Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/368

KISAH edisi 368 (4-6-2014)

Belas Kasihan Bagi Utusan Injil

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                      Edisi 368, 4 Juni 2014

KISAH -- Belas Kasihan Bagi Utusan Injil
Edisi 368, 4 Juni 2014

Setiap orang percaya pasti pernah mengalami pergumulan tentang 
imannya. Ada masa-masa ketika iman kita terasa lemah dan kita mulai 
mempertanyakan kedaulatan Allah, keselamatan kita, anugerah Allah, dan 
sebagainya. Hal ini juga dirasakan oleh tokoh-tokoh besar Kristen. 
Dalam KISAH hari ini, kita akan melihat bagaimana seorang pendeta dan 
penginjil besar seperti John Wesley menghadapi pergumulannya dan 
bagaimana Allah menuntun dan menguatkannya.

Staf Redaksi KISAH,
Yegar
< http://kesaksian.sabda.org/ >


               BELAS KASIHAN BAGI UTUSAN INJIL

Kapal itu terombang-ambing dan terguncang dengan hebat menembus 
gelombang yang tingginya enam meter di laut Atlantik. Air menyembur 
menyapu geladak kapal, membelah layar besar dari kapal layar abad 
kedelapan belas itu dan mengalir ke dalam ruangan-ruangan di kamar 
itu.

Pendeta John Wesley gemetar ketakutan. Beberapa orang Inggris di 
sekelilingnya berteriak. Namun, ketika ia memandang pada kelompok 
orang-orang Moravia, ia merasa heran karena mereka sedang menyanyikan 
mazmur dengan tenang. "Orang-orang yang malas dan bodoh," pikirnya.

Setelah samudera mulai tenang, Wesley mendekati pemimpin mereka. "Anda 
tidak takut akan badai?" tanyanya. "Tidak, Tuhan ada di pihak kami. 
Kami tidak takut mati." Hari berikutnya, Spangenberg, pendeta Moravia 
itu, mempunyai sebuah pertanyaan bagi pendeta Inggris itu. "Saudara 
Wesley, kenalkah saudara dengan Yesus Kristus?" tanyanya. "Saya tahu 
bahwa Ia Juru Selamat dunia ini," orang Inggris yang bermartabat itu 
menjawab dengan ramah. "Namun, dapatkah Saudara mengatakan kepada saya 
apakah Ia telah menyelamatkan Saudara?" Wesley bingung. "Saya harap 
demikian," ia menjawab dengan perasaan tidak tenang. John Wesley 
sedang dalam perjalanan menuju Georgia untuk menginjili orang-orang 
Indian. Akan tetapi, sebelum ia mendapatkan damai dalam iman orang-
orang Moravia, ia meratap, "Aku datang ke Georgia untuk mempertobatkan 
orang-orang India, tetapi siapa yang akan mempertobatkan aku? Aku 
hanya mempunyai iman `musiman` saja." Walaupun Wesley seorang sarjana 
lulusan Oxford dan sangat saleh, "imannya yang musiman" itu tidak 
berhasil menggerakkan hati penduduk koloni Inggris yang acuh tak acuh 
itu, lebih-lebih orang-orang Indian yang masih menyembah berhala. 
Setelah dua tahun, ia kembali ke Inggris dan perjalanan misinya 
merupakan suatu kegagalan.

Ia kemudian mengetahui bahwa di seluruh Inggris, orang-orang sedang 
membicarakan khotbah-khotbah rekannya yang dahulu sekelas di Oxford, 
George Whitefield. Whitefield telah mendapat pengalaman pertobatan 
yang dramatis dan telah berkhotbah tentang kelahiran baru kepada 
banyak pendengar.

Pada waktu itu Charles, saudara kandung John Wesley, sedang sakit. 
John dengan terburu-buru pergi ke tempat tidurnya, tetapi ia 
mendapatkan bahwa Peter Bohler, seorang Moravia, telah tiba lebih 
dahulu. Peter Bohler menghujani si sakit itu dengan pertanyaan-
pertanyaan mengenai imannya.

John kemudian menulis dalam majalahnya, "Journal", bahwa ia cukup 
mendengar percakapan mereka `yang meyakinkan aku akan kebutuhanku akan 
iman.`

Ia merasa bahwa ia tidak perlu lagi berkhotbah. Namun demikian, Bohler 
menasihatinya untuk menceritakan kebenaran itu kepada orang lain 
sampai ia sendiri yakin.

Dua hari kemudian, John Wesley mengatakan kepada seorang narapidana 
yang sudah dijatuhi hukuman bahwa ia dapat memperoleh pengampunan dosa 
hanya dengan percaya kepada Kristus. "Saya mau," jawab narapidana itu. 
"Sekarang, saya bersedia sepenuhnya untuk mati," tambahnya dengan 
perasaan yang sungguh-sungguh. "Kristus telah menghapus dosa-dosa 
saya." Narapidana itu mempunyai kepastian yang penuh, tetapi Wesley 
yang malang itu terus bergumul.

Pada tanggal 20 Mei tahun 1738, Charles Wesley menerima kepastian 
penuh akan keselamatannya setelah membaca Tafsiran Kitab Galatia, 
karangan Luther.

Kira-kira pukul lima pagi, hari Rabu berikutnya, John membuka kitab 
Perjanjian Barunya pada 2 Petrus 1:4 dan membaca, "Dengan jalan itu Ia 
telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang 
sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat 
ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia."

Pada malam harinya, ia diundang menghadiri satu pertemuan perkumpulan 
Kristen di jalan Aldersgate. "Aku pergi dengan perasaan sangat segan," 
ia kemudian menulis dalam buku hariannya "untuk mendengarkan seseorang 
yang membacakan kata pengantar Luther tentang Kitab Roma."

Itu merupakan malam kemenangan baginya. Beginilah ia menjelaskan: 
"Kira-kira pukul sembilan kurang seperempat; ketika ia sedang 
menjelaskan perubahan yang dilakukan Allah di dalam hati melalui iman 
kepada Kristus, aku merasa hatiku menjadi hangat secara mengherankan, 
aku merasa sungguh-sungguh percaya kepada Kristus yang memberikan 
keselamatan."

Ia hampir tidak dapat menunggu untuk menceritakannya kepada Charles. 
Sambil berlari masuk ke kamarnya, ia berteriak, "Aku percaya." "Mari 
kita menyanyikan satu lagu pujian bersama-sama," Charles mengusulkan. 
John menyetujui dan keduanya menyanyikan sebuah lagu pujian baru yang 
telah ditulis Charles beberapa hari sebelumnya -- sebuah lagu yang 
masih dinyanyikan oleh orang-orang Kristen pada masa kini, "Kristus 
Sahabat Orang Berdosa" ("Christ the Friend of Sinners").

Delapan belas hari kemudian, John Wesley mengkhotbahkan suatu khotbah 
yang selalu diingat, "Oleh anugerah kita di selamatkan melalui iman" 
di Universitas Oxford. Ini merupakan tema dari suatu pelayanan di mana 
ia merasa harus menyelamatkan Inggris dari kemerosotan moral, dengan 
memenangkan berpuluh-puluh ribu orang bagi Kristus serta mendirikan 
gereja Metodis.

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Bagaimana Tokoh-tokoh Kristen Bertemu dengan Kristus
Penulis: John Newton
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1973
Halaman: 34 -- 36


POKOK DOA

1. Berdoalah untuk setiap orang yang belum mengenal Tuhan Yesus agar 
Tuhan mengirimkan anak-anak-Nya untuk menjangkau mereka.

2. Berdoalah kepada Tuhan Yesus bagi para misionaris yang melayani 
jiwa-jiwa yang belum mengenal Tuhan Yesus supaya dikaruniakan iman 
yang teguh.

3. Berdoa bagi setiap orang Kristen yang masih memiliki keraguan akan 
keselamatannya di dalam Tuhan Yesus agar Tuhan terus menolong mereka 
semakin bertumbuh dalam iman percayanya.


"Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-
sama dengan Abraham yang beriman itu" (Galatia 3:9)

< http://alkitab.mobi/tb/Gal/3/9/ >
< http://alkitab.sabda.org/?gal+3:9 >


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Sigit, Amidya, Bayu dan Yegar
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org