama sebuah kota di Italia, tempat dia
  dilahirkan pada tanggal 12 Mei 1820: Florence.

  Florence Nightingale dibesarkan dalam sebuah keluarga kaya yang
  tinggal di luar kota London, dikelilingi pesta-pesta yang terus
  berlangsung, sebuah rumah musim panas bernama Lea Hurst, dan tamasya
  ke Eropa. Tetapi, pada tahun 1837, pada usia tujuh belas tahun, dia
  menulis di buku hariannya, "Pada tanggal 7 Februari, Tuhan berbicara
  kepada saya dan memanggil saya untuk melayani-Nya." Tetapi pelayanan
  apa?

  Dia menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat
  bersukacita -- bukan karena status sosial keluarga kaya -- tapi,
  saat dia merawat keluarga-keluarga miskin yang hidup di gubuk-gubuk
  sekitar Embley, rumah keluarganya.

  Pada saat Florence berusia 24 tahun, dia merasa yakin bahwa
  panggilannya adalah merawat orang sakit. Tetapi pada tahun 1840-an,
  para gadis Inggris terhormat tidak akan diperbolehkan menjadi
  perawat. Pada masa itu, perawat tidak melebihi fungsinya sebagai
  pembantu yang melakukan semua pekerjaan di setiap rumah sakit umum
  (para orang kaya dirawat di rumah sendiri) dan dianggap sebagai
  peminum atau pelacur.

  Tetapi, Florence yang belum menikah dan masih tinggal bersama orang
  tuanya, merasa hampir gila karena merasa tidak produktif dan
  frustrasi. Dia bertanya kepada seorang dokter tamu dari Amerika, Dr.
  Samuel Howe, "Apakah pantas bagi seorang gadis Inggris mencurahkan
  hidupnya untuk menjadi seorang perawat?" Dia menjawab, "Di Inggris,
  semua yang tidak biasa, dianggap tidak layak. Tetapi, bukanlah
  sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau tidak wajar, bagi seorang
  wanita terhormat, bila melakukan suatu pekerjaan yang membawa
  kebaikan bagi orang lain."

  Florence sering bertanya-tanya, mengapa gereja Protestan tidak
  seperti Catholic Sisters of Charity -- suatu jalan bagi para wanita
  untuk mencurahkan hidupnya dengan melayani orang lain. Dr. Howe
  menceritakan kepadanya tentang Kaiserworth di Jerman, yang didirikan
  oleh Pendeta Theodor Fliedner. Tempat itu mempunyai rumah sakit yang
  dilengkapi ratusan tempat tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah
  penjara berpenghuni dua belas orang, sebuah rumah sakit jiwa untuk
  para yatim, sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah pelatihan
  untuk para perawat yang disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan
  selalu diikuti dengan doa.

  Bahkan, sebelum dia memutuskan untuk pergi, dengan semangat tinggi,
  Florence menanggapi bahwa Kaiserworth adalah tujuannya.

  Tahun 1846, Florence melakukan perjalanan ke Roma bersama
  teman-temannya, Charles dan Selina Bracebridge. Dalam perjalanan
  itu, dia bertemu dengan Sidney Herbert dan istrinya, Liz. Mereka
  adalah orang Kristen yang taat. Kemudian, Sidney Herbert menjabat
  sebagai menteri perang, sekaligus seorang teman dan
  pendorong -- semangat bagi Florence Nightingale.

  Bulan Juli 1850, saat usainya tiga puluh tahun, Florence pergi ke
  Kaiserworth, Jerman selama dua minggu. Setahun kemudian, dia
  pulang ke rumah dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang dengan
  sikap baru. Sekarang, dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri
  dari kehidupannya yang terkekang.

  Tiga tahun kemudian, dia melaksanakan pekerjaan keperawatannya yang
  pertama sebagai pengawas di Institute for the Care for Sick Gentle
  Woman in Distressed Circumstances. Dia memasukkan berbagai pemikiran
  baru ke dalam institusi itu dan menerapkan beberapa ide yang
  revolusioner, seperti pipa air panas ke setiap lantai, elevator
  untuk mengangkut makanan pasien, dan para pasien dapat langsung
  memanggil para perawat dengan menekan bel. Dia juga menetapkan bahwa
  institusi tersebut bukan institusi sekte -- institusi tersebut
  menerima semua pasien dari semua denominasi dan agama. (Komite
  institusi ini sebelumnya menginginkan agar institusi tersebut hanya
  menerima jemaat Gereja Inggris saja).

  Pada tahun 1854, ketika Inggris dan Perancis mengumumkan perang
  terhadap Rusia untuk menguasai Crimea dan Konstantinopel -- pintu
  gerbang menuju Timur Tengah -- Sidney Herbert, sebagai Menteri
  Perang, meminta Florence untuk mengepalai sebuah tim perawat bagi
  rumah sakit militer di Scutari, Turki. Florence menggunakan
  kesempatan ini. Dia tiba bersama sebuah tim pilihan yang terdiri
  dari 38 orang perawat. Hanya 14 orang perawat yang mempunyai
  pengalaman di lapangan, 24 orang lainnya adalah anggota lembaga
  keagamaan yang terdiri dari biarawati Katolik Roma, Dissenting
  Deaconnesses, perawat rumah sakit Protestan, dan beberapa biarawati
  Anglikan yang berpengalaman di bidang penyakit kolera.
  Teman-temannya, Charles dan Selina Bracebridge juga turut bersama
  tim tersebut untuk mendorong semangatnya.

  Selama perang berlangsung, Florence menghadapi pertempuran berat
  untuk meyakinkan para dokter militer bahwa para perawat wanita pun
  diperlukan di sebuah rumah sakit militer. Perang Crimea telah
  membongkar sistem kemiliteran Inggris yang ternyata mengirim ribuan
  prajurit untuk menjemput kematiannya sendiri akibat kekurangan gizi,
  penyakit, dan diabaikan. Sebanyak 60.000 prajurit Inggris dikirim ke
  Crimea. Sejumlah 43.000 meninggal, sakit, atau terluka, dan hanya
  7.000 yang terluka oleh musuh. Sisanya merupakan korban lumpur,
  kekacauan, dan penyakit.

  Pada saat perang akan berakhir, laporan dan saran Florence
  Nightingale membuat Inggris seperti dilanda badai. Dia menjadi
  pahlawan wanita negara tersebut. Pada tahun 1860, Sekolah
  Keperawatan Nightingale dibuka di London dan kelas pertamanya
  diikuti lima belas orang murid wanita muda. Sepanjang hidupnya,
  sebelum dia meninggal saat sedang tidur pada usia sembilan puluh
  tahun di tahun 1910, dia bekerja tanpa lelah untuk mengadakan
  perubahan-perubahan di kemiliteran yang berhubungan dengan perawatan
  kesehatan dan medis. Sebab dia telah bersumpah, "Semua yang terjadi
  di Crimea, tidak boleh terulang kembali."

  Bahan diedit seperlunya dari:
  Judul buku: Penabuh Drum di Medan Perang
  Judul asli: The Drummer Boy`s Battle
  Penulis   : Dave dan Neta Jackson
  Penerjemah: Lie Ping
  Halaman   : 179 -- 183
  Penerbit  : Gospel Press, Batam Center 2004

______________________________________________________________________
TOKOH MISI (2)

                     TERPANGGIL BAGI KAUM MISKIN:
                 KISAH SINGKAT PELAYANAN BUNDA TERESA
                 ====================================

     "By blood, I am Albanian. By citizenship, an Indian. By faith, I
     am a Catholic nun. As to my calling, I belong to the world. As to
     my heart, I belong entirely to the Heart of Jesus."

  Itulah yang dikatakan oleh salah seorang tokoh kemanusiaan yang
  dipenuhi oleh cinta kasih; Bunda Teresa, seorang yang memberi
  hatinya untuk melayani di tengah-tengah masyarakat miskin di India.
  Dilahirkan di Skopje, Albania pada tanggal 26 Agustus 1910, Bunda
  Teresa merupakan anak bungsu dari pasangan Nikola dan Drane
  Bojaxhiu. Ia memiliki dua saudara perempuan dan seorang saudara
  lelaki. Ketika dibaptis, ia diberi nama Agnes Gonxha. Ia menerima
  pelayanan sakramen pertamanya ketika berusia lima setengah tahun dan
  diteguhkan pada bulan November 1916.

  Ketika berusia delapan tahun ayahnya meninggal dunia dan
  meninggalkan keluarganya dengan kesulitan finansial. Meski demikian,
  ibunya, Drane Bojaxhiu memelihara Gonxha dan ketiga saudaranya
  dengan penuh kasih sayang. Ibu yang sangat tekun ini sangat
  memengaruhi karakter dan panggilan pelayanan Gonxha di kemudian
  hari.

  Ketika memasuki usia remaja, Gonxha bergabung dalam kelompok pemuda
  jemaat lokalnya yang bernama Sodality. Melalui keikutsertaannya
  dalam berbagai kegiatan yang dipandu oleh seorang pastor Jesuit,
  Gonxha menjadi tertarik dalam hal misionari. Tampaknya, hal inilah
  yang kemudian berperan dalam dirinya sehingga pada usia tujuh
  belas, ia merespons panggilan Tuhan untuk menjadi biarawati
  misionaris Katolik.

  Pada tanggal 28 November 1928, ia bergabung dengan Institute of the
  Blessed Virgin Mary, yang dikenal juga dengan nama Sisters of
  Loretto, sebuah komunitas yang dikenal dengan pelayanannya di India.
  Ketika mengikrarkan komitmennya bagi Tuhan dalam Sisters of Loretto,
  ia memilih nama Teresa dari Santa Theresa Lisieux. Suster Teresa pun
  dikirim ke India untuk menjalani pendidikan sebagai seorang
  biarawati. Ia memulai pelayanannya dengan mengajar di St. Mary`s
  High School, Kalkuta. Di sana, ia mengajarkan geografi dan
  katekisasi. Pada tahun 1944, kariernya sebagai guru melonjak menjadi
  kepala sekolah St. Mary.

  Akan tetapi, kesehatannya memburuk. Ia menderita TBC sehingga tidak
  bisa lagi mengajar. Untuk memulihkan kesehatannya, ia dikirim ke
  Darjeeling. Dalam kereta api yang tengah melaju menuju Darjeeling,
  Suster Teresa mendapat panggilan yang berikut dari Tuhan; sebuah
  panggilan di antara banyak panggilan lain. Kala itu, ia merasakan
  belas kasih bagi banyak jiwa, sebagaimana dirasakan oleh Kristus
  sendiri, merasuk dalam hatinya. Hal ini kemudian menjadi kekuatan
  yang mendorong segenap hidupnya. Saat itu, 10 September 1946,
  disebut sebagai "Hari Penuh Inspirasi" oleh Bunda Teresa, panggilan
  akrabnya. Selama berbulan-bulan, ia merenungkan sebuah visi
  bagaimana Kristus menyatakan kepedihan kaum miskin yang ditolak,
  bagaimana Kristus menangisi mereka yang menolak Dia, bagaimana Ia
  ingin mereka mengasihi-Nya.

  Pada tahun 1948, pihak Vatikan mengizinkan Suster Teresa untuk
  meninggalkan ordonya, dan memulai pelayanannya di bawah Keuskupan
  Kalkuta. Dan pada tanggal 17 Agustus 1948, untuk pertama kalinya, ia
  memakai pakaian putih yang dilengkapi dengan kain sari bergaris
  biru. Ia memulai pelayanannya dengan membuka sebuah sekolah pada
  tanggal 21 Desember 1948 di lingkungan yang kumuh. Karena tidak
  memiliki dana, ia membuka sekolah terbuka, di sebuah taman. Di sana,
  ia mengajarkan pentingnya pengenalan akan hidup yang sehat, serta
  mengajar anak-anak miskin untuk membaca dan menulis. Selain itu,
  berbekal pengetahuan medis, ia juga membawa anak-anak yang sakit ke
  rumahnya dan merawat mereka.

  Tuhan memang tidak pernah membiarkan anak-anak-Nya berjuang
  sendirian. Inilah yang dirasakan oleh Bunda Teresa tatkala
  perjuangannya mulai mendapat perhatian, tidak hanya
  individu-individu, melainkan juga dari berbagai organisasi gereja.
  Pada tanggal 19 Maret 1949, salah seorang muridnya di St. Mary
  bergabung dengannya. Terinspirasi oleh gurunya itu, ia membaktikan
  dirinya untuk pelayanan kasih bagi mereka yang sangat membutuhkan.
  Segera saja mereka menemukan begitu banyak pria, wanita, bahkan
  anak-anak yang sekarat. Mereka telantar di jalan-jalan setelah
  ditolak oleh rumah sakit setempat. Tergerak oleh belas kasihan,
  Bunda Teresa dan rekan barunya itupun menyewa sebuah ruangan untuk
  merawat mereka yang sekarat.

  Pada tanggal 7 Oktober 1950, Missionary of Charity didirikan di
  Kalkuta. Mereka yang tergabung di dalamnya pun semakin teguh untuk
  melayani dengan sepenuhnya memberi diri mereka untuk melayani kaum
  termiskin di antara yang miskin. Mereka tidak pernah menerima
  pemberian materi apa pun sebagai balasan atas pelayanan yang mereka
  lakukan. Pada awal 1960-an, Bunda Teresa mulai mengirimkan
  suster-susternya ke daerah-daerah lain di India. Selain itu,
  pelayanan dari Missionary of Charity mulai melebarkan sayapnya di
  Venezuela (1965), yang kemudian diikuti oleh pembukaan rumah-rumah
  di Ceylon, Tanzania, Roma, dan Australia yang ditujukan untuk
  merawat kaum miskin.

  Setelah Missionary of Charity, sejumlah yayasan pun didirikan untuk
  memperluas pelayanan Bunda Teresa. Yang pertama ialah Association of
  Coworkers sebagai afiliasi dari Missionary of Charity. Asosiasi ini
  sendiri disetujui oleh Paus Paulus VI pada tanggal 26 Maret 1969.
  Meskipun merupakan afiliasi Missionary of Charity, asosiasi ini
  memiliki anggaran dasar tersendiri. Selama tahun-tahun berikutnya,
  dari semula melayani hanya dua belas, Missionary of Charity
  berkembang hingga dapat melayani ribuan orang. Bahkan, 450 pusat
  pelayanan tersebar di seluruh dunia untuk melayani orang-orang
  miskin dan telantar. Ia membangun banyak rumah bagi mereka yang
  menderita, sekarat, dan ditolak oleh masyarakat, dari Kalkuta hingga
  kampung halamannya di Albania. Ia juga salah satu pionir yang
  membangun rumah bagi penderita AIDS.

  Berkat baktinya bagi mereka yang tertindas, Bunda Teresa pun
  mendapatkan berbagai penghargaan kemanusiaan. Pada tahun 1979, ia
  menerima John XXIII International Prize for Peace. Penghargaan ini
  diberikan langsung oleh Paus Paulus VI. Pada tahun yang sama, ia
  juga memperoleh penghargaan Good Samaritan di Boston.

  Setelah mengabdikan dirinya selama bertahun-tahun di India, tentu
  saja pemerintah India tidak menutup mata akan pelayanannya. Maka
  pada tahun 1972, Bunda Teresa menerima Pandit Nehru Prize. Setahun
  kemudian, ia menerima Templeton Prize dari Pangeran Edinburgh. Ia
  terpilih untuk menerima penghargaan tersebut dari dua ribu kandidat
  dari berbagai negara dan agama oleh juri dari sepuluh kelompok agama
  di dunia.

  Puncaknya ialah pada tahun 1979 tatkala ia memperoleh hadiah Nobel
  Perdamaian. Hadiah uang sebesar 6.000 dollar Amerika yang
  diperolehnya disumbangkan kepada masyarakat miskin di Kalkuta.
  Hadiah tersebut memungkinkannya untuk memberi makan ratusan orang
  selama setahun penuh. Ia berkata bahwa penghargaan duniawi menjadi
  penting hanya ketika penghargaan tersebut dapat membantunya menolong
  dunia yang membutuhkan.

  Pada tahun 1985, Bunda Teresa mendirikan pusat rehabilitasi pertama
  bagi korban AIDS di New York. Menyusul kemudian, sejumlah rumah
  penampungan yang didirikan di San Fransisco dan Atlanta. Berkat
  upayanya ini, ia mendapatkan Medal of Freedom.

  Pelayanan Bunda Teresa sama sekali tidak mengenal batas. Dipupuk di
  kampung halamannya, ia mengawali pelayanan di India. Dari India,
  pelayanannya meluas hingga ke seluruh penjuru dunia. Ia, di
  antaranya, berkunjung ke Etiopia untuk menolong korban kelaparan,
  korban radiasi di Chernobyl, dan korban gempa bumi di Armenia.

  Memasuki tahun 1990-an, kondisi tubuh Bunda Teresa tidak
  mengizinkannya melakukan aktivitas yang berlebihan, khususnya
  setelah serangan jantung pada tahun 1989. Kesehatannya merosot,
  sebagian karena usianya, sebagian karena kondisi tempat tinggalnya,
  sebagian lain dikarenakan perjalanannya ke berbagai penjuru dunia.
  Menyadari kondisi kesehatannya yang demikian, Bunda Teresa meminta
  Missionary of Charity untuk memilih penggantinya. Maka, pada tanggal
  13 Maret 1997, Suster Nirmala terpilih untuk meneruskan pelayanan
  Bunda Teresa.

  Bunda Teresa akhirnya meninggal dunia pada tanggal 5 September 1997
  dalam usia 87 tahun. Berbagai petinggi dari 23 negara menghadiri
  pemakamannya. Upacara pemakaman diadakan pada tanggal 13 September
  1997, di Stadion Netaji, India, yang berkapasitas 15.000 orang. Atas
  kebijakan Missionary of Charity, sebagian besar yang menghadiri
  upacara tersebut adalah orang-orang yang selama ini dilayani oleh
  Bunda Teresa.

  Sumber bacaan:
  Kumar, Lalit. 2001. Mother Teresa ... Mother To All, Angel of
    Mercy, dalam http://www.geocities.com/teresaofindia/teresa.html.
  Mother Teresa of Calcutta (1910 -- 1997), dalam 
  http://www.vatican.va/news_services/liturgy/saints/ns_lit_doc_20031019_madre-teresa_en.html.
  Mother Teresa of Calcutta: Peacemaker, Pioneer, Legend, dalam
    http://www.ewtn.com/motherteresa/life.htm.
  Teresa, Mother. 1987. Heart of Joy: The Transforming Power of
    Self-Giving. Michigan, Ann Arbor: Servant Books.

  Bahan diambil dari:
  Publikasi: Biografi Kristiani Edisi 007, Februari 2007.
  Penyusun : R.S. Kurnia
  Arsip    : http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi/007/

  Dapat diakses juga dari situs Bio-Kristi:
  http://biokristi.sabda.org/terpanggil_bagi_kaum_miskin_kisah_singkat_pelayanan_bunda_teresa

______________________________________________________________________
SUMBER MISI

PELAYANAN MEDIS NASIONAL (PMdN)
==>   http://cmdf.net/
  Pelayanan Medis Nasional ini bermoto "Melayani Seperti Kristus".
  Ketika membuka situs ini, Anda akan disambut dengan ucapan
  "Selamat datang ke website Pelayanan Medis Nasional. Kami merupakan
  organisasi non-profit yang melayani para dokter dan dokter gigi
  Kristen di Indonesia." Situs PMdN ini masih dalam pengembangan,
  sehingga tidak semua halamannya lengkap terisi. Namun, situs ini
  sudah mempunyai fasilitas Mailing List bernama Samaritan yang dapat
  Anda akses melalui http://groups.yahoo.com/group/samaritan/. Milis
  ini merupakan wadah bagi para dokter Indonesia untuk saling berbagi
  pengalaman rohani, pelayanan, dan ide-ide lain untuk kemajuan
  pelayanan Kristen di Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut,
  silakan berkunjung ke alamat di atas dan silakan juga bergabung
  dengan milis diskusi mereka.

MISSION NETWORK NEWS BLOG
==>   http://missionnetworknews.blogspot.com/
  Mission Network News Daily adalah sebuah organisasi yang menyediakan
  berita-berita seputar pelayanan misi yang dilakukan Cornerstone
  University of Grand Rapids, Michigan, AS, yang dapat diakses secara
  gratis. Baru-baru ini, mereka menyediakan fasilitas yang bernama
  Mission Network News Blog. Blog ini adalah wujud tindak lanjut atas
  banyaknya pertanyaan yang masuk ke Mission Network News seputar
  pelayanan yang dilakukannya. Mission Network News menyediakan blog
  tersebut untuk menjawab semua pertanyaan yang masuk. Melalui blog
  itu juga, Mission Network akan memberi informasi tentang
  proyek-proyek yang sedang mereka lakukan, jadwal pelayanan, jalannya
  pelayanan dari hari ke hari beserta foto-fotonya, dan hal-hal lain.
  Jika Anda tertarik untuk bertanya atau mengetahui informasi mengenai
  pelayanan Mission Network News, silakan kunjungi Mission Network
  News Blog.

______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA

A M E R I K A   S E R I K A T
  Di Amerika, Hari Doa Nasional (National Day of Prayer) yang ke-55
  jatuh pada tanggal 3 Mei. Pada hari tersebut, orang-orang percaya
  akan berkumpul bersama di bawah naungan tema "America, Unite in
  Prayer" (Amerika, Bersatu dalam Doa). National Bible Reading
  Marathon, yang bekerja sama dengan Bible Pathway Ministries, adalah
  anggota tetap dari acara tersebut. Barbara dari Bible Pathways
  mengatakan bahwa mereka akan membaca Alkitab dengan suara keras
  lembar demi lembar. Tapi yang terpenting, "Ini adalah cara agar
  orang-orang bisa bersekutu bersama. Acara ini terbuka untuk semua
  denominasi. Acara ini juga merupakan usaha komunitas untuk bersekutu
  bersama dan memberitakan firman Tuhan di lokasi umum, seperti yang
  banyak dilaksanakan di Washington dan di ibukota-ibukota negara
  bagian lainnya." Barbara menegaskan bahwa acara ini berpeluang untuk
  memberikan dampak yang luar biasa. "Kami berdoa untuk setiap
  koordinator, untuk setiap orang yang menghadiri acara ini, dan yang
  terutama, untuk setiap orang yang mendengarkan. Beberapa orang
  mengatakan bahwa mereka akan membaca Alkitab secara terus-menerus di
  samping penjara. Sewaktu-waktu, bila (mereka) diizinkan, para
  narapidana akan menengok ke luar jendela, melihat, dan
  mendengarkan."
  Sumber: Mission Network News, April 2007
  Berita selengkapnya: http://www.MNNonline.org/article/9845
  Pokok Doa
  ---------
  * Berdoa untuk Hari Doa Nasional Amerika yang akan diselenggarakan
    secara beruntun di berbagai negara bagian di Amerika. Kiranya,
    gerakan-gerakan doa yang diadakan dapat mendorong kesatuan
    semangat orang Kristen untuk berdoa bagi pekerjaan Tuhan di
    berbagai tempat di dunia.
  * Berdoa untuk kegiatan-kegiatan yang menyertai perayaan Hari Doa
    Nasional ini, supaya menggugah banyak orang untuk rindu menjangkau
    orang lain bagi Kristus.

______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA

                   KEGERAKAN INDONESIA BERDOA 2007
                   ===============================

  Jaringan Doa Sekota, bersama dengan gereja-gereja di lima ratus kota
  di Indonesia, akan menyelenggarakan Kegerakan Indonesia Berdoa dalam
  rangka Hari Doa Sedunia (Global Day of Prayer) yang jatuh pada bulan
  Mei 2007. Mari berdoa dan terlibat dalam acara ini.

      "Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang dan
    berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya
                       adalah kesejahteraanmu."
                            (Yeremia 29:7)

   Pokok Doa
   ---------
   1. Bersama seluruh umat Kristen di Indonesia, mari kita ikut
      terlibat mendukung acara ini dengan mengadakan persekutuan doa
      khusus di gereja masing-masing. Doakanlah agar seluruh anggota
      jemaat juga bisa berpartisipasi dalam kegiatan doa ini.

   2. Berdoa agar kegerakan ini dapat menjadi awal kebangunan rohani
      di kota dan gereja masing-masing. Doakan juga agar semangat
      melayani, kesungguhan memenangkan jiwa, dan ketekunan belajar
      firman Tuhan dibangunkan.

   3. Doakan pendoa-pendoa syafaat di gereja-gereja, kiranya, dapat
      menjadi motor bagi kegerakan doa di kota-kota di Indonesia.

   4. Ada banyak pertemuan doa yang akan diadakan di berbagai kota.
      Berdoalah agar tercipta kesatuan hati di antara umat yang berdoa
      bagi kota masing-masing.

   5. Mari memohon agar Tuhan memakai aparat keamanan untuk
      mengamankan berbagai pertemuan doa yang diadakan. Mohonkan
      perlindungan Tuhan agar pelaksanaan pertemuan-pertemuan tersebut
      berjalan dengan baik.

   6. Berdoalah juga bagi tindak lanjut dari Kegerakan Doa Indonesia
      ini. Biarlah kegiatan ini tidak hanya berlangsung sesaat, lalu
      dilupakan. Doakan agar semangat untuk terus berdoa bagi
      pekerjaan Tuhan di berbagai tempat, tetap menyala.

______________________________________________________________________

Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
   (untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: harus
    mencantumkan SUMBER ASLI dari masing-masing bahan dan e-JEMMi
(sebagai penerbit bahan-bahan tersebut dalam bahasa Indonesia). Thanks
______________________________________________________________________
                   Pimpinan Redaksi: Yulia Oeniyati
                      Redaksi tamu: Dian Pradana
  Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) 2007 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN
  Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Staf e-MISI dan Staf Redaksi:               < staf-misi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan          :   < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti              : < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan:       < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi        :               http://misi.sabda.org/
Arsip e-JEMMi                   : http://www.sabda.org/publikasi/misi/
Situs YLSA                      :           http://www.sabda.org/ylsa/
Situs SABDA Katalog             :            http://katalog.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org