|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/misi/2010/14 |
|
e-JEMMi edisi No. 14 Vol. 13/2010 (6-4-2010)
|
|
______________________________ e-JEMMi _____________________________
(Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI
EDITORIAL
ARTIKEL MISI 1: Alkitab Sebagai Kerangka Referensi
ARTIKEL MISI 2: Diutus untuk Berbuah
SUMBER MISI: BibleGateway.com
DOA BAGI MISI DUNIA: Kanada, Somalia
DOA BAGI INDONESIA: Bencana Gempa Bumi
______________________________________________________________________
MANY WHO SING "FILL ME NOW" MIGHT BETTER SING "EMPTY ME NOW"
______________________________________________________________________
EDITORIAL
Shalom,
Sebenarnya, agenda dunia, perbandingan agama, dan filsafat tidaklah
memadai untuk dipakai untuk menguji misiologi. Kita harus
menggunakan Alkitab sebagai kerangka acuan untuk misiologi, demikian
kurang lebih pernyataan Alan R. Tippett dalam artikelnya "Alkitab
Sebagai Kerangka Acuan". Pernyataan Tippett tentu amat menarik untuk
direnungkan, didiskusikan, dan dikaji lebih jauh. Oleh sebab itu, e-
JEMMi edisi kali ini meletakkan tulisan tentang dasar misiologi
tersebut sebagai artikel misi yang pertama.
Artikel misi berikutnya hendak menunjukkan betapa Lembaga Pelayanan
Kartidaya ingin mengetuk kepedulian kita agar peka terhadap konteks
bermisi di Indonesia. Lembaga ini sudah menetapkan penyediaan firman
Tuhan dalam bahasa-bahasa suku sebagai salah satu strategi misi
mereka. Adalah fakta bahwa ternyata masih ada sekitar empat ratus
suku bangsa di Indonesia yang belum mendengar firman Tuhan.
Kartidaya sendiri telah sekitar sembilan belas tahun menjadi
perpanjangan tangan gereja untuk menjangkau suku-suku di Indonesia,
khususnya melalui penyediaan Alkitab dalam bahasa daerah.
Setelah menyimak dua artikel tersebut, kami mengajak Anda mendoakan
orang-orang percaya di Kanada dan Somalia. Anda dapat menggunakan
pokok-pokok misi dunia e-Jemmi sebagai pemandu doa yang spesifik.
Terakhir, doakan juga Ibu Pertiwi kita yang tercinta.
Selamat menyimak.
Redaksi Tamu e-JEMMi,
Wilfrid Johansen
http://misi.sabda.org
http://fb.sabda.org/misi
______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI 1
ALKITAB SEBAGAI KERANGKA REFERENSI
Uraian ini saya awali dengan satu tema pernyataan iman yang masih
dapat berkembang: Allah, Allah yang hidup, Allah yang menyelamatkan,
Allah yang berbicara, dan Allah yang mencukupi. Kita harus
menyampaikannya dengan cara sedemikian rupa sehingga kita dapat
melihatnya dengan latar belakang kepercayaan-kepercayaan yang
berbeda. Entah disadari atau tidak, para misiolog, sebagaimana para
ilmuwan, sama-sama mengawali riset mereka dengan tindakan iman.
Walaupun Durkheim menyatakan, "semua prakonsepsi harus dihapuskan"
(1962:31), tidak ada cara lain untuk memulai sebuah riset kecuali
dengan tindakan iman. Faktanya, yang dilakukan Durkheim sendiri
ternyata persis seperti itu. Saltman, seorang ahli biokimia,
berpendapat bahwa "ilmu pengetahuan adalah satu pengalaman religius"
(1970). Pertama-tama, para peneliti ilmu pengetahuan percaya bahwa
alam semesta memunyai tatanan; kedua, manusia dapat memahami tatanan
ini dengan melakukan penelitian-penelitian; dan ketiga, adalah
suatu hal yang baik bagi manusia untuk mendapat pemahaman tersebut.
Seorang peneliti tidak hanya memulai dengan iman yang pribadi,
tetapi juga membutuhkan semacam "kerangka acuan" untuk menyusun,
menguji, dan menafsirkan pengalamannya. Kerangka acuan itu dapat
berbentuk peta atau diagram, yang telah dirancang oleh orang lain
berdasarkan riset sebelumnya dan telah diuji selama bertahun-tahun
melalui serangkaian penemuan ilmiah yang terus berkembang. Selain
itu, sebuah kerangka acuan bisa berbentuk sistem kalkulasi, dengan
rumusan dan metode trigonometri yang telah dibuktikan secara
matematis. Kerangka acuan juga bisa berbentuk metode pengumpulan,
pengelompokan, dan pembandingan data kuantitatif dan kemudian
dicatat dalam bentuk grafik hingga membuat kita dapat mengenali
kondisi dan kecenderungan tertentu. Pilihan-pilihan kerangka acuan
yang disediakan untuk berbagai jenis riset hampir tidak terbatas
jumlahnya. Setiap disiplin ilmu dapat memunyai satu atau lebih
kerangka acuan bergantung tujuan risetnya.
Kerangka acuan untuk misiologi harus memenuhi persyaratan berikut:
1. Kerangka acuan itu harus cukup memadai untuk disiplin ilmu
tersebut; artinya, penggunaan kerangka acuan itu harus
dapat diaplikasikan di tengah-tengah konsep misi Kristen dan
tujuannya.
2. Kerangka acuan itu harus dilengkapi dengan cara-cara yang memadai
untuk pengelompokan dan pengujian data yang sudah diamati dan
dikumpulkan; artinya, acuan itu harus memiliki nilai-nilai dan
moral-moral religius.
3. Kerangka acuan itu harus dijadikan alat penguji yang bisa
meyakinkan misiolog itu sendiri akan keandalan temuan mereka.
Kemudian, jika seorang peneliti sudah memilih satu kerangka acuan
yang meyakinkan, dia harus menggunakan kerangka acuan itu dengan
jujur dan konsisten, dan tidak memanipulasinya -- tidak seperti yang
sering dilakukan oleh beberapa peramal licik -- untuk keuntungan
diri sendiri. Kerangka acuan adalah sesuatu yang berasal dari luar
diri sang peneliti, yang diadopsi untuk tujuan pengujian, agar
diperoleh hasil yang tidak didasarkan pada penilaian subjektif sang
peneliti. Sebuah kerangka acuan disusun bukan hanya untuk tujuan
pengelompokan data, tetapi juga untuk dijadikan tolok ukur
sumber data yang diteliti dan otoritas data yang diuji. Selain itu,
adanya sebuah kerangka acuan akan mengurangi subjektivitas temuan
itu dan membantu sang peneliti untuk menetapkan kesimpulan secara
ilmiah. Beberapa penilaian dan pertimbangan subjektif tentu masih
akan ada, namun sang peneliti akan bertindak mengikuti "aturan
permainan".
Dalam misiologi, kerangka acuan kita adalah Alkitab. Kita menerima
Alkitab "apa adanya" sebagai alat bantu untuk mengelompokkan dan
menguji materi kita. Materi-materi ini diambil dari sumber-sumber
historis, arsip-arsip bersejarah, dan riset-riset antropologi.
Materi-materi ini dikumpulkan dengan teknik-teknik kesejarahan dan
antropologi yang telah diakui secara luas dan diletakkan pada
kisi-kisi Alkitab untuk ditafsirkan.
Agenda dunia, perbandingan agama, dan filsafat tidak memberikan
skala penguji misiologi yang memadai. Sebaliknya, Alkitab telah
memenuhi hal itu dikarenakan beberapa hal. Alkitab adalah firman
Allah yang tertulis, yang dengan firman itu Allah telah mengutus
para pengikut-Nya ke ladang misi di dalam dunia dan kepada dunia --
itu merupakan prioritas utama. Alkitab juga menunjukkan konteks
pengutusan itu secara tepat. Selain itu, Alkitab menyimpan informasi
mendasar tentang satu "Pribadi", yang adalah pusat dari misi
Kristen, tentang hakikat misi-Nya sendiri untuk umat manusia, dan
otoritas yang memberi-Nya kuasa untuk mengutus pengikut-pengikut-Nya.
Alkitab telah menerangkan tujuan dan ruang lingkup misi dunia.
Maka, sudah sewajarnya kita kembali pada pokok-pokok tersebut untuk
menguji praktik misi kita sendiri.
Perjanjian Lama menceritakan bagaimana Allah berhubungan dengan
manusia melalui Israel. Dua gagasan mulai muncul dari sini:
"bangsa-bangsa" dan "tanggung jawab umat Allah" terhadap
bangsa-bangsa itu. Perjanjian Lama menunjukkan betapa Israel sudah
gagal dalam tanggung jawab itu. Semuanya ini adalah konteks yang di
dalamnya Yesus hidup di bumi dan menghadapkan Amanat Agung. Israel
yang baru sudah diwarisi janji-janji itu. Kemudian, Alkitab adalah
sebuah catatan mengenai permulaan karya misi Kristen pada zaman
Kekaisaran Roma, dengan satu uraian yang jelas tentang berbagai
jenis pola pertumbuhan dan permasalahannya -- keduanya ternyata
sangat menyerupai temuan kita pada zaman kita. Selanjutnya, Alkitab
berisi sekumpulan bahan-bahan, yang walaupun [pada mulanya]
tersebar, dapat ditelusuri melalui penelitian untuk memberikan dasar
teoretis dan teologis yang memadai untuk aktivitas misi Kristen itu.
Beberapa dimensi teologi ini telah saya satukan dalam buku "Church
Growth and the Word of God" (1970a). Karena hal ini dan alasan
lainnya, tampak bagi saya bahwa tidak ada kerangka acuan lain yang
lebih memadai untuk menguji misi Kristen selain Alkitab itu sendiri.
Oleh sebab itu, saya telah memakainya sebagai kerangka acuan saya
selama bertahun-tahun, saya tidak merasa perlu untuk menggantinya
dengan sesuatu yang berasal dari dalam diri saya sendiri (secara
filosofis) atau beberapa ideologi lain yang berlandaskan agenda
dunia, yang menjadikannya sebagai otoritas, alih-alih Allah.
Saya menggunakan Alkitab secara "menyeluruh". Tidak ada alasan untuk
menyimpang dari Alkitab, untuk menghilangkan bagian ini atau itu
karena beberapa alasan yang seolah-olah saja kritis. Bagi saya,
Alkitab senantiasa berperan sebagai otoritas firman Allah bagi
umat-Nya. Bagi seorang antropolog, kebenaran firman Tuhan yang sudah
diberikan kepada manusia dan dikumpulkan selama mungkin lebih dari
dua ribu tahun itu, seharusnya mencerminkan bentuk-bentuk dan
struktur kesastraan yang berbeda mulai dari suku-suku nomaden yang
bersistem patriarki, kerajaan-kerajaan oriental, dan masyarakat
pinggiran dan perkotaan Yunani-Romawi. Saya tidak menemukan Alkitab
bermasalah dalam hal ini; bentuknya yang multikultural itu justru
dipakai Allah untuk berbicara di dalam berbagai ruang dan waktu.
Apabila saya membaca suatu bagian Alkitab yang memunyai konteks
budaya tertentu, saya selalu membiarkan diri saya dituntun melalui
bentuk budaya itu menuju kebenaran kekal yang seakan-akan berbicara
kepada saya di dalam situasi budaya saya sendiri. Bagi saya, inilah
alat bantu yang sempurna untuk mengevaluasi situasi-situasi lintas
budaya pada dunia misi.
Dalam kajian ini, tidak terdapat butir yang memunculkan masalah
kritik Alkitab. Itu bukan berarti saya mengabaikannya. Saya sudah
mempelajarinya setiap hari dan menganggapnya murni sebagai hal yang
akademis dan teoretis, dan bukan suatu masalah yang berkaitan dengan
misi. Apabila saya memotong bagian Amanat Agung pada akhir
masing-masing kitab Injil (karena itu adalah pernyataan setelah
kebangkitan), kita tidak memiliki Amanat Agung hingga secara
keseluruhan tidak terdapat lagi kebutuhan akan misiologi. Jika saya
menghapus kisah kebangkitan, baik karena alasan cerita tersebut
merupakan cerita tambahan atau mitos, maka khotbah-khotbah tentang
kebangkitan tidak akan berarti lagi -- sekadar suatu gagasan saja.
Kitab Suci dijadikan salah, iman kita sia-sia, dan kita masih
tinggal di dalam dosa-dosa kita; selanjutnya, misi Kristen dianggap
sebagai satu konsep yang palsu dan tidak terdapat kebutuhan akan
misiologi. Alkitab saling lekat sebagai satu keutuhan sepenuhnya!
Saya tidak menginginkan satu alat bantu yang kehilangan sebuah
bagian utamanya. Pergunakanlah Alkitab sebagaimana adanya jika Anda
tidak ingin kehilangan satu kerangka acuan. Jika Anda sudah tidak
menggunakannya, artinya Anda sudah mengabaikan misi Kristen dan
misiologi. Oleh karena itu, saya menetapkan syarat menerima Alkitab
seutuhnya untuk setiap buku Pengantar Misiologi.
Tanpa sebuah Alkitab yang utuh, Tuhan yang bangkit, perjumpaan yang
mengantarkan seseorang untuk menerima Kristus sebagai satu-satunya
Juru Selamat, atau amanat pengutusan untuk pergi kepada
bangsa-bangsa dan menjadikan murid-murid, apakah yang masih tersisa
bagi misi-misi Kristen itu? Tentu saja, masih terdapat banyak proyek
Kristen: menolong mereka yang membutuhkan, melatih orang-orang yang
tidak terlatih, perjuangan untuk keadilan sosial, dan seterusnya.
Semuanya ini adalah bagian dari tugas orang Kristen, sebagai satu
tugas yang menyertai, tetapi bukanlah satu pengganti untuk misi.
Menurut kitab suci, tugas-tugas itu merupakan dua pelayanan yang
berbeda pada satu Gereja yang utuh. Dengan demikian, pelayanan
Gereja di dunia sebagai sesuatu yang parsial dan gagasan
pemisah-misahan ini sudah bertentangan dengan uraian Alkitab
tentang Gereja. Kita memang bisa mengerjakan separuh-layanan ini
dan menjadi penganut Universalis atau bahkan Hindu. Artinya, apa
yang kita akan dapatkan adalah pelayanan kemanusiaan (dan sejauh ini
hal tersebut merupakan satu tindakan yang mulia), namun secara
keseluruhan sama sekali tidak menunjukkan ciri-ciri yang membedakan
orang Kristen -- dan itu tentu saja bukanlah misi. Oleh sebab itu,
apa pun yang kita kerjakan, entah kita menyadari bahwa kita harus
menjadikan Alkitab sebagai satu kesatuan seutuhnya ataupun kita
mengakui keharusan untuk ikut dalam misi Kristen, kita sudah
menganggap pemikiran tentang misiologi sebagai suatu kepalsuan.
Tampaklah jelas bahwa tidak terdapat kerangka acuan lain untuk misi
Kristen, yang saya percayai, kecuali Alkitab secara keseluruhan, dan
itulah yang saya yakini dalam buku Pengantar Misiologi ini. (t/Ully)
Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari:
Nama buku: Introduction to Missiology
Judul asli artikel: The Bible as a Frame of Reference
Penulis: Alan R. Tippett
Penerbit: William Carey Library, California, 1987
Halaman Artikel: 13 -- 16
______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI 2
DIUTUS UNTUK BERBUAH
"Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain,
lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan
tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka, `Tuaian
memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada
Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja
untuk tuaian itu." (Lukas 10:1-2)
Sepanjang pelayanan-Nya di dunia, Yesus menggerakkan orang-orang di
dalam komunitas masyarakat sebagai bagian dari strategi misi-Nya
untuk menyatakan rencana Allah menyelamatkan dunia. Dengan demikian,
orang-orang itu berperan penting dalam pelayanan Yesus. Kita melihat
bahwa selain memilih dan mengutus kedua belas rasul untuk
memberitakan Kerajaan Allah dan menyembuhkan orang-orang sakit,
Yesus juga memilih dan mengutus tujuh puluh murid yang lain untuk
menyiapkan kedatangan-Nya di setiap kota. Mereka bertugas menyiapkan
orang-orang di kota-kota tersebut untuk menerima Yesus. Ketika Yesus
mengutus ke-70 orang itu, Ia mengutus mereka untuk pergi
berdua-berdua. Tugas itu adalah pekerjaan yang besar, maka
dibutuhkan banyak tenaga pekerja.
Selain itu, para pekerja itu juga memerlukan rekan-rekan yang ikut
bekerja bersama. Mereka harus saling mengingatkan dan
bertolong-tolongan menanggung beban. Tidak seorang pun akan sanggup
melakukan pekerjaan itu seorang diri. Oleh sebab itu, mereka harus
mengarahkan pandangan kepada Tuhan. Mereka harus meminta sang Tuan
Pemilik Tuaian agar mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.
Jadi sebenarnya, perintah yang lebih penting bukanlah bekerja dengan
lebih keras hingga membuat mereka lupa meminta sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan di ladang tersebut; perintah yang terpenting
ialah mereka harus sungguh-sungguh berdoa kepada-Nya. Setiap
permohonan doa menunjukkan iman bahwa Allah sedang bekerja sesuai
dengan rencana-Nya. Ia sedang menggerakkan orang-orang di dalam
gereja-Nya untuk bersedia mengerjakan tugas yang besar ini. Gereja
diminta taat karena Allah ingin memakai mereka sesuai dengan
panggilan dan karunia mereka masing-masing.
Ayat-ayat selanjutnya menyebutkan bahwa para pekerja itu diutus
seperti anak domba di tengah-tengah serigala (ayat 3). Artinya,
mereka diutus ke dalam situasi-situasi yang setiap saat bisa menjadi
kacau. Yesus tidak mengatakan bahwa mereka tidak akan menghadapi
masalah ketika memberitakan kabar keselamatan. Kenyataannya, banyak
pekerja-Nya justru menghadapi masalah dan bahaya ketika menyampaikan
kabar keselamatan itu. Tidak semua orang akan menerima kehadiran
mereka, bahkan di beberapa tempat tertentu mereka justru diejek,
ditolak, dan dianiaya. Mereka menghadapi kesulitan dan penderitaan
itu dengan iman bahwa Tuhan tidak akan membiarkan pekerja-Nya
seorang diri. Ia memberikan mereka kemampuan untuk menghadapi
kesulitan itu.
Selain itu, Ia juga menjamin kehidupan para pekerja-Nya (ayat 4-8).
Ayat-ayat ini mengingatkan jemaat dan gereja bahwa para pekerja di
ladang itu layak untuk menerima upah bagi kelangsungan hidupnya.
Bukan hanya upah, mereka juga memerlukan pelayanan kasih dari
anak-anak Tuhan lainnya. Apa yang dilakukan jemaat di Filipi kepada
rasul Paulus merupakan teladan bagi gereja Tuhan pada masa kini
(Filipi 4:10), bahwa gereja sebaiknya mendukung para pekerja yang
bekerja di ladang Allah.
Paulus bersukacita mengenai jemaat di Filipi terutama bukan karena
pemberian-pemberian materi mereka, melainkan karena perhatian jemaat
yang tulus kepada Paulus. Perhatian yang tulus itu menunjukkan kasih
mereka kepada Paulus dan bahwa mereka ikut menanggung beban
penginjilan Paulus. Gereja Tuhan seharusnya juga memberikan
perhatian yang tulus dan pelayanan kasih kepada para pekerja Allah
di garis depan.
Selanjutnya, Yesus mengutus ketujuh puluh murid itu disertai dengan
suatu tugas khusus. Selain melayani pemulihan fisik, para murid itu
juga harus menyampaikan pesan penting kepada orang-orang di kota
tersebut. Pesan penting itu ialah "kerajaan Allah sudah dekat" (ayat
9-12). Sebagai sesama rekan sekerja Allah, mereka berkewajiban
untuk menyampaikan berita ini. Kita mengetahui bahwa Allah sangat
murka terhadap Sodom dan Gomora, dan Ia akan lebih murka kepada
orang-orang yang tidak bersedia menerima kehadiran-Nya.
Rencana keselamatan Allah bersifat universal, yaitu menjangkau
masyarakat melewati batas-batas wilayah, suku, dan bahasa. Mengingat
banyak jiwa masih belum terjangkau Injil karena adanya berbagai
rintangan, penginjilan bukanlah tugas yang ringan. Oleh sebab itu,
seluruh tubuh Kristus memerlukan strategi dan kerja sama yang tepat
untuk melaksanakan tugas ini secara efektif. Salah satu strategi itu
ialah penyediaan firman Tuhan dalam bahasa suku-suku bangsa di
Indonesia, yakni dalam bahasa yang paling mereka kuasai, dan dengan
media yang paling sesuai untuk mereka. Pelayanan penginjilan,
pemuridan, dan dukungan kehidupan orang-orang percaya sangat
memerlukan firman Tuhan (Alkitab). Di Indonesia, masih terdapat
sekitar empat ratus suku bangsa yang terhalang untuk menerima Kabar
Baik karena hambatan bahasa dan budaya.
Selama 19 tahun pelayanan Kartidaya, lembaga ini telah menjadi
perpanjangan tangan gereja-gereja untuk menjangkau suku-suku bangsa
di Indonesia, khususnya melalui pelayanan kebahasaan dan kebudayaan.
Hingga saat ini, sekitar seratus lebih pemuda Kristen Indonesia
telah dilatih hingga mampu berperan serta dalam penyediaan firman
Tuhan dalam berbagai bahasa suku. Kiranya Tuhan senantiasa
melengkapi, membangun, dan menyempurnakan pelayanan Kartidaya pada
masa yang akan datang. Biarlah bersama-sama dengan gereja-gereja di
Indonesia kami senantiasa berkarya bagi kemuliaan nama-Nya.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul Buletin: Berita Kartidaya, Edisi 2/2009
Judul artikel: Diutus untuk Berbuah
Penulis: Yunita Susanto
Penerbit: Yayasan Kartidaya, Jakarta
Halaman: 2 -- 3 dan 19
______________________________________________________________________
SUMBER MISI
BIBLEGATEWAY.COM
==> http://www.biblegateway.com
BibleGateway merupakan situs Alkitab berbahasa Inggris daring yang
memiliki lebih dari 100 versi Alkitab dan dalam 50 bahasa yang
berbeda. Situs ini merupakan sarana untuk pembacaan dan pencarian
Alkitab secara daring yang memungkinkan semua aktivitas itu dapat
dilakukan dalam bahasa dan terjemahan pilihan kita. Fasilitas
pencarian itu memungkinkan pengguna menemukan atau membandingkan
bagian-bagian tertentu dalam Alkitab, yang didasarkan pada kata
kunci, frasa, atau referensi Alkitab.
Situs ini juga menyediakan fitur-fitur menarik, antara lain:
komentar Alkitab, Alkitab audio, dll.. Semua fitur itu dapat dilihat
pada menu navigasi di sebelah kiri. Sebenarnya, situs ini sendiri
telah dirintis sejak tahun 1993 oleh Nick Hengeveld, seorang
webmaster pertama di Gospelcom.com, yang sekarang berganti nama
menjadi Gospel.com. Menurut kabar, tim Bible Gateway hingga saat
ini sedang melakukan penambahan terjemahan, bahasa, dan fungsi
situs.
Tampaknya, situs ini akan cukup menguntungkan mereka yang sudah
cukup familiar dengan bahasa Inggris dan ingin melakukan pencarian
serta pembandingan ayat atau bagian tertentu di dalam Alkitab,
khususnya dengan berbagai versi terjemahan bahasa Inggris.
______________________________________________________________________
DOA MISI DUNIA
K A N A D A
"Yesus mati di kayu salib. Ia adalah Allah. Aku rindu keluargaku
mengenal Yesus," kata H setelah seluruh keluarganya disembuhkan dari
penyakit yang menyiksa. Kejadian itu merupakan langkah awal
perjalanannya mengenal Yesus dan belajar untuk berdoa.
Pada suatu hari, ketika kehilangan kunci kantornya, dia berkata,
"Saya tidak bisa menemukannya di mana pun." Ia berdoa seraya
menyetir, "Yesus, Engkau telah menyembuhkanku, dan sekarang saya
percaya bahwa Engkau adalah Allah. Ya Tuhanku, bantulah aku mencari
kunci-kunci itu.`
"Lantas, aku merasakan dorongan untuk membuka jendela mobil. Tiga
puluh detik kemudian seseorang melewati mobil saya. Saya membanting
setir dan menginjak rem untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
Kemudian, saya mendengar suara `krek` seolah-olah suatu benda
menimpa dasbor mobil saya. Saya menoleh ke dasbor dan di situlah
kunci itu rupanya."
"Saya tercengang," ujarnya. "Jawaban doa itu cepat sekali! Saya
telah mencari ke seluruh bagian mobil dan tidak mendapatkan kunci
itu. Kemudian saya teringat, kunci itu pasti tertinggal di atap
mobil saya. Allah pasti telah mengatur segalanya. Kunci itu pasti
terjatuh masuk ke dasbor mobil melalui jendela yang terbuka. Yesus
bukan hanya Allah, Dia juga mencintaiku!" (t/Uly)
Diterjemahkan dari:
Nama buletin: Body Life, Edisi Januari 2010, Volume 28, No. 1
Nama kolom: World Christian Report
Judul asli artikel: Canada: Hindu Family Healed, Lost Keys Found
Penerbit: 120 Fellowship Adult Class at Lake Avenue Church, Pasadena
Halaman: 4
Pokok doa:
* Mengucap syukur atas perjumpaan pribadi H dengan Kristus. Doakan
agar semakin banyak orang mengalami perjumpaan pribadi dengan
Kristus dan menyerahkan hidupnya bagi Kristus.
* Doakan agar H semakin bertumbuh di dalam Tuhan dan dapat membawa
terang di lingkungannya.
S O M A L I A
Jumlah orang Kristen di Somalia diperkirakan tidak melebihi 100
orang dari 8 juta populasi penduduk Somalia. Kelompok bersenjata
Shabab yang menguasai sebagian besar Somalia Selatan telah bertekad
untuk membinasakan mereka. Kelompok radikal itu menembaki dan
membunuh perempuan Kristen Somalia karena mereka menolak menggunakan
kerudung kepala. Para pria Kristen juga menghadiri ibadah keagamaan
setempat agar tidak dicurigai. Alkitab harus disembunyikan. Tidak
ada persekutuan dan gereja. Paling sedikit, 13 anggota jemaat
gereja-gereja bawah tanah telah dibunuh dalam beberapa bulan
terakhir ini; jumlah totalnya mungkin sudah ratusan sejak 2005.
Negara ini sedang menyusun undang-undang teokrasi [negara
berdasarkan agama, red.], yang mengatakan bahwa setiap warga Somalia
beragama mayoritas sejak lahir, dan siapa pun yang berpindah agama
dianggap murtad dan bisa dijatuhi hukuman mati.
Diterjemahkan dari:
Nama buletin: Body Life, Edisi Januari 2010, Volume 28, No. 1
Nama kolom: World Christian Report
Judul asli artikel: Somalia: Embattled Believers
Penerbit: 120 Fellowship Adult Class at Lake Avenue Church, Pasadena
Halaman: 1
Pokok doa:
* Doakan umat percaya di Somalia yang harus menyembunyikan identitas
mereka karena faktor keamanan supaya Tuhan melindungi dan
memampukan mereka untuk tetap setia mengikuti Tuhan.
* Doakan juga agar umat percaya di Somalia senantiasa mendoakan
negara dan masyarakat mereka yang belum percaya; doakan agar Tuhan
memberkati dan memulihkan keadaan negara tersebut.
______________________________________________________________________
DOA INDONESIA
BENCANA GEMPA BUMI
Gempa berkekuatan 7;2 skala Richter melanda Aceh pada hari Rabu
(7/4) kemarin. Sebanyak 17 warga Simeulue luka, empat di antaranya
luka berat. Tidak ada korban jiwa dalam gempa ini.
[Sumber: Dari berbagai sumber]
Pokok doa:
1. Mengucap syukur untuk perlindungan Tuhan bagi masyarakat Aceh,
karena meskipun dilanda gempa, namun tidak menimbulkan kerugian
materi yang cukup banyak dan korban jiwa.
2. Doakan agar Tuhan memulihkan keadaan para korban gempa yang
menderita luka ringan maupun luka berat.
3. Doakan juga agar Tuhan melindungi masyarakat Aceh yang masih
berada di tempat pengungsian supaya terhindar dari
sakit-penyakit, dan mencukupkan setiap kebutuhan yang mereka
perlukan selama berada di tempat pengungsian.
4. Berdoa agar Tuhan memberi kekuatan kepada pemerintah di Aceh dan
para relawan dalam menolong para korban gempa.
______________________________________________________________________
Anda diizinkan menyalin/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak
untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan
yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Staf Redaksi: Novita Yuniarti dan Yulia Oeniyati
Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org
Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi
Facebook MISI: http://fb.sabda.org/misi
______________________________________________________________________
Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) e-JEMMi/e-MISI 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org
SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |