Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/382

KISAH edisi 382 (7-1-2015)

Jim Yost - Hati Misi yang Melekat bagi Suku Sawi, Papua

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                   Edisi 382, 07 Januari 2015

KISAH -- Jim Yost - Hati Misi yang Melekat bagi Suku Sawi, Papua
Edisi 382, 7 Januari 2015


Salam kasih,

Ladang pelayanan Tuhan sangatlah luas, bahkan ada banyak orang yang 
masih belum terjamah oleh Injil. Seorang misionaris memiliki tugas 
untuk memberitakan Injil kepada mereka. Hal serupa dilakukan oleh Jim 
Yost, seorang misionaris yang pernah ditugaskan untuk melakukan 
pelayanan di Korea dan Jepang. Ketika melakukan pelayanan di dua 
negara itu, hatinya mengalami pergumulan. Jim Yost berdoa dan minta 
pertolongan Tuhan, di mana ia akan Tuhan tempatkan. Lalu, Tuhan 
memberikan petunjuk dan menugaskannya untuk pelayanan di Papua. Di 
sana, ia mengalami banyak sekali kesulitan, tetapi Tuhan selalu 
menjaga dan melindunginya. Silakan menyimak kisah selengkapnya dalam 
KISAH edisi 382 kali ini. Kiranya kisah pelayanan Jim Yost menjadi 
berkat bagi Anda. Tuhan Yesus memberkati.

Staf Redaksi KISAH,
Yans
< http://kesaksian.sabda.org/ >


                            AWAL YANG BARU
                         Ditulis oleh: Amidya

Bacaan: Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang 
sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat 
jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara. (Yesaya 
43:19)

Awal yang baru bukanlah sebuah hal yang mustahil. Bangsa Israel pernah 
merasakan sebuah pengalaman di mana mereka dimurnikan menjadi sebuah 
bangsa dan menuju kepada pembaruan. Pada tahun 586 sM, Nebukadnezar, 
Raja Babilonia, menduduki Israel dan membuang penduduk Kerajaan Yehuda 
ke Babel.

Melalui Nabi Yesaya, Allah mendorong bangsa Yehuda yang tengah berada 
dalam pembuangan untuk memikirkan suatu awal yang baru. Pada saat itu, 
mereka memang sedang menerima hukuman dari Allah, tetapi ada kebaikan 
di balik hukuman yang telah Allah berikan. Allah mengingatkan kembali 
bagaimana Ia menolong mereka keluar dari tanah perbudakan, Mesir. 
Kini, Allah menghukum mereka dan membuang mereka selama 70 tahun ke 
Babel. Namun, Allah berjanji bahwa Ia memiliki rancangan damai 
sejahtera bagi umat yang dikasihi-Nya.

Bersama Allah, kehidupan kita dapat mengalami satu awal yang baru. 
Dialah yang menolong kita dan melepaskan kita dari pengalaman masa 
lalu. Hubungan yang terjalin dengan Allah akan memberikan suatu 
pengharapan yang baru bagi semua orang yang percaya kepada-Nya.

"Allah akan memperbarui kita jika kita berpegang dan berserah kepada-
Nya."


        JIM YOST - HATI MISI YANG MELEKAT BAGI SUKU SAWI, PAPUA
                         Ditulis oleh: Amidya

James Allan Yost adalah seorang Kristen berwarga negara Amerika yang 
terpanggil untuk melayani Tuhan sebagai seorang misionaris. Lahir di 
keluarga Kristen, ternyata jalan kehidupan James Allan Yost penuh liku 
dan pernah membuatnya berjalan di luar kebenaran Kristus. Sosok yang 
kemudian akrab dipanggil Jim Yost ini rupanya berhasil keluar dari 
pergumulannya, dan kini ia menjadi seorang misionaris yang hatinya 
melekat bagi suku Sawi di Papua, Indonesia.

Jim Yost adalah seorang yang lahir dan dibesarkan dalam keluarga 
Kristen. Ibunya adalah seorang Kristen yang sangat taat. Sebuah 
peristiwa besar terjadi dalam hidup Yost ketika ia berusia 13 tahun. 
Pada saat itu, ayahnya dipanggil pulang ke rumah Bapa. Masa remaja 
tanpa sosok seorang ayah membuat Jim Yost terjatuh. Ia mulai mengenal 
dunia kelam remaja dan memakai narkotika. Hari demi hari, Jim Yost 
terjerat dalam dunia narkotika dan obat bius tidak bisa lepas dari 
dirinya. Lantaran ketagihan obat bius, Yost harus meringkuk di 
penjara. Ia merasa bahwa tidak ada lagi kedamaian di dalam hatinya. 
Akan tetapi, sinar pengharapan selalu ada, Allah mengubah Jim menjadi 
pribadi yang baru. Allah menangkapnya untuk masuk ke dalam rencana-Nya 
yang kudus. Kehidupan lama yang dialami oleh Jim Yost telah diubahkan 
Allah menjadi kehidupan yang baru dalam Kristus.

Semula Jim Yost tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang 
misionaris. Jim Yost juga tidak berpikir bahwa dirinya akan pergi 
begitu jauh hingga ke ujung bumi, yaitu Papua. Perjalanan misi Jim 
Yost dimulai saat ia menjadi mahasiswa di salah satu seminari di 
California, Amerika Serikat. Di seminari itu, Jim Yost sebenarnya 
hanya ingin belajar selama satu tahun, akan tetapi entah mengapa, Yost 
justru terus belajar dan melewati masa kuliah selama empat tahun. Di 
seminari itu, Yost diajar oleh rektornya yang merupakan mantan 
misionaris di Jamaika. Pelajaran misiologi begitu ditekankan dan masuk 
dalam kurikulum pembelajaran di seminari tersebut. Semula, Yost tidak 
pernah berpikir untuk menjadi seorang misionaris, tujuannya adalah 
untuk belajar Alkitab dan menjadi seorang gembala jemaat di 
California.

Pada tahun ketiga mengikuti masa kuliah, Jim Yost bertemu dengan 
seorang gembala sidang di Oregon, Amerika Serikat. Orang itu adalah 
seorang misionaris yang baru saja kembali dari perjalanan misinya di 
Thailand, dan ia bermisi di Thailand selama 30 tahun. Jim Yost bekerja 
sama dengan misionaris itu selama dua bulan. Selama dua bulan itulah, 
Tuhan menaruh visi untuk bermisi ke dalam hati Jim Yost.

Mendekati akhir masa perkuliahan, sebagai praktik pelayanan seluruh 
mahasiswa harus pergi ke luar negeri untuk bermisi. Jim Yost dikirim 
untuk pelayanan misi ke Korea Selatan dan Jepang. Tujuan praktik 
pelayanan ini adalah untuk mencari peneguhan dan panggilan Tuhan 
sehingga setiap mahasiswa akan tahu dengan pasti ke mana mereka akan 
pergi untuk melayani. Jim Yost berada satu bulan di Korea Selatan dan 
satu bulan di Jepang. Di Korea, ia merasa sangat senang karena ia 
melihat gereja yang berkembang dengan pesat. Akan tetapi, ia merasa 
bahwa panggilan Tuhan belum datang kepadanya ketika ia berada di 
Korea. Perjalanan misi Jim Yost dilanjutkan ke Kyoto, Jepang. Kota 
Kyoto adalah pusat penyembahan patung terbesar di Jepang. Di sana, ia 
berdoa semalam-malaman, dalam doanya ia berkata kepada Tuhan, "Tuhan, 
aku tidak suka tinggal di negeri asing. Aku tidak suka makan makanan 
yang aneh. Aku tidak bisa berkomunikasi karena bahasa mereka berbeda 
denganku. Aku tidak mampu. Aku tidak akan bisa menjadi seorang 
misionaris."

Dari doa itu, Tuhan menjawabnya dengan tegas, "Jim, engkau tidak bisa 
menjadi seorang misionaris, tetapi aku bisa menjadikanmu seorang 
misionaris."

Mulai saat itu, Jim Yost yang fasih berbahasa Indonesia sadar, dan ia 
tidak mau bergantung pada kemampuan dan keinginannya sendiri. Ia sadar 
dan hanya ingin bergantung pada kehendak Tuhan. Ia merasa bahwa 
bersama Tuhan, ia yakin bahwa akan datang suatu hari ketika Tuhan akan 
membawanya keluar dari Amerika dan melayani di luar negeri. Ia sangat 
percaya bahwa pintu akan dibukakan dan hal itu pasti akan terjadi.

Usai menyelesaikan praktik pelayanan di Korea dan Jepang, Jim dan 
istrinya kembali ke bangku kuliah untuk belajar ilmu bahasa dan 
Misiologi selama satu tahun di Fuller Seminary, Los Angeles, Amerika 
Serikat. Tanpa disangka, ilmu bahasa yang ia ambil di bangku kuliah 
adalah sebuah persiapan awal yang dipakai untuk menerjemahkan Alkitab 
ke dalam bahasa suku terasing di Papua, Indonesia.

"Aku mau melakukan pelayanan di mana orang lain tidak mau 
melakukannya. Di mana ada ladang pelayanan yang tidak diinginkan orang 
lain atau tidak bisa dilaksanakan orang lain, aku akan masuk ke sana," 
kata Jim. Lalu, dengan berdoa dan bergumul kepada Tuhan, Jim dan 
istrinya mulai membaca buku mengenai Papua, mengumpulkan berbagai 
informasi mengenai topografi, iklim, geografis, dan kebudayaan 
masyarakat Papua. Setelah membaca beberapa buku, Tuhan taruhkan misi 
ke dalam hati Jim Yost dan ia memutuskan untuk pergi sebagai seorang 
misionaris bagi suku Sawi di Papua.

"Saat kami turun dari pesawat yang membawa kami, semua orang 
mengerumuni kami dengan keheranan. Tubuh kami diraba-raba dan akhirnya 
kami dibawa ke perkampungan mereka. Rupanya, mereka sudah menyiapkan 
sebuah pesta untuk menyambut kedatangan kami. Untuk menghormati kami 
sebagai tamu, mereka memberikan makanan khas, yaitu ulat sagu yang 
harus kami makan hidup-hidup!" katanya sambil memperagakan cara 
memasukkan ulat yang menjijikkan itu ke dalam mulutnya.

Lebih lanjut, Jim Yost menceritakan hari pertama ketika ia dan 
istrinya menginjakkan kaki di bumi Papua. "Kami tahu di sana sering 
terjadi perang suku, tetapi tidak tahu kalau pada hari pertama kami 
datang ada perang sungguhan di depan mata kami. Kejadian itu sangat 
mengejutkan kami. Namun, di saat yang amat genting itu, Roh Allah 
memberikan keberanian kepada kami sehingga kami tidak merasa takut 
sama sekali. Saya bergerak ke kanan, istri saya ke kiri. Kami berusaha 
sekuat tenaga untuk menghentikan perang tersebut dengan cara 
mematahkan panah, lembing, tombak, dan alat-alat perang lainnya 
semampu kami." Dalam tahun-tahun pertama, mereka berada di sana, 
mereka sering kali menghadapi peperangan antar suku. Kemudian, banyak 
sekali tantangan yang dihadapi mereka selama di sana, yaitu ketika Jim 
terserang malaria dan nyaris mati. Tidak hanya sekali Jim terserang 
malaria, ia mengaku bahwa ia sudah berkali-kali terserang malaria dan 
penyakit itu nyaris merenggut nyawanya.

Mengabarkan berita keselamatan kepada suku Sawi tidaklah mudah. 
Bertahun-tahun Jim dan istrinya mengajar mereka untuk percaya kepada 
Tuhan Yesus, tetapi tidak satu pun yang mau percaya. Sementara itu, 
istri Jim bekerja di poliklinik, menolong orang-orang yang sakit. 
Kebanyakan orang-orang Sawi itu sakit borok di kaki, sampai kelihatan 
tulangnya. Dengan penuh kasih, mereka diobati atau disuntik dan 
didoakan. Ajaib, dalam waktu dua tiga hari penyakit itu sembuh.

Kini, Jim Yost sudah 20 tahun melayani suku Sawi. Separuh hidupnya ia 
berikan sepenuhnya bagi suku Sawi. Penginjilan kepada suku ini memang 
tidak mudah. Selama bertahun-tahun bermisi dan berkhotbah di tempat 
ini, tidak ada seorang pun yang menghiraukannya. Akan tetapi, 
perlahan, Tuhan mulai membukakan jalan dan banyak masyarakat Sawi yang 
dimuridkan oleh Jim Yost. Jim Yost tidak hanya mengupayakan untuk 
memberitakan Injil kepada mereka, tetapi bersama dengan istrinya, ia 
membuka poliklinik, sekolah gratis bagi anak-anak Sawi, dan upaya 
untuk dapat menyejahterakan kehidupan masyarakat suku Sawi.

Dalam setiap pelayanan yang ia lakukan, Jim Yost begitu terbeban bagi 
masyarakat Sawi dan Papua yang terisolasi dari dunia luar, minimnya 
berbagai sarana dan prasarana bagi mereka, dan begitu lambannya 
pendidikan di sana. Akan tetapi, dengan sepenuh hati, ia mau berdiri 
bagi mereka, menjadi bapa bagi mereka dan senantiasa memberitakan 
Kristus kepada mereka semua, sehingga bumi Papua penuh dengan orang-
orang yang berdiri sebagai pengikut Kristus. Papua penuh dengan 
kemuliaan Tuhan.

Sumber bacaan:
1. _____, "Pelayanan Jim Yost di Papua". 
   Dalam http://pentas-kesaksian.blogspot.com/2007/03/pelayanan-jim-yost-di-papua.html
2. _____, "Jim Yost 17 tahun Menyatu dengan Suku Sawi". 
   Dalam http://gfreshmagazine.blogspot.com/2013/05/jim-yost-17-tahun-menyatu-dengan-suku.html 
3. _____, "Dvd Audio Kesaksian Jim Yost dalam rangka launching Alkitab TSI".


POKOK DOA

1. Mari kita berdoa kepada Tuhan Yesus, kiranya Jim Yost selalu diberi 
   kesehatan, kemampuan, dan kesabaran hati untuk selalu melayani 
   Tuhan di Papua. Juga, mari kita berdoa untuk pergumulan pelayanan 
   di sana.

2. Mari kita berdoa kepada Tuhan Yesus untuk suku Sawi di Papua yang 
   dilayani oleh para pelayan Tuhan di sana, agar mereka luluh hatinya 
   dan mau mengikut ajaran Tuhan Yesus serta berserah kepada Tuhan.

3. Mari kita berdoa kepada Tuhan Yesus untuk kesejahteraan pelayan 
   Tuhan di sana serta usaha-usaha pelayanan yang di lakukan, agar 
   menjadi berkat untuk masyarakat dan kemuliaan Allah menyelimuti 
   mereka.


"Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk 
memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, 
jika aku tidak memberitakan Injil." (1 Korintus 9:16)

< http://alkitab.mobi/?1Korintus+9:16 >
< http://alkitab.sabda.org/?1Korintus+9:16 >


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Amidya, Bayu, dan Yans
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org