|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/misi/2013/10 |
|
e-JEMMi edisi No. 10 Vol. 16/2013 (5-3-2013)
|
|
Maret 2013, Vol.16, No.10
______________________________ e-JEMMi _____________________________
(Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
e-JEMMi -- Bukti Jenazah yang Hilang 1
No.10, Vol.16, Maret 2013
Shalom,
Salah satu hal yang sering diperdebatkan oleh orang-orang yang tidak
memercayai kebangkitan Kristus adalah apakah Ia benar-benar bangkit
dari kematian. Sebagian orang beranggapan bahwa kebangkitan Yesus
hanyalah cerita bohong belaka. Apakah benar demikian? Melalui artikel
di edisi 10 dan 11, kita akan melihat fakta dari peristiwa tersebut.
Selamat membaca.
Redaksi e-JEMMi,
Novita Yuniarti
< http://misi.sabda.org/ >
ARTIKEL MISI: BUKTI ATAS JENAZAH YANG HILANG:
APAKAH JENAZAH YESUS BENAR-BENAR HILANG DARI MAKAMNYA? 1
Diringkas oleh: Yudo
Adakalanya jenazah lenyap dalam cerita-cerita detektif dan dalam
kehidupan nyata. Namun, Anda jarang menemui sebuah makam yang kosong.
Masalah yang terjadi dalam kasus Yesus bukanlah bahwa Dia tidak
terlihat. Dia terlihat ketika hidup, ketika mati, dan terlihat ketika
Ia hidup sekali lagi. Jika kita percaya pada catatan Injil, maka
ketika kita melihat makam yang kosong, kita tidak akan memikirkan
tentang jenazah yang hilang. Ini adalah tentang Yesus yang hidup
sampai hari ini, bahkan setelah mengalami kematian yang mengerikan
dengan cara disalib.
Makam yang kosong, sebagai simbol abadi dari kebangkitan, merupakan
gambaran tertinggi dari pernyataan Yesus sebagai Allah dan merupakan
inti dari iman Kristen (1 Korintus 15:17). Kebangkitan merupakan
pertahanan tertinggi mengenai identitas ilahi Yesus dan ajaran yang
diilhamkan-Nya. Ini merupakan bukti kemenangan-Nya atas dosa dan
kematian. Ini merupakan tanda kebangkitan para pengikut-Nya dan dasar
dari pengharapan orang Kristen. Kebangkitan Yesus adalah mukjizat.
Para skeptis mengatakan bahwa tidak terdapat cukup bukti untuk
memperoleh kesimpulan terhadap jenazah Yesus; jenazah Yesus adalah
sebuah misteri. Namun, yang lain menyatakan bahwa kasus ini ditutup
karena ada bukti bahwa makam itu memang benar-benar kosong pada suatu
pagi di hari Paskah. Dan, jika Anda ingin mendengar argumen yang
meyakinkan tentang hal itu, Anda harus menemui William Lane Craig,
salah seorang tokoh yang dikenal paling ahli menjelaskan tentang
misteri kebangkitan Yesus.
Wawancara dengan William Lane Craig, Ph.D., D.Th.
Saya memiliki perspektif yang tidak biasa saat pertama kali melihat
Bill Craig beraksi. Saat itu, saya duduk di belakangnya selagi ia
membela kekristenan di hadapan para pengunjung yang berjumlah sekitar
8.000 orang, belum lagi orang-orang yang mengikuti debat itu melalui
siaran radio.
Saat itu, saya bertindak sebagai moderator dalam sebuah debat terbuka
antara Craig dan seorang ateis yang menjadi juru bicara bagi American
Atheists, Inc.. Saya merasa kagum ketika Craig dengan sopan namun
tegas, membangun argumen yang mendukung kekristenan sembari membongkar
argumen-argumen ateisme. Dari tempat saya duduk, saya dapat melihat
wajah para pengunjung yang hari itu (untuk pertama kalinya) menemukan
bahwa kekristenan dapat bertahan di bawah analisis akal sehat dan
penelitian yang amat cermat.
Di akhir debat terbuka itu, lebih dari 82 persen pengunjung yang
memasuki ruang pertemuan dan mengaku sebagai orang ateis, agnostik,
atau skeptis, pulang dengan suatu kesimpulan bahwa argumen kekristenan
yang mereka dengar malam itu adalah hal yang paling meyakinkan. Empat
puluh tujuh orang yang malam itu masuk ke ruang pertemuan sebagai
orang yang tidak percaya, keluar sebagai orang percaya. Argumen-
argumen Craig tentang imannya sangat meyakinkan -- terutama jika
dibandingkan dengan sedikitnya bukti yang mendukung argumen ateisme.
Jadi, saya pun berangkat ke Atlanta untuk mewawancarainya. Saya
penasaran, bagaimana reaksi Craig ketika saya membawa kasus ini
kepadanya. Penampilan Craig tidak berubah sejak kami bertemu beberapa
tahun lalu. Dengan jenggot hitam pendek, roman wajah yang kurus, dan
tatapan mata yang tegas, ia masih terlihat sebagai seorang sarjana
yang serius. Ia berbicara dalam kalimat yang meyakinkan, tidak pernah
kehilangan pokok pikirannya, dan setia menjawab pertanyaan secara
runtut; poin demi poin, fakta demi fakta. Matanya menari-nari selagi
ia menyusun perbandingan dan teori secara terperinci; ia menjelaskan
kalimat-kalimatnya dengan gerak tangan yang memberi pengertian dan
persetujuan. Suaranya teratur sedemikian rupa, dari yang penuh canda
sampai yang diselubungi kemisteriusan, dan juga dengan suara yang
pelan tetapi penuh kesungguhan.
Ketika berbicara tentang para skeptis yang telah berdebat dengannya,
ia tidak berbicara dengan nada yang sombong atau bermusuhan. Ia
menyebutkan kualitas yang dimiliki orang-orang itu. Ia tidak berusaha
menghantam lawan-lawannya dengan argumen, namun dengan tulus berusaha
memenangkan orang-orang yang diyakininya berarti bagi Allah itu.
Membela Makam yang Kosong
Dengan mengenakan celana blue jeans, kaos kaki putih, dan baju hangat
berwarna biru tua dengan turtleneck berwarna merah, Craig duduk di
sofa di ruang tamunya. Di belakangnya, terdapat sebuah foto besar
pemandangan kota Munich yang dibingkai. Di kota itulah, ia diwisuda
dengan gelar Master of Arts dari Trinity Evangelical Divinity School
dan gelar doktor dalam bidang filsafat dari University of Birmingham,
Inggris. Setelah lulus, ia mengajar di Trinity Evangelical Divinity
School dan melayani sebagai dosen tamu di Higher Institute of
Philosophy di University of Louvain dekat Brussels.
Buku-bukunya meliputi "Reasonable Faith", "No Easy Answers", "Knowing
the Truth about the Resurrection", "The Only Wise God", "The Existence
of God and the Beginning of the Universe", dan (bersama Quentin Smith)
"Theism, Atheism, and Big Bang Cosmology" yang diterbitkan oleh Oxford
University Press. Ia juga memberi sumbangsih pada "The Intellectual
Speak Out about God". "Jesus Under Fire", "In Defense of Miracles" dan
"Does God Exist?" Artikel-artikel ilmiahnya telah diterbitkan dalam
jurnal "New Testament Studies", "Journal for the Study of the New
Testament", "Gospel Perspectives", "Journal of the American Scientific
Affiliation", dan "Philosophy". Ia adalah anggota dari sembilan
perhimpunan profesional, termasuk American Academy of Religion dan
American Philosophical Association. Ia terkenal karena tulisan-
tulisannya yang memberi titik temu antara ilmu pengetahuan, filosofi,
dan teologia.
Apakah Jenazah Yesus Benar-Benar Diletakkan di Dalam Makam?
Sejarah memberi tahu kita bahwa penjahat yang disalib dibiarkan
tergantung agar dimakan burung-burung, atau dilemparkan ke dalam
pemakaman umum. Hal ini mendorong John Dominic Crossan dari Jesus
Seminar liberal menyimpulkan bahwa jenazah Yesus kemungkinan digali
dari makam-Nya dan dimakan oleh anjing-anjing liar. "Berdasarkan
praktik-praktik kebiasaan yang dilakukan pada zaman itu, akankah Anda
mengakui bahwa kemungkinan inilah yang paling mungkin terjadi?" tanya
saya.
"Jika Anda hanya melihat pada praktik-praktik kebiasaan, saya setuju.
Namun, itu akan mengabaikan bukti khusus dalam kasus ini," kata Craig.
"Mari kita melihat bukti khususnya," kata saya. Saya menunjukkan
sebuah permasalahan: "Kitab Injil mengatakan bahwa jenazah Yesus
diserahkan kepada Yusuf dari Arimatea, anggota majelis besar --
Sanhedrin -- yang memutuskan untuk menghukum Yesus. Itu lebih tidak
masuk akal, bukan?"
"Tidak, jika Anda melihat pada semua bukti penguburan. Karena satu
hal, peristiwa penguburan itu disebutkan oleh Rasul Paulus dalam 1
Korintus 15:3-7 ketika ia menyampaikan tentang pengakuan iman gereja
yang pertama. Pengakuan iman ini dicatat pada masa-masa awal dan dapat
dipercaya. Secara mendasar, ini merupakan rumusan dari empat tema.
Tema pertama menunjuk pada penyaliban, kemudian penguburan. Tema
ketiga menunjuk pada kebangkitan, dan yang keempat pada penampakan
Yesus. Seperti yang Anda lihat, tema kedua menegaskan bahwa Yesus
dimakamkan," kata Craig.
Craig sependapat dengan para ahli bahwa pengakuan iman ini telah
diberikan kepada Paulus setelah pertobatannya di Damaskus, atau dalam
kunjungannya ke Yerusalem ketika ia berjumpa dengan Rasul Yakobus dan
Petrus.
"Dia mungkin dimakamkan, tetapi apakah ditaruh dalam sebuah makam?
Apakah melalui Yusuf dari Arimatea, tokoh misterius yang meminta
jenazah-Nya?" tanya saya.
"Pengakuan iman ini merupakan rangkuman yang sesuai dengan tema-tema
yang diajarkan Kitab Injil. Saat kita melihat Kitab Injil, kita
menemukan pengesahan yang banyak dan independen tentang kisah
penguburan ini, dan Yusuf dari Arimatea disebutkan pada keempat
catatan Injil tersebut. Yang paling utama dari itu, kisah penguburan
dalam Injil Markus ditulis paling awal, sehingga catatan itu tidak
mungkin merupakan kesalahan yang ditimbulkan oleh `pelegendaan`,"
Craig menjelaskan.
"Bagaimana Anda bisa mengatakan bahwa catatan itu ditulis paling
awal?" tanya saya.
"Ada dua alasan. Pertama, Injil Markus dianggap sebagai Kitab Injil
yang paling awal. Kedua, Kitab Injil yang ditulis Markus pada dasarnya
terdiri dari anekdot-anekdot singkat tentang Yesus, lebih seperti
mutiara-mutiara pada seuntai tali daripada sebuah narasi bersambung
yang mulus. Namun, jika Anda sampai pada minggu terakhir dari hidup
Yesus atau minggu sengsara-Nya, Anda pasti menemukan narasi mengenai
peristiwa-peristiwa yang berurutan. Kisah kesengsaraan Yesus ini
tampaknya diambil oleh Markus dari sumber yang bahkan lebih tua lagi,
dan sumber itu mencakup kisah tentang Yesus yang dimakamkan di dalam
sebuah makam."
Apakah Yusuf dari Arimatea Ada dalam Sejarah?
"Markus mengatakan bahwa seluruh Sanhedrin memutuskan untuk menghukum
Yesus. Jika itu benar, ini berarti bahwa Yusuf dari Arimatea
memberikan suaranya untuk membunuh Yesus. Bukankah ini menunjukkan
sangat tidak mungkin bahwa ia datang untuk memberikan sebuah
penguburan terhormat untuk Yesus?" tanya saya.
"Lukas mungkin merasakan ketidaknyamanan yang sama, yang akan
menjelaskan mengapa ia menambahkan satu rincian penting -- Yusuf dari
Arimatea tidak hadir ketika pengambilan keputusan secara resmi itu
diambil. Namun, poin yang penting mengenai Yusuf dari Arimatea adalah
ia bukanlah tokoh yang diciptakan oleh legenda Kristen atau para
penulis Kristen," kata Craig.
"Mengapa tidak?" tanya saya.
"Orang Kristen mula-mula marah terhadap para pemimpin Yahudi yang
telah menghasut penyaliban Yesus. Mustahil orang Kristen mula-mula
menciptakan tokoh yang berasal dari golongan pemimpin Yahudi yang
berbuat benar, dengan memberikan penguburan yang terhormat bagi Yesus
-- terutama ketika semua murid Yesus meninggalkan Dia! Jadi, Yusuf
adalah tokoh yang benar-benar ada dalam sejarah. Jika penguburan oleh
Yusuf adalah legenda yang dikembangkan kemudian, Anda akan berharap
untuk menemukan tradisi-tradisi penguburan tandingan lainnya tentang
apa yang terjadi pada jenazah Yesus. Akan tetapi, Anda tidak akan
menemukan hal itu. Hasilnya, mayoritas ahli Perjanjian Baru sepakat
bahwa catatan tentang penguburan Yesus dapat dipercaya. John
A.T.Robinson, seorang ahli Perjanjian Baru dari Cambridge University,
mengatakan bahwa penguburan Yesus yang terhormat merupakan salah satu
dari fakta terawal dan yang paling terbukti kebenarannya, yang kita
miliki tentang Yesus yang bersejarah," kata Craig.
"Meski pengakuan iman mengatakan Yesus disalibkan, dimakamkan, dan
kemudian dibangkitkan, tetapi dalam pengakuan itu tidak disebutkan
bahwa makamnya kosong. Tidakkah ini menyisakan ruang bagi kemungkinan
kebangkitan Yesus hanyalah kebangkitan dalam natur rohani, sementara
tubuh Yesus masih ada di dalam makam?" tanya saya.
"Pengakuan iman menyatakan bahwa makamnya kosong. Orang-orang Yahudi
memiliki konsep fisik tentang kebangkitan. Bagi mereka, objek utama
dari kebangkitan adalah tulang-tulang dari orang yang meninggal --
bukan dagingnya, yang menurut anggapan mereka adalah bagian yang dapat
hancur. Setelah daging jenazah membusuk, orang-orang Yahudi akan
mengumpulkan tulang-tulang dari jenazah tersebut dan menaruhnya di
dalam kotak untuk disimpan sampai kebangkitan di hari kiamat, ketika
Allah membangkitkan orang-orang Israel yang dibenarkan dan mereka akan
berkumpul bersama dalam kerajaan Allah. Dalam pengertian ini, pendapat
yang mengatakan bahwa seseorang yang dibangkitkan dari kematian, namun
tubuhnya masih tertinggal di dalam makam hanya akan menjadi
kontradiksi bagi orang-orang Yahudi mula-mula. Jadi, ketika pengakuan
iman Kristen mula-mula ini mengatakan bahwa Yesus dimakamkan lalu
bangkit pada hari yang ketiga, pengakuan ini secara tidak langsung,
namun cukup jelas, berkata, "Makam itu kosong," jelas Craig.
Seberapa Amankah Makam Itu?
Setelah mendengarkan bukti bahwa Yesus pernah berada di dalam makam
tersebut, penting untuk mengetahui seberapa aman makam-Nya dari
pengaruh-pengaruh luar. Semakin ketat penjagaannya, semakin kecil
kelihatannya jenazah bisa dirusak. "Bagaimana makam Yesus dijaga?"
saya bertanya.
"Di depan makam itu terdapat lekukan horisontal yang mengarah ke
bawah, ke jalan masuk yang rendah. Kemudian, ada sebuah batu besar
berbentuk piringan yang digulingkan ke dalam alur lekukan ini,
piringan batu inilah yang menutupi pintu itu. Sebuah batu yang lebih
kecil dipakai untuk mengunci piringan batu tersebut. Meskipun menutup
makam dengan batu besar itu tergolong mudah, tetapi dibutuhkan
beberapa laki-laki untuk membukanya kembali. Dalam hal demikian, makam
itu cukup aman," ujar Craig.
Saya tahu bahwa beberapa orang skeptis berusaha menyatakan keraguan
atas kepercayaan umum bahwa di sekeliling makam Yesus diawasi secara
ketat oleh para tentara Romawi yang sangat disiplin, yang akan
mengalami kematiannya sendiri jika mereka gagal dalam tugas. "Apakah
Anda yakin di sana terdapat para penjaga Romawi?" tanya saya.
"Hanya Matius yang mencatat bahwa para penjaga ditempatkan di sekitar
makam. Namun, dalam peristiwa apa pun, saya tidak berpikir bahwa kisah
penjaga adalah sesuatu yang penting sebagai bukti kebangkitan. Untuk
sebuah alasan, hal tersebut terlalu diperdebatkan. Saya mendapati
bahwa lebih bijaksana mendasari argumen pada bukti yang sudah diterima
secara luas oleh sebagian besar ahli Alkitab. Jadi, kisah penjaga
lebih baik dikesampingkan," kata Craig.
"Bukankah itu melemahkan perkara Anda?" tanya saya.
"Kisah penjaga mungkin merupakan sesuatu yang penting pada abad ke-18,
ketika berbagai kritik yang beredar membuat kesan bahwa para murid
mencuri jenazah Yesus, namun tidak ada orang yang mendukung teori itu
hari ini. Jika Anda membaca Perjanjian Baru, tidak ada keraguan bahwa
para murid sungguh-sungguh percaya tentang kebenaran kebangkitan yang
mereka proklamasikan hingga kematian mereka. Gagasan bahwa makam
kosong merupakan hasil dari cerita bohong, konspirasi, atau pencurian
sudah tidak ada hari ini, sehingga kisah mengenai keberadaan penjaga
makam itu juga menjadi kurang penting." (tJing Jing)
[Bersambung ke edisi 11]
Diterjemahkan dan diringkas dari:
Judul buku: The Case for Christ
Judul asli artikel: The Evidence of the Missing Body: Was Jesus` Body
Really Absent from His Tomb?
Penulis: Lee Strobel
Penerbit: Zondervan, Grand Rapids, Michigan 2003
Halaman: 205 -- 223
Kontak: jemmi(at)sabda.org
Redaksi: Yudo, Amy G., Yulia, dan Novita Y.
Berlangganan: subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/misi/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |