Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2011/13 |
|
e-JEMMi edisi No. 13 Vol. 14/2011 (29-3-2011)
|
|
______________________________ e-JEMMi _____________________________ (Jurnal Elektronik Mingguan Misi) ______________________________________________________________________ SEKILAS ISI RENUNGAN: PERSEKUTUAN DALAM PENDERITAAN KRISTUS PROFIL BANGSA: BAKUMPAI, INDONESIA Shalom, Edisi e-JEMMi minggu ini akan mengajak kita untuk belajar dari Paulus tentang arti bersekutu dalam penderitaan Kristus. Paulus yang semula membanggakan diri atas ketaatan dan kepintaran agamawinya, mengalami titik balik ketika berjumpa dengan Kristus. Cara pandangnya yang keliru terhadap Allah diganti dengan pengenalan yang benar akan Allah. Dari peristiwa itulah, kisahnya sebagai penginjil yang luar biasa bermula. Di edisi ini Anda juga akan diajak untuk mengenal lebih dekat tentang salah satu suku di negara kita, yaitu etnis Bakumpai di Pulau Kalimantan. Semoga melalui sajian Profil Bangsa ini, hati kita semakin tergerak untuk mendukung pelayanan pekabaran Injil di Nusantara. Selamat menyimak, Tuhan Yesus memberkati. Redaksi Tamu e-JEMMi, Mahardhika Dicky Kurniawan < http://misi.sabda.org/ > RENUNGAN: PERSEKUTUAN DALAM PENDERITAAN KRISTUS Mengenal Kristus Visi apa yang harus ada dalam kehidupan orang percaya? Visi Kristus, yaitu menjadi serupa dengan Kristus dan Kristus dimuliakan dalam hidupnya! Itulah yang menjadi prinsip Paulus -- bagiku hidup adalah Kristus (Filipi 1:21). Inilah saran Paulus, "Mengenal Kristus dalam pengenalan yang terdalam, terintim, sedemikian sehingga akhirnya dia bisa berkata, `hidupku bukannya aku lagi, tetapi Kristus dalamku`" (Galatia 2:19). Mengapa Paulus merasa penting untuk mengenal Kristus? Pertama, karena dahulu ia hidup seolah mengenal dan melayani Allah, tetapi sesudah bertemu Kristus pertama kali, baru ia ketahui bahwa ia sedang melawan Allah dan menganiaya Kristus. Karena tidak mengenal Kristus, Paulus telah salah arah dalam hidup dan pelayanannya. Kedua, dulu Paulus membanggakan dirinya sendiri sebagai seorang yang benar karena melakukan hukum Taurat. Ternyata, semua itu keliru. Upaya mencari kebenaran lewat usaha sendiri untuk mematuhi hukum Taurat, tidak membawa Paulus menjadi orang benar. Kata "benar" di sini berarti berada dalam relasi yang benar dengan Allah. Paulus sadar bahwa semua yang ia miliki dulu dan semua yang ia upayakan dulu, tidak menjadikan dia benar di hadapan Allah. Hanya ketika ia bertemu dengan Kristus mata rohaninya tercelik, sehingga ia sadar bahwa ia bukan orang benar. Kristus, dengan karya salib-Nyalah yang membawa pembenaran buat orang yang percaya dan menerima Dia. Kristuslah yang menjadi agen pembenaran karena Dia adalah Allah. Relasi yang benar dengan Allah merupakan permulaan hidup baru. Relasi yang benar harus membuahkan hidup yang benar, tingkah laku, pikiran, perkataan, dan segala sesuatu yang benar. Ini hanya mungkin terjadi kalau orang percaya bertumbuh rohaninya. Ini hanya bisa terjadi kalau Kristus terus-menerus menjadi sumber kekuatan rohani kita dan model hidup benar kita. Oleh karena itu, tujuan Paulus juga harus menjadi tujuan orang percaya, yaitu mengenal Kristus sedemikian sehingga kita menjadi serupa Kristus, dan kuasa-Nya yang utama hadir dalam hidup kita sebagai anak-anak Allah. Namun, sebelum mengalami sepenuhnya kuasa kebangkitan Kristus itu, kita juga harus bersekutu dalam penderitaan-Nya. Ini paket rohani yang tidak bisa dipisahkan. Kita harus mengalami persekutuan dalam penderitaan-Nya sedemikian, sehingga kita menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, baru akhirnya kita beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Apa Arti Bersekutu dalam Penderitaan Kristus? Pertama, menerima penderitaan Kristus sebagai fakta yang menjadikan kita mengalami keselamatan. Kalau Kristus tidak menderita dan mati karena dosa-dosa kita, kita masih ada dalam belenggu dosa dan akan binasa kekal. Menerima fakta berikut, menyebabkan kita tidak akan pernah menyombongkan diri seakan-akan keselamatan kita itu karena usaha kita sendiri, atau karena kita cukup baik untuk mendapatkan keselamatan. Sebaiknya, kita mengucap syukur karena kasih dan pengorbanan Kristus di salib yang menyebabkan kita hari ini adalah milik-Nya. Kedua, bersekutu dalam penderitaan Kristus berarti kita mau berbagi dengan apa yang Dia pernah alami, yaitu menderita menanggung dosa, ditolak, dianiaya, bahkan dibunuh. Menderita seperti Kristus dan menderita bagi Kristus adalah suatu kehormatan, kemuliaan, dan kepercayaan dari Dia yang mengizinkan kita berbagi dengan penderitaan-Nya. Pikul salib adalah suatu panggilan hidup yang mulia. Dengan pikul salib, kita bukan hanya menjadi bagian dalam penderitaan Kristus, tetapi juga menyaksikan kepada dunia bahwa salib Kristus berkuasa menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa dan kebinasaan kekal. Ketiga, bersekutu dalam penderitaan Kristus sampai serupa dengan Dia dalam kematian-Nya berarti mati terhadap dosa. Kristus mati untuk menebus dosa manusia. Dia menderita dan mati supaya kita dibebaskan dari belenggu dosa. Hidup kita yang sudah mengalami pembebasan dari dosa, seharusnya tidak lagi membiarkan diri dikendalikan oleh dosa. Ini aspek penyangkalan diri. Diri kita adalah milik Kristus yang sudah menebus kita dengan penderitaan-Nya, dengan curahan darah-Nya, dengan jiwa-Nya. Artinya, kita menolak hidup gampangan yang hanya menuruti kita semata-mata, bahkan keinginan daging, supaya penderitaan Kristus bahkan kematian-Nya tidak sia-sia. Jadi, persekutuan di dalam penderitaan-Nya bermakna penuh buat hidup kita tatkala kita menguduskan diri dari berbagai godaan dosa, yang di dalamnya berarti ada penyangkalan akan hak-hak kita demi hidup kita yang lebih mulia, kudus, menjadi berkat buat sesama, dan memuliakan Tuhan. Saat anak-anak Tuhan mengenal Kristus secara mendalam, yang dimulai dengan bersekutu di dalam penderitaan-Nya, maka kuasa kebangkitan Kristus mulai menghasilkan dampak yang dahsyat dalam kehidupan mereka. Kuasa itu pertama-tama menghasilkan anak-anak Tuhan yang berkemenangan terhadap pergumulan daging, godaan dunia, dan tipu daya iblis yang hendak menyeret mereka kembali terjerumus dalam dosa. Kuasa itu juga akan menjadi daya pendorong yang luar biasa untuk menyaksikan Kristus kepada dunia, disertai demonstrasi kuasa Kristus yang nyata. Diambil dari: Judul buletin: Partner, Tahun XXIII, Edisi 1, Tahun 2009 Penulis: Hans Wuysang Penerbit: Yayasan Persekutuan Pembaca Alkitab, Jakarta Halaman: 1 -- 2 PROFIL BANGSA: BAKUMPAI, INDONESIA Sejarah Mayoritas orang Bakumpai tinggal dekat Sungai Barito, yang mengalir melalui provinsi Kalimantan Tengah. Di Kalimantan bagian selatan, orang Bakumpai tinggal di Distrik Bakumpai, kabupaten Barito Kuala; sementara mereka yang di Kalimantan Tengah tinggal di kabupaten Barito Selatan. Tetangga mereka di selatan adalah orang Banjar dan di utara adalah orang-orang Ngaju dan Maayan. Beberapa ahli berspekulasi bahwa orang Bakumpai adalah salah satu sub-kelompok dari kelompok orang Ngaju, meskipun Bakumpai menganggap mereka sebagai suatu kelompok yang terpisah. Orang Bakumpai adalah satu dari kelompok orang dalam kelompok Barito, yang merupakan bagian dari kelompok etno-linguistik Dayak yang lebih luas. Orang-orang Dayak (kadang-kadang dibagi berdasarkan tempat tinggal, orang Dayak Daratan dan orang Dayak Pantai/laut) cenderung tinggal di sepanjang bantaran Sungai bagian dalam Kalimantan. Suku Dayak mungkin berasal dari Asia Barat sebagai orang-orang Mongolia migran, yang memasuki kepulauan melalui sebelah barat kota pesisir, yang saat ini disebut Martapura (di Kalimantan Selatan). Seperti Apakah Kehidupan Mereka? Wilayah di mana orang Bakumpai tinggal, dilewati oleh banyak sungai. Oleh karena itu, orang Bakumpai telah mengembangkan teknologi untuk transportasi air. Mereka biasanya menggarap sawah karena naik turunnya air sungai. Pekerjaan lain adalah menggarap lahan-lahan non-irigasi, memancing di sungai, berdagang, dan memproduksi peralatan rumah tangga. Meskipun orang Bakumpai dianggap sebagai bagian dari kelompok suku Dayak yang lebih besar, kehidupan sosial budaya mereka lebih banyak dipengaruhi oleh orang Banjar. Zaman dahulu, ketika wilayah Banjarmasin masih di bawah kekuasaan sebuah kerajaan Hindu, sistem sosialnya dipengaruhi oleh sistem kasta berdasarkan agama Hindu. Sistem kekerabatan Bakumpai juga mirip dengan sistem bilateral orang Banjar. Bersama suami, seorang istri menjalankan peranan penting dalam keluarga utama. Menurut tradisi Bakumpai, pasangan suami istri yang baru menikah, bebas untuk memilih tempat tinggal mereka. Mereka boleh memilih untuk tinggal bersama kerabat suami atau istri, atau terpisah dari rumah mereka sendiri. Sistem pembagian warisan cenderung mengikuti aturan-aturan agama Islam. Apakah Kepercayaan Mereka? Pada umumnya, orang Bakumpai adalah pemeluk agama Islam. Pengaruh Islam dapat dilihat hampir di setiap aspek kehidupan mereka. Pengaruh Islam adalah bukti dalam sistem sosial mereka, hubungan-hubungan keluarga yang diperluas, dan bahkan dalam karya-karya seni mereka. Wilayah Marabahan, pusat wilayah di mana orang Bakumpai berdomisili, telah mencetak banyak guru-guru agama Islam terkenal yang telah menyebarkan agama Islam sejauh hulu Sungai Barito. Apakah Kebutuhan-kebutuhan Mereka? Saat ini orang Bakumpai membutuhkan pengembangan teknologi dengan metode-metode pertanian untuk memfasilitasi pembangunan daerah mereka yang berawa-rawa. Hingga kini, sistem irigasi mereka untuk pengolahan sawah, sepenuhnya bergantung pada pasang surutnya air, baik dari laut maupun dari cabang-cabang Sungai Barito. Mereka masih belum memunyai suatu sistem irigasi yang cukup untuk semua kebutuhan mereka, dan masih bergantung pada siklus tersebut. Dalam kerangka meningkatkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat, Bakumpai juga membutuhkan lebih banyak perhatian di bidang kesehatan, klinik, dan tenaga medis. Di samping itu, pengembangan upaya percepatan transportasi mereka sepanjang sungai, dan peningkatan keterampilan tangan mereka akan sangat membantu dalam meningkatkan pendapatan mereka. (tSamuel) Pokok Doa: 1. Doakan agar pemerintah menaruh perhatian terhadap kehidupan dan kebutuhan orang Bakumpai, sebagai bagian dari warga negara Indonesia. 2. Doakan agar kebutuhan orang Bakumpai akan sistem irigasi dan transportasi yang efektif dapat segera terpenuhi. 3. Doakan agar semakin banyak petugas medis yang bersedia ditempatkan di wilayah orang Bakumpai untuk melayani masalah kesehatan mereka. 4. Doakan setiap pelayanan misi bagi orang Bakumpai, agar dapat menjangkau mereka secara efektif dan mengenalkan mereka kepada kasih Yesus. 5. Doakan orang Bakumpai agar membuka diri terhadap pemberitaan Kabar Keselamatan Kristus. Diterjemahkan dari: Nama situs: Joshua Project Alamat URL: http://www.joshuaproject.net/ people-profile.php?rog3=ID&peo3=10597 Judul asli artikel: Bakumpai, Indonesia Penulis: Tidak dicantumkan Tanggal akses: 24 Januari 2011 "THROUGH PRAYER, THE FINITE MAN CAN HELP THE POWER OF THE INFINITE GOD" Kontak: < jemmi(at)sabda.org > Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati (c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/misi > Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |