Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/374

KISAH edisi 374 (3-9-2014)

Toyohiko Kagawa "Jadikan Aku Seperti Kristus"

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                   Edisi 374; 3 September 2014
                    
KISAH -- Toyohiko Kagawa "Jadikan Aku Seperti Kristus"
Edisi 374; 3 September 2014


Salam Kasih,

Setiap orang tentu ingin menjadi orang yang berdampak bagi diri 
sendiri, keluarga, gereja, orang lain, dan negaranya. Begitu juga 
dengan orang Kristen saat ini. Pertanyaan besar selalu muncul dalam 
benak kita, "Sudahkah kita menjadi orang yang berdampak?" Menjadi 
seorang pengikut Kristus bukanlah hal yang mudah; kita harus menjadi 
teladan dalam berpikir, bertutur kata, dan berperilaku sehari-hari. 
Kisah yang demikian akan kami sajikan dalam edisi KISAH kali ini. 
Biarlah kita bersama mengenal perjalanan seorang yang bernama Toyohiko 
Kagawa. Orang yang selalu ingin menjadi seperti Kristus dan melakukan 
apa yang Kristus telah lakukan.

Pada kesempatan kali ini, saya juga ingin memperkenalkan diri saya, 
Amidya, yang menggantikan saudara Sigit sebagai Pemimpin Redaksi 
Publikasi KISAH mulai bulan September 2014. Mari kita menjadi saksi 
Kristus dan menjadi pelaku-pelaku firman. Tuhan Yesus Memberkati.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Amidya
< amidya(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/ >


         TOYOHIKO KAGAWA "JADIKAN AKU SEPERTI KRISTUS"

Toyohiko Kagawa lahir di Kobe, 10 Juli 1888. Bapaknya adalah seorang 
politikus dan pembesar di Jepang. Namun, ibunya adalah seorang geisha. 
Kagawa lahir dari hubungan terlarang kedua orang tuanya pada waktu 
itu. Ibunya meninggal sewaktu Kagawa masih kecil, yaitu ketika ia 
berusia empat tahun. Semenjak kematian ibunya, Kagawa diasuh oleh 
kakek dan nenek tirinya di desa Awa. Nenek tirinya adalah seorang yang 
kejam sehingga Kagawa mendapat perlakuan yang buruk. Kagawa menjalani 
masa kecilnya dengan keadaan dan tekanan yang sangat berat.

Setelah Kagawa menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di Awa, ia 
dikirim untuk belajar di kota bersama pamannya. Lagi-lagi, di sekolah, 
ia kurang disukai oleh teman-temannya karena ia tidak mau mengikuti 
perilaku buruk teman-temannya seperti berjudi, mencuri, dan pergi ke 
tempat-tempat pelacuran. Dengan semuanya itu, Kagawa berubah menjadi 
pribadi yang pemurung.

Ketika dilihat oleh pamannya bahwa Kagawa adalah seorang yang cerdas, 
ia mengirim Kagawa belajar bahasa Inggris pada seorang pendeta Gereja 
Presbiterian, yang bernama Katayama, tetapi Kagawa menyebutnya Dr. 
Harry Myers. Sejak saat itulah, Kagawa mengenal kekristenan. Ia mulai 
berdoa sekalipun ia belum menjadi Kristen. Ayat-ayat Alkitab mulai ia 
hafalkan, terutama mengenai Khotbah di Bukit. Ia ingin menjadi sama 
seperti Kristus. Setiap kali berdoa, Kagawa selalu meminta dalam 
doanya seperti ini, "Jadikanlah aku seperti Kristus." Akhirnya, pada 
usia 15 tahun, tanpa sepengetahuan pamannya, ia dibaptis dan menjadi 
Kristen.

Setelah lulus sekolah menengah, pamannya menyuruh melanjutkan sekolah 
di Imperial University, tetapi Kagawa menolaknya dan menyatakan bahwa 
ia telah menjadi seorang Kristen. Mendengar hal tersebut, ia diusir 
oleh pamannya. Kagawa kemudian ditampung oleh Dr. Myers dan Myers 
menyekolahkan Kagawa di Presbyterian College di Tokyo pada tahun 1905. 
Ia menaruh perhatian pada filsafat, masalah sosial seluruh bidang 
hidup manusia, terutama menyangkut tindakan-tindakannya. Pada tahun 
kedua di sekolah tersebut, Kagawa terserang penyakit TBC, dan terpaksa 
meninggalkan sekolah dan pergi ke suatu desa pantai terpencil. Dalam 
penyakit yang sedang ia derita, Kagawa tetap berusaha untuk 
mengabarkan Injil kepada para nelayan dan masyarakat di desa itu.

Setelah ia sembuh dari penyakitnya, ia memutuskan untuk melanjutkan 
pendidikannya di Seminari Theologi di kota Kobe. Kagawa mulai terjun 
melayani orang-orang miskin. Bahkan, sejak Natal tahun 1909, ia 
memutuskan untuk tinggal bersama orang-orang miskin di daerah kumuh 
yang bernama Shinkawa. Di sini, Kagawa tinggal dalam sebuah gubuk 
darurat berukuran 2 x 2 meter. Dalam tempo yang tidak begitu lama, 
penghuni gubuk ini menjadi lima orang. Kagawa melayani mereka dengan 
penuh kasih. Saat ia masih meneruskan sekolahnya, beasiswa yang ia 
dapatkan justru ia gunakan untuk menghidupi lima orang yang tinggal di 
rumahnya. Kagawa menikah dengan Maruko Shiba, seorang karyawati sebuah 
perusahaan penjilidan. Wanita ini mengabdikan seluruh hidup dan 
pelayanan bersama dengan suaminya sampai akhir hidupnya.

Usaha-usaha Kagawa terhenti sebentar karena ia harus melanjutkan 
pendidikan ke Amerika di Universitas Princeton setelah pendidikan 
seminarinya selesai kira-kira pada tahun 1914 -- 1917. Usai 
menyelesaikan sekolah di Amerika, Kagawa memutuskan untuk kembali lagi 
ke Shinkawa. Kesadaran kaum pekerja mulai timbul pada tahun 1921 
ketika kaum buruh dari galangan kapal Kawasaki dan Mitsubishi di Kobe 
mengadakan mogok kerja. Puncak kegiatan Kagawa dalam bidang sosial 
adalah ketika ia mulai suatu gerakan yang disebut "Gerakan Kerajaan 
Allah". Usaha tersebut dimulai dengan kampanye-kampanye yang diadakan 
serentak di enam kota terbesar di Jepang.

Gerakan ini berusaha mengabarkan Injil kepada tiap kelompok dan 
golongan seperti petani, buruh industri dan pabrik, nelayan, buruh 
tambang, pekerja di bidang transportasi, buruh atau tenaga kerja kasar 
bidang pekerja umum. Gerakan ini juga disebut gerakan pekabaran Injil, 
sekaligus gerakan perbaikan sosial. Gerakan ini juga dimaksudkan untuk 
menciptakan persaudaraan baru dengan membentuk pelbagai macam 
perhimpunan kaum buruh yang bersifat koperasi. Dalam kampanyenya, 
Kagawa mengkritik gereja dengan pedas, antara lain: Kejahatan gereja 
terbesar pada abad ini ialah bahwa walaupun di antara anggota-
anggotanya terdapat banyak pengangguran, orang miskin, dan orang kelas 
paling bawah yang tidak memiliki hak-hak apa pun, tetapi gereja sering 
tidak mengulurkan tangannya untuk mengangkat mereka.

Menurut Kagawa, ada tiga ciri kehidupan utama pada abad ke-20 
dipandang menjadi pokok utama yang mengacaukan hidup di dunia ini. 
Pertama adalah pemusatan penduduk di kota-kota, yang disertai 
bertambahnya bahaya fisik, moral, dan psikologis. Kedua, konsentrasi 
peralatan mesin dan pertuanan mesin atas manusia. Ketiga, pemusatan 
modal di tangan segelintir orang, yang mengakibatkan pembagian yang 
makin tidak adil, eksploitasi, kemiskinan, dan determinasi ekonomi. 
Oleh sebab itu, dibutuhkan rekonstruksi sosial dengan jalan perubahan 
dan organisasi tanpa melalui kekerasan dan perusakan.

Kagawa ingin mewujudkan suatu masyarakat Kristen; dan menjadikan 
seluruh dunia sebagai masyarakat Kristen yang didasarkan pada kasih 
dan salib Kristus. Kagawa banyak mengadakan perjalanan ke luar negeri 
untuk mempropagandakan gerakannya itu. Kasih dan salib Kristus itu 
Kagawa wujud nyatakan dalam gerakan anti alkohol dan rokok. Kagawa 
juga meyakinkan pemerintah Jepang untuk membuat Undang-undang 
Perburuhan dan ia juga memberikan aspirasi kepada pemerintah untuk 
membangun ratusan ribu rumah sederhana bagi keluarga yang 
berpenghasilan rendah.

Kagawa dikenal sebagai Ibu dari gerakan buruh di Jepang, seorang 
pendiri Serikat Buruh yang pertama di Jepang, dia juga dikenal sebagai 
salah seorang tokoh sosialis Jepang pertama yang berseru dengan suara 
nyaring melawan materialisme, kapitalisme, perjuangan kelas, 
kekerasan, dan pengertian agama statis.

Hal penting yang disumbangkan oleh Kagawa bagi kekristenan, terutama 
bagi kaum kapitalis, adalah untuk menurunkan tingkat penghidupan 
mereka sampai pada ukuran minimal yang terdapat di kalangan rakyat, 
untuk mengabdikan seluruh modal usaha yang ia miliki untuk 
meningkatkan seluruh jenjang hidup sosial, dengan kata lain 
meninggalkan motif tamak yang menjadi kebiasaan kapitalis lainnya.

Toyohiko Kagawa memiliki rasa nasionalisme yang tinggi sehingga 
membuat dirinya dikenal bukan hanya oleh kaum buruh dan orang miskin 
semata. Kagawa juga dapat memberikan dampak yang luar biasa dalam 
mengubah cara berpikir orang Jepang dengan mengatakan bahwa pembebasan 
terhadap kaum buruh adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan 
daerah Shinkawa yang terkenal sebagai pusat dari kejahatan yang 
terjadi di Jepang.

Cinta yang tulus oleh seorang yang bernama Kagawa dapat mengubah suatu 
kehidupan yang begitu keras dan menakutkan menjadi suatu keakraban 
yang luar biasa. Sebab, Kagawa tidak memandang status kehidupan orang 
yang akan dilayani. Pengalaman kehidupannya yang sangat buruk, yang ia 
lalui, menjadi pelajaran yang sangat berharga baginya dalam melayani 
orang-orang yang hampir sama hidupnya dengan dirinya. Mereka adalah 
orang-orang yang terbuang, dianggap tidak berguna tetapi yang kemudian 
memberikan pengaruh yang luar biasa.

Dalam keadaan sakit, Kagawa terus berjuang bagi penduduk di Shinkawa 
dan terus bersemangat dalam mengabarkan Injil. Memasuki usia tua, 
Kagawa dinyatakan 70% buta karena terkena penyakit trachoma. Karya 
Kagawa terlalu banyak untuk dicatat di sini. Namun, yang membekas di 
hati orang Jepang di zamannya bukanlah sosok Kagawa yang hebat, 
melainkan Kagawa yang lembut dan murah hati. Kagawa yang memberi 
selimut satu-satunya kepada seorang pengemis di malam yang sangat 
dingin. Kagawa yang dipukul babak belur oleh beberapa penjudi yang 
memerasnya. Kagawa yang mendamaikan dua orang pemabuk yang hampir 
saling bunuh dengan menggunakan senjata tajam. Kagawa yang memeluk 
seorang anak kecil yang menangis di depan ibunya yang terkapar karena 
kusta. Kagawa yang mencampur semangkuk nasinya dengan air sepanci 
supaya nasi yang hanya sedikit itu bisa menjadi lima mangkuk bubur 
cair untuk lima orang miskin.

Itulah seseorang yang bernama Toyohiko Kagawa. Seorang yang terus 
berdoa dan mengucapkan bahwa dirinya ingin sama seperti Kristus, 
melakukan apa yang Kristus telah lakukan bagi dunia dan manusia. 
Walaupun dalam keadaan sakit-sakitan, ia berusaha mendedikasikan 
kehidupan hanya untuk Kristus Yesus dengan mengabarkan kebenaran Injil 
kepada orang-orang yang terbuang.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: http://id.answers.yahoo.com/
Alamat URL: http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20110421070750AAfiCwX
Penulis artikel: Adi Suputra dan William King
Tanggal akses: 13 Maret 2014


POKOK DOA

1. Berdoa bagi setiap jemaat Kristen supaya bisa menjadi orang Kristen 
yang berdampak bagi sesamanya, bangsa, dan negara sehingga nama Tuhan 
terus dipermuliakan dalam setiap kehidupan kita.

2. Berdoa bagi tokoh-tokoh Kristen di Indonesia sehingga semakin 
banyak tokoh Kristen seperti Toyohiko Kagawa yang memberi hidupnya 
untuk melayani Tuhan dan melayani sesama.

3. Doakan setiap orang Kristen di Indonesia supaya selalu bertumbuh 
dan berbuah dalam pengenalan akan Kristus. Menyatakan diri sebagai 
murid Kristus dan menjadi saksi-saksi Kristus yang setia.


"Kita menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Allah lebih kuat. 
Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya." 
(1 Yohanes 5:9 ) < http://alkitab.mobi/tb/1Yo/5/9/ > 
< http://alkitab.sabda.org/?1Yoh+5:9 >


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Amidya, Bayu, dan Elly
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org