Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2007/21 |
|
e-JEMMi edisi No. 21 Vol. 10/2007 (22-5-2007)
|
|
Mei 2007, Vol.10 No.21 ______________________________ e-JEMMi _____________________________ (Jurnal Elektronik Mingguan Misi) ______________________________________________________________________ SEKILAS ISI EDITORIAL TOKOH MISI (1) : Florence Nightingale (1820 -- 1910) TOKOH MISI (2) : Terpanggil bagi Kaum Miskin: Kisah Singkat Pelayanan Bunda Teresa SUMBER MISI : Pelayanan Medis Nasional (PMdN), Mission Network News Blog DOA BAGI MISI DUNIA: Amerika Serikat DOA BAGI INDONESIA : Kegerakan Indonesia Berdoa 2007 ______________________________________________________________________ TO BE RICH IN GOD IS BETTER THAN TO BE RICH IN GOODS ______________________________________________________________________ EDITORIAL Shallom, Allah menghendaki agar setiap kita melakukan pelayanan, baik di keluarga, gereja, maupun di masyarakat. Melayani berarti berkorban waktu, tenaga, dan pikiran untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar bagi sesama atau untuk kepentingan orang lain. Dalam melayani, kita melakukannya dengan kesungguhan hati kepada Allah dan dengan sukacita, bukan karena terpaksa, sekadar untuk mengisi waktu luang, supaya dihargai, apalagi mengharapkan imbalan. Alangkah indahnya jika kita semua dapat mempunyai sikap yang rela melayani dan tidak mengutamakan kepentingan diri kita sendiri, di mana pun kita ditempatkan Tuhan. Edisi e-JEMMI kali ini mencoba untuk memaparkan kehidupan orang-orang yang mendedikasikan diri mereka dan meninggalkan segala kelimpahan yang mereka miliki, untuk melayani sesama -- sama seperti yang diteladankan Yesus. Semoga kehidupan dan perjuangan mereka dalam melayani dapat mendorong kita untuk melayani dengan sungguh-sungguh dan memantapkan kehidupan pelayanan kita. Tak lupa, kami mengajak Anda untuk terus berdoa melalui kolom Doa bagi Misi Dunia dan Doa bagi Indonesia. Selamat menyimak, selamat berdoa, selamat menjadi berkat! Redaksi tamu e-JEMMI, Dian Pradana ______________________________________________________________________ TOKOH MISI (1) FLORENCE NIGHTINGALE (1820 -- 1910) =================================== Dua bayi perempuan dilahirkan di tengah keluarga William (W.E.N) dan Fanny Nightingale dalam suatu perjalanan panjang keliling Eropa. Parthenope, anak pertama, lahir di Napoli, Yunani. Putri kedua diberi nama sesuai dengan nama sebuah kota di Italia, tempat dia dilahirkan pada tanggal 12 Mei 1820: Florence. Florence Nightingale dibesarkan dalam sebuah keluarga kaya yang tinggal di luar kota London, dikelilingi pesta-pesta yang terus berlangsung, sebuah rumah musim panas bernama Lea Hurst, dan tamasya ke Eropa. Tetapi, pada tahun 1837, pada usia tujuh belas tahun, dia menulis di buku hariannya, "Pada tanggal 7 Februari, Tuhan berbicara kepada saya dan memanggil saya untuk melayani-Nya." Tetapi pelayanan apa? Dia menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita -- bukan karena status sosial keluarga kaya -- tapi, saat dia merawat keluarga-keluarga miskin yang hidup di gubuk-gubuk sekitar Embley, rumah keluarganya. Pada saat Florence berusia 24 tahun, dia merasa yakin bahwa panggilannya adalah merawat orang sakit. Tetapi pada tahun 1840-an, para gadis Inggris terhormat tidak akan diperbolehkan menjadi perawat. Pada masa itu, perawat tidak melebihi fungsinya sebagai pembantu yang melakukan semua pekerjaan di setiap rumah sakit umum (para orang kaya dirawat di rumah sendiri) dan dianggap sebagai peminum atau pelacur. Tetapi, Florence yang belum menikah dan masih tinggal bersama orang tuanya, merasa hampir gila karena merasa tidak produktif dan frustrasi. Dia bertanya kepada seorang dokter tamu dari Amerika, Dr. Samuel Howe, "Apakah pantas bagi seorang gadis Inggris mencurahkan hidupnya untuk menjadi seorang perawat?" Dia menjawab, "Di Inggris, semua yang tidak biasa, dianggap tidak layak. Tetapi, bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau tidak wajar, bagi seorang wanita terhormat, bila melakukan suatu pekerjaan yang membawa kebaikan bagi orang lain." Florence sering bertanya-tanya, mengapa gereja Protestan tidak seperti Catholic Sisters of Charity -- suatu jalan bagi para wanita untuk mencurahkan hidupnya dengan melayani orang lain. Dr. Howe menceritakan kepadanya tentang Kaiserworth di Jerman, yang didirikan oleh Pendeta Theodor Fliedner. Tempat itu mempunyai rumah sakit yang dilengkapi ratusan tempat tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah penjara berpenghuni dua belas orang, sebuah rumah sakit jiwa untuk para yatim, sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah pelatihan untuk para perawat yang disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa. Bahkan, sebelum dia memutuskan untuk pergi, dengan semangat tinggi, Florence menanggapi bahwa Kaiserworth adalah tujuannya. Tahun 1846, Florence melakukan perjalanan ke Roma bersama teman-temannya, Charles dan Selina Bracebridge. Dalam perjalanan itu, dia bertemu dengan Sidney Herbert dan istrinya, Liz. Mereka adalah orang Kristen yang taat. Kemudian, Sidney Herbert menjabat sebagai menteri perang, sekaligus seorang teman dan pendorong -- semangat bagi Florence Nightingale. Bulan Juli 1850, saat usainya tiga puluh tahun, Florence pergi ke Kaiserworth, Jerman selama dua minggu. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang, dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri dari kehidupannya yang terkekang. Tiga tahun kemudian, dia melaksanakan pekerjaan keperawatannya yang pertama sebagai pengawas di Institute for the Care for Sick Gentle Woman in Distressed Circumstances. Dia memasukkan berbagai pemikiran baru ke dalam institusi itu dan menerapkan beberapa ide yang revolusioner, seperti pipa air panas ke setiap lantai, elevator untuk mengangkut makanan pasien, dan para pasien dapat langsung memanggil para perawat dengan menekan bel. Dia juga menetapkan bahwa institusi tersebut bukan institusi sekte -- institusi tersebut menerima semua pasien dari semua denominasi dan agama. (Komite institusi ini sebelumnya menginginkan agar institusi tersebut hanya menerima jemaat Gereja Inggris saja). Pada tahun 1854, ketika Inggris dan Perancis mengumumkan perang terhadap Rusia untuk menguasai Crimea dan Konstantinopel -- pintu gerbang menuju Timur Tengah -- Sidney Herbert, sebagai Menteri Perang, meminta Florence untuk mengepalai sebuah tim perawat bagi rumah sakit militer di Scutari, Turki. Florence menggunakan kesempatan ini. Dia tiba bersama sebuah tim pilihan yang terdiri dari 38 orang perawat. Hanya 14 orang perawat yang mempunyai pengalaman di lapangan, 24 orang lainnya adalah anggota lembaga keagamaan yang terdiri dari biarawati Katolik Roma, Dissenting Deaconnesses, perawat rumah sakit Protestan, dan beberapa biarawati Anglikan yang berpengalaman di bidang penyakit kolera. Teman-temannya, Charles dan Selina Bracebridge juga turut bersama tim tersebut untuk mendorong semangatnya. Selama perang berlangsung, Florence menghadapi pertempuran berat untuk meyakinkan para dokter militer bahwa para perawat wanita pun diperlukan di sebuah rumah sakit militer. Perang Crimea telah membongkar sistem kemiliteran Inggris yang ternyata mengirim ribuan prajurit untuk menjemput kematiannya sendiri akibat kekurangan gizi, penyakit, dan diabaikan. Sebanyak 60.000 prajurit Inggris dikirim ke Crimea. Sejumlah 43.000 meninggal, sakit, atau terluka, dan hanya 7.000 yang terluka oleh musuh. Sisanya merupakan korban lumpur, kekacauan, dan penyakit. Pada saat perang akan berakhir, laporan dan saran Florence Nightingale membuat Inggris seperti dilanda badai. Dia menjadi pahlawan wanita negara tersebut. Pada tahun 1860, Sekolah Keperawatan Nightingale dibuka di London dan kelas pertamanya diikuti lima belas orang murid wanita muda. Sepanjang hidupnya, sebelum dia meninggal saat sedang tidur pada usia sembilan puluh tahun di tahun 1910, dia bekerja tanpa lelah untuk mengadakan perubahan-perubahan di kemiliteran yang berhubungan dengan perawatan kesehatan dan medis. Sebab dia telah bersumpah, "Semua yang terjadi di Crimea, tidak boleh terulang kembali." Bahan diedit seperlunya dari: Judul buku: Penabuh Drum di Medan Perang Judul asli: The Drummer Boy`s Battle Penulis : Dave dan Neta Jackson Penerjemah: Lie Ping Halaman : 179 -- 183 Penerbit : Gospel Press, Batam Center 2004 ______________________________________________________________________ TOKOH MISI (2) TERPANGGIL BAGI KAUM MISKIN: KISAH SINGKAT PELAYANAN BUNDA TERESA ==================================== "By blood, I am Albanian. By citizenship, an Indian. By faith, I am a Catholic nun. As to my calling, I belong to the world. As to my heart, I belong entirely to the Heart of Jesus." Itulah yang dikatakan oleh salah seorang tokoh kemanusiaan yang dipenuhi oleh cinta kasih; Bunda Teresa, seorang yang memberi hatinya untuk melayani di tengah-tengah masyarakat miskin di India. Dilahirkan di Skopje, Albania pada tanggal 26 Agustus 1910, Bunda Teresa merupakan anak bungsu dari pasangan Nikola dan Drane Bojaxhiu. Ia memiliki dua saudara perempuan dan seorang saudara lelaki. Ketika dibaptis, ia diberi nama Agnes Gonxha. Ia menerima pelayanan sakramen pertamanya ketika berusia lima setengah tahun dan diteguhkan pada bulan November 1916. Ketika berusia delapan tahun ayahnya meninggal dunia dan meninggalkan keluarganya dengan kesulitan finansial. Meski demikian, ibunya, Drane Bojaxhiu memelihara Gonxha dan ketiga saudaranya dengan penuh kasih sayang. Ibu yang sangat tekun ini sangat memengaruhi karakter dan panggilan pelayanan Gonxha di kemudian hari. Ketika memasuki usia remaja, Gonxha bergabung dalam kelompok pemuda jemaat lokalnya yang bernama Sodality. Melalui keikutsertaannya dalam berbagai kegiatan yang dipandu oleh seorang pastor Jesuit, Gonxha menjadi tertarik dalam hal misionari. Tampaknya, hal inilah yang kemudian berperan dalam dirinya sehingga pada usia tujuh belas, ia merespons panggilan Tuhan untuk menjadi biarawati misionaris Katolik. Pada tanggal 28 November 1928, ia bergabung dengan Institute of the Blessed Virgin Mary, yang dikenal juga dengan nama Sisters of Loretto, sebuah komunitas yang dikenal dengan pelayanannya di India. Ketika mengikrarkan komitmennya bagi Tuhan dalam Sisters of Loretto, ia memilih nama Teresa dari Santa Theresa Lisieux. Suster Teresa pun dikirim ke India untuk menjalani pendidikan sebagai seorang biarawati. Ia memulai pelayanannya dengan mengajar di St. Mary`s High School, Kalkuta. Di sana, ia mengajarkan geografi dan katekisasi. Pada tahun 1944, kariernya sebagai guru melonjak menjadi kepala sekolah St. Mary. Akan tetapi, kesehatannya memburuk. Ia menderita TBC sehingga tidak bisa lagi mengajar. Untuk memulihkan kesehatannya, ia dikirim ke Darjeeling. Dalam kereta api yang tengah melaju menuju Darjeeling, Suster Teresa mendapat panggilan yang berikut dari Tuhan; sebuah panggilan di antara banyak panggilan lain. Kala itu, ia merasakan belas kasih bagi banyak jiwa, sebagaimana dirasakan oleh Kristus sendiri, merasuk dalam hatinya. Hal ini kemudian menjadi kekuatan yang mendorong segenap hidupnya. Saat itu, 10 September 1946, disebut sebagai "Hari Penuh Inspirasi" oleh Bunda Teresa, panggilan akrabnya. Selama berbulan-bulan, ia merenungkan sebuah visi bagaimana Kristus menyatakan kepedihan kaum miskin yang ditolak, bagaimana Kristus menangisi mereka yang menolak Dia, bagaimana Ia ingin mereka mengasihi-Nya. Pada tahun 1948, pihak Vatikan mengizinkan Suster Teresa untuk meninggalkan ordonya, dan memulai pelayanannya di bawah Keuskupan Kalkuta. Dan pada tanggal 17 Agustus 1948, untuk pertama kalinya, ia memakai pakaian putih yang dilengkapi dengan kain sari bergaris biru. Ia memulai pelayanannya dengan membuka sebuah sekolah pada tanggal 21 Desember 1948 di lingkungan yang kumuh. Karena tidak memiliki dana, ia membuka sekolah terbuka, di sebuah taman. Di sana, ia mengajarkan pentingnya pengenalan akan hidup yang sehat, serta mengajar anak-anak miskin untuk membaca dan menulis. Selain itu, berbekal pengetahuan medis, ia juga membawa anak-anak yang sakit ke rumahnya dan merawat mereka. Tuhan memang tidak pernah membiarkan anak-anak-Nya berjuang sendirian. Inilah yang dirasakan oleh Bunda Teresa tatkala perjuangannya mulai mendapat perhatian, tidak hanya individu-individu, melainkan juga dari berbagai organisasi gereja. Pada tanggal 19 Maret 1949, salah seorang muridnya di St. Mary bergabung dengannya. Terinspirasi oleh gurunya itu, ia membaktikan dirinya untuk pelayanan kasih bagi mereka yang sangat membutuhkan. Segera saja mereka menemukan begitu banyak pria, wanita, bahkan anak-anak yang sekarat. Mereka telantar di jalan-jalan setelah ditolak oleh rumah sakit setempat. Tergerak oleh belas kasihan, Bunda Teresa dan rekan barunya itupun menyewa sebuah ruangan untuk merawat mereka yang sekarat. Pada tanggal 7 Oktober 1950, Missionary of Charity didirikan di Kalkuta. Mereka yang tergabung di dalamnya pun semakin teguh untuk melayani dengan sepenuhnya memberi diri mereka untuk melayani kaum termiskin di antara yang miskin. Mereka tidak pernah menerima pemberian materi apa pun sebagai balasan atas pelayanan yang mereka lakukan. Pada awal 1960-an, Bunda Teresa mulai mengirimkan suster-susternya ke daerah-daerah lain di India. Selain itu, pelayanan dari Missionary of Charity mulai melebarkan sayapnya di Venezuela (1965), yang kemudian diikuti oleh pembukaan rumah-rumah di Ceylon, Tanzania, Roma, dan Australia yang ditujukan untuk merawat kaum miskin. Setelah Missionary of Charity, sejumlah yayasan pun didirikan untuk memperluas pelayanan Bunda Teresa. Yang pertama ialah Association of Coworkers sebagai afiliasi dari Missionary of Charity. Asosiasi ini sendiri disetujui oleh Paus Paulus VI pada tanggal 26 Maret 1969. Meskipun merupakan afiliasi Missionary of Charity, asosiasi ini memiliki anggaran dasar tersendiri. Selama tahun-tahun berikutnya, dari semula melayani hanya dua belas, Missionary of Charity berkembang hingga dapat melayani ribuan orang. Bahkan, 450 pusat pelayanan tersebar di seluruh dunia untuk melayani orang-orang miskin dan telantar. Ia membangun banyak rumah bagi mereka yang menderita, sekarat, dan ditolak oleh masyarakat, dari Kalkuta hingga kampung halamannya di Albania. Ia juga salah satu pionir yang membangun rumah bagi penderita AIDS. Berkat baktinya bagi mereka yang tertindas, Bunda Teresa pun mendapatkan berbagai penghargaan kemanusiaan. Pada tahun 1979, ia menerima John XXIII International Prize for Peace. Penghargaan ini diberikan langsung oleh Paus Paulus VI. Pada tahun yang sama, ia juga memperoleh penghargaan Good Samaritan di Boston. Setelah mengabdikan dirinya selama bertahun-tahun di India, tentu saja pemerintah India tidak menutup mata akan pelayanannya. Maka pada tahun 1972, Bunda Teresa menerima Pandit Nehru Prize. Setahun kemudian, ia menerima Templeton Prize dari Pangeran Edinburgh. Ia terpilih untuk menerima penghargaan tersebut dari dua ribu kandidat dari berbagai negara dan agama oleh juri dari sepuluh kelompok agama di dunia. Puncaknya ialah pada tahun 1979 tatkala ia memperoleh hadiah Nobel Perdamaian. Hadiah uang sebesar 6.000 dollar Amerika yang diperolehnya disumbangkan kepada masyarakat miskin di Kalkuta. Hadiah tersebut memungkinkannya untuk memberi makan ratusan orang selama setahun penuh. Ia berkata bahwa penghargaan duniawi menjadi penting hanya ketika penghargaan tersebut dapat membantunya menolong dunia yang membutuhkan. Pada tahun 1985, Bunda Teresa mendirikan pusat rehabilitasi pertama bagi korban AIDS di New York. Menyusul kemudian, sejumlah rumah penampungan yang didirikan di San Fransisco dan Atlanta. Berkat upayanya ini, ia mendapatkan Medal of Freedom. Pelayanan Bunda Teresa sama sekali tidak mengenal batas. Dipupuk di kampung halamannya, ia mengawali pelayanan di India. Dari India, pelayanannya meluas hingga ke seluruh penjuru dunia. Ia, di antaranya, berkunjung ke Etiopia untuk menolong korban kelaparan, korban radiasi di Chernobyl, dan korban gempa bumi di Armenia. Memasuki tahun 1990-an, kondisi tubuh Bunda Teresa tidak mengizinkannya melakukan aktivitas yang berlebihan, khususnya setelah serangan jantung pada tahun 1989. Kesehatannya merosot, sebagian karena usianya, sebagian karena kondisi tempat tinggalnya, sebagian lain dikarenakan perjalanannya ke berbagai penjuru dunia. Menyadari kondisi kesehatannya yang demikian, Bunda Teresa meminta Missionary of Charity untuk memilih penggantinya. Maka, pada tanggal 13 Maret 1997, Suster Nirmala terpilih untuk meneruskan pelayanan Bunda Teresa. Bunda Teresa akhirnya meninggal dunia pada tanggal 5 September 1997 dalam usia 87 tahun. Berbagai petinggi dari 23 negara menghadiri pemakamannya. Upacara pemakaman diadakan pada tanggal 13 September 1997, di Stadion Netaji, India, yang berkapasitas 15.000 orang. Atas kebijakan Missionary of Charity, sebagian besar yang menghadiri upacara tersebut adalah orang-orang yang selama ini dilayani oleh Bunda Teresa. Sumber bacaan: Kumar, Lalit. 2001. Mother Teresa ... Mother To All, Angel of Mercy, dalam http://www.geocities.com/teresaofindia/teresa.html. Mother Teresa of Calcutta (1910 -- 1997), dalam http://www.vatican.va/news_services/liturgy/saints/ns_lit_doc_20031019_madre-teresa_en.html. Mother Teresa of Calcutta: Peacemaker, Pioneer, Legend, dalam http://www.ewtn.com/motherteresa/life.htm. Teresa, Mother. 1987. Heart of Joy: The Transforming Power of Self-Giving. Michigan, Ann Arbor: Servant Books. Bahan diambil dari: Publikasi: Biografi Kristiani Edisi 007, Februari 2007. Penyusun : R.S. Kurnia Arsip : http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi/007/ Dapat diakses juga dari situs Bio-Kristi: http://biokristi.sabda.org/terpanggil_bagi_kaum_miskin_kisah_singkat_pelayanan_bunda_teresa ______________________________________________________________________ SUMBER MISI PELAYANAN MEDIS NASIONAL (PMdN) ==> http://cmdf.net/ Pelayanan Medis Nasional ini bermoto "Melayani Seperti Kristus". Ketika membuka situs ini, Anda akan disambut dengan ucapan "Selamat datang ke website Pelayanan Medis Nasional. Kami merupakan organisasi non-profit yang melayani para dokter dan dokter gigi Kristen di Indonesia." Situs PMdN ini masih dalam pengembangan, sehingga tidak semua halamannya lengkap terisi. Namun, situs ini sudah mempunyai fasilitas Mailing List bernama Samaritan yang dapat Anda akses melalui http://groups.yahoo.com/group/samaritan/. Milis ini merupakan wadah bagi para dokter Indonesia untuk saling berbagi pengalaman rohani, pelayanan, dan ide-ide lain untuk kemajuan pelayanan Kristen di Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut, silakan berkunjung ke alamat di atas dan silakan juga bergabung dengan milis diskusi mereka. MISSION NETWORK NEWS BLOG ==> http://missionnetworknews.blogspot.com/ Mission Network News Daily adalah sebuah organisasi yang menyediakan berita-berita seputar pelayanan misi yang dilakukan Cornerstone University of Grand Rapids, Michigan, AS, yang dapat diakses secara gratis. Baru-baru ini, mereka menyediakan fasilitas yang bernama Mission Network News Blog. Blog ini adalah wujud tindak lanjut atas banyaknya pertanyaan yang masuk ke Mission Network News seputar pelayanan yang dilakukannya. Mission Network News menyediakan blog tersebut untuk menjawab semua pertanyaan yang masuk. Melalui blog itu juga, Mission Network akan memberi informasi tentang proyek-proyek yang sedang mereka lakukan, jadwal pelayanan, jalannya pelayanan dari hari ke hari beserta foto-fotonya, dan hal-hal lain. Jika Anda tertarik untuk bertanya atau mengetahui informasi mengenai pelayanan Mission Network News, silakan kunjungi Mission Network News Blog. ______________________________________________________________________ DOA BAGI MISI DUNIA A M E R I K A S E R I K A T Di Amerika, Hari Doa Nasional (National Day of Prayer) yang ke-55 jatuh pada tanggal 3 Mei. Pada hari tersebut, orang-orang percaya akan berkumpul bersama di bawah naungan tema "America, Unite in Prayer" (Amerika, Bersatu dalam Doa). National Bible Reading Marathon, yang bekerja sama dengan Bible Pathway Ministries, adalah anggota tetap dari acara tersebut. Barbara dari Bible Pathways mengatakan bahwa mereka akan membaca Alkitab dengan suara keras lembar demi lembar. Tapi yang terpenting, "Ini adalah cara agar orang-orang bisa bersekutu bersama. Acara ini terbuka untuk semua denominasi. Acara ini juga merupakan usaha komunitas untuk bersekutu bersama dan memberitakan firman Tuhan di lokasi umum, seperti yang banyak dilaksanakan di Washington dan di ibukota-ibukota negara bagian lainnya." Barbara menegaskan bahwa acara ini berpeluang untuk memberikan dampak yang luar biasa. "Kami berdoa untuk setiap koordinator, untuk setiap orang yang menghadiri acara ini, dan yang terutama, untuk setiap orang yang mendengarkan. Beberapa orang mengatakan bahwa mereka akan membaca Alkitab secara terus-menerus di samping penjara. Sewaktu-waktu, bila (mereka) diizinkan, para narapidana akan menengok ke luar jendela, melihat, dan mendengarkan." Sumber: Mission Network News, April 2007 Berita selengkapnya: http://www.MNNonline.org/article/9845 Pokok Doa --------- * Berdoa untuk Hari Doa Nasional Amerika yang akan diselenggarakan secara beruntun di berbagai negara bagian di Amerika. Kiranya, gerakan-gerakan doa yang diadakan dapat mendorong kesatuan semangat orang Kristen untuk berdoa bagi pekerjaan Tuhan di berbagai tempat di dunia. * Berdoa untuk kegiatan-kegiatan yang menyertai perayaan Hari Doa Nasional ini, supaya menggugah banyak orang untuk rindu menjangkau orang lain bagi Kristus. ______________________________________________________________________ DOA BAGI INDONESIA KEGERAKAN INDONESIA BERDOA 2007 =============================== Jaringan Doa Sekota, bersama dengan gereja-gereja di lima ratus kota di Indonesia, akan menyelenggarakan Kegerakan Indonesia Berdoa dalam rangka Hari Doa Sedunia (Global Day of Prayer) yang jatuh pada bulan Mei 2007. Mari berdoa dan terlibat dalam acara ini. "Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu." (Yeremia 29:7) Pokok Doa --------- 1. Bersama seluruh umat Kristen di Indonesia, mari kita ikut terlibat mendukung acara ini dengan mengadakan persekutuan doa khusus di gereja masing-masing. Doakanlah agar seluruh anggota jemaat juga bisa berpartisipasi dalam kegiatan doa ini. 2. Berdoa agar kegerakan ini dapat menjadi awal kebangunan rohani di kota dan gereja masing-masing. Doakan juga agar semangat melayani, kesungguhan memenangkan jiwa, dan ketekunan belajar firman Tuhan dibangunkan. 3. Doakan pendoa-pendoa syafaat di gereja-gereja, kiranya, dapat menjadi motor bagi kegerakan doa di kota-kota di Indonesia. 4. Ada banyak pertemuan doa yang akan diadakan di berbagai kota. Berdoalah agar tercipta kesatuan hati di antara umat yang berdoa bagi kota masing-masing. 5. Mari memohon agar Tuhan memakai aparat keamanan untuk mengamankan berbagai pertemuan doa yang diadakan. Mohonkan perlindungan Tuhan agar pelaksanaan pertemuan-pertemuan tersebut berjalan dengan baik. 6. Berdoalah juga bagi tindak lanjut dari Kegerakan Doa Indonesia ini. Biarlah kegiatan ini tidak hanya berlangsung sesaat, lalu dilupakan. Doakan agar semangat untuk terus berdoa bagi pekerjaan Tuhan di berbagai tempat, tetap menyala. ______________________________________________________________________ Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi (untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: harus mencantumkan SUMBER ASLI dari masing-masing bahan dan e-JEMMi (sebagai penerbit bahan-bahan tersebut dalam bahasa Indonesia). Thanks ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Yulia Oeniyati Redaksi tamu: Dian Pradana Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak. Copyright(c) 2007 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Staf e-MISI dan Staf Redaksi: < staf-misi(at)sabda.org > Untuk berlangganan : < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk berhenti : < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org > ______________________________________________________________________ Situs e-MISI dan e-JEMMi : http://misi.sabda.org/ Arsip e-JEMMi : http://www.sabda.org/publikasi/misi/ Situs YLSA : http://www.sabda.org/ylsa/ Situs SABDA Katalog : http://katalog.sabda.org/ ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |