Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/370 |
|
KISAH edisi 370 (2-7-2014)
|
|
___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________ Edisi 370; 2 Juli 2014 KISAH -- Yona Kanamuzeyi Edisi 370; 2 Juli 2014 Shalom, Jika kita membaca Alkitab, khususnya pada masa jemaat mula-mula, kita bisa membayangkan bagaimana mereka berjuang dan bertahan dalam iman di tengah-tengah tekanan dan penganiayaan yang mereka alami. Pada masa postmodern ini, hal itu masih banyak terjadi di negara-negara yang anti kekristenan. Tidak hanya tekanan dan penganiayaan yang dihadapi orang percaya di negara-negara tersebut, tetapi nyawa menjadi taruhannya dan jumlahnya pun tidak sedikit. Seperti halnya dalam KISAH edisi kali ini, yang menceritakan tentang seorang martir yang bernama Yona Kanamuzeyi, yang hidup di negara konflik dan anti kekristenan. Karena imannya kepada Yesus, ia akhirnya dibunuh dengan keji. Semoga kesaksian ini dapat menguatkan iman Anda. Selamat membaca. Tuhan Yesus memberkati Pemimpin Redaksi KISAH, Sigit < sigit(at)in-christ.net > < http://kesaksian.sabda.org/ > YONA KANAMUZEYI Pembantaian di Rwanda pada tahun 1994 menandai salah satu periode kekerasan konflik berkepanjangan antara etnis mayoritas Hutu dan etnis minoritas Tutsi di Afrika Tengah. Rata-rata, hampir delapan ribu orang dibunuh setiap hari selama seratus hari. Yona Kanamuzeyi dilahirkan di sebuah keluarga campuran Hutu dan Tutsi, dan ia dibesarkan dalam iman kristiani. Ia menjadi seorang pendeta di kabupaten Nyamata, Rwanda, dan bertanggung jawab mengepalai 24 gereja dengan total enam ribu jemaat. Ketika ketegangan meningkat antara Hutu dan Tutsi di awal tahun 1994, Yona menyalurkan bantuan kepada pengungsi Hutu. Tidak lama kemudian, tentara-tentara pemerintah Rwanda etnis Tutsi mengejar Yona untuk dihukum mati, dan pada tanggal 23 Januari 1994, lima orang tentara Rwanda tiba di rumahnya meminta dia dan dua orang yang bersamanya ikut dengan mereka untuk ditanyai. Karena sudah merasakan adanya bahaya, Yona membawa serta buku hariannya. Ketika ia mendengar percakapan tentara-tentara ini dari belakang mobil yang membawanya, bahwa mereka bermaksud membunuhnya, dia dengan segera menulis di dalam buku hariannya, "Kami akan pergi ke surga." Selama perjalanan, Yona bertanya kepada dua orang tahanan lainnya tentang keyakinan mereka akan keselamatan, dan mereka bertiga bernyanyi bersama, "Ada suatu tempat penuh kebahagiaan ..., tempat orang-orang suci berdiri dalam kemuliaan." Ketika mereka tiba di sebuah kamp militer, Yona meminta kepada sersan yang bertugas, jika ada sesuatu yang buruk menimpanya, untuk mengembalikan buku harian dan uang yang ada di dompetnya kepada istrinya. Pria itu menjawab, "Kamu lebih baik berdoa kepada Tuhanmu." Yona dibunuh setelah ia menulis kata-kata ini, "Tuhan Allahku, sekarang aku berdoa, meminta belas kasihanmu, terimalah hidup kami. Dan, kami berdoa, balaskan darah kami yang tidak berdosa dan tolonglah tentara-tentara ini yang tidak tahu apa yang mereka perbuat." Tangan Yona diikat ke belakang, digiring menuju sebuah jembatan, dan ditembak di sana. Setelah para tentara membuang mayatnya ke dalam sungai, salah seorang tahanan yang bernama Andrew, dibebaskan. Para tentara memperingatkan Andrew untuk tidak membocorkan apa yang sudah ia saksikan. "Kami akan mengantarmu pulang, tetapi ingat, jika kamu menceritakan pembunuhan seorang pendeta kepada siapa saja, kamu juga akan dibunuh," kata mereka. Andrew akhirnya berhasil melarikan diri dari Rwanda. Daripada tutup mulut, dia menceritakan kepada setiap orang apa yang telah ia saksikan. Ia selalu menceritakan doa-doa dan lagu-lagu yang menenangkan Yona ketika dia menghadapi kematian. Diambil dan disunting dari: Judul buletin: Kasih Dalam Perbuatan, Edisi November -- Desember 2012 Penulis: Tidak dicantumkan Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya 2012 Halaman: 12 POKOK DOA 1. Mari kita berdoa kepada Tuhan Yesus untuk orang-orang yang tinggal di negara-negara yang anti kekristenan agar mereka senantiasa dikuatkan oleh Tuhan dalam menghadapi segala macam ancaman dan penganiayaan. 2. Mari kita berdoa kepada Tuhan Yesus agar semakin banyak orang atau lembaga yang mendukung dan menolong orang-orang percaya yang mengalami penganiayaan karena iman mereka kepada Yesus. 3. Mari kita berdoa kepada Tuhan Yesus untuk orang-orang yang anti kekristenan agar mereka bertobat dan menerima Yesus sebagai Juru Selamat pribadi mereka. "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21) < http://alkitab.mobi/tb/Flp/1/21/ > < http://alkitab.sabda.org/?Flp+1:21 > Kontak: kisah(at)sabda.org Redaksi: Sigit, Amidya dan Bayu Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |