Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/366

KISAH edisi 366 (7-5-2014)

Jamuan Malam yang Riang Bersama Tuhan

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                      Edisi 366, 7 Mei 2014

KISAH -- Jamuan Malam yang Riang Bersama Tuhan
Edisi 366, 7 Mei 2014

Shalom, kita tentu pernah mendengar kisah tentang orang-orang yang 
dengan gigih dan berani mempertahankan iman mereka dalam Kristus. 
Meskipun harus hidup menderita, bahkan kehilangan nyawanya, mereka 
tetap setia dan tidak sekali-kali melepaskan iman dalam Kristus dari 
genggaman tangan mereka. Salah satu kisah datang dari John Bradford, 
seorang martir pada masa pemerintahan Ratu Marry. Membela iman dalam 
usia muda, ia tidak pernah gentar, melainkan justru bersukacita karena 
terus menjadi pengikut Kristus yang setia. Selamat membaca, dan 
biarlah iman kita terus bertumbuh dan semakin dikuatkan. Tuhan Yesus 
memberkati.

Staf Redaksi KISAH,
Amidya
< http://kesaksian.sabda.org/ >


                JAMUAN MALAM YANG RIANG BERSAMA TUHAN

John Bradford berdiri dengan berani di hadapan Lord Chancellor. "Aku 
membujukmu," pria muda itu berkata, "janganlah menjatuhkan hukuman 
kepada yang tidak bersalah. Jika kamu percaya bahwa aku bersalah, kamu 
harus menjatuhkan hukuman kepadaku. Jika tidak, kamu harus 
membebaskanku."

Bradford, pendeta yang amat dikasihi dari (gereja) St. Paulus di 
London, dijebloskan ke penjara karena kepercayaannya yang berbeda dari 
gereja agama pada masa pemerintahan Ratu Marry. Sementara di penjara, 
begitu banyak dari anggota jemaat yang datang untuk mengunjunginya 
sehingga ia meneruskan untuk berkhotbah dua kali sehari. Ia juga 
berkotbah setiap minggu kepada orang-orang lainnya di penjara, para 
pencuri dan penjahat-penjahat kecil, memberikan dorongan dari firman 
Allah kepada mereka, dan sering kali memberikan kepada mereka uang 
untuk memberi makanan.

Para penjaga Bradford sangat memercayainya, ia sering diizinkan 
meninggalkan penjara tanpa dikawal untuk mengunjungi anggota-anggota 
jemaatnya yang sakit. Yang harus ia lakukan hanyalah berjanji bahwa ia 
akan kembali pada jam yang ditentukan. Ia amat berhati-hati menjaga 
perkataannya sehingga biasanya ia sudah kembali sebelum batas 
waktunya.

Setelah satu setengah tahun, Bradford ditawarkan pengampunan asal ia 
mau menyangkal kepercayaannya, tetapi ia tidak mau. Kemudian, setelah 
enam bulan lagi di penjara, tawaran tersebut kembali diulang. Sekali 
lagi, ia menolak.

"John," sahabat-sahabatnya mengingatkan, "kamu perlu melakukan lebih 
banyak lagi untuk menunda bagimu lebih banyak waktu. Mintalah untuk 
mendiskusikan kepercayaan-kepercayaan agamamu dengan orang-orang 
terpelajar Ratu Marry. Hal itu akan membawamu keluar dari bahaya 
langsung."

John menjawab, "Jika aku melakukan itu, orang-orang akan berpikir 
bahwa aku telah mulai meragukan doktrin yang aku akui. Aku tidak 
meragukannya sama sekali." "Kalau begitu, mereka mungkin akan 
membunuhmu tidak lama lagi," kata sahabat-sahabatnya dengan sedih. 
Pada keesokan harinya, John dijatuhi hukuman mati, dan istri penjaga 
datang kepadanya dengan berita itu: "Besok kamu akan dibakar." 
Bradford menatap ke surga dan berkata, "Aku bersyukur kepada Allah 
atas hal itu. Aku telah menanti hal ini demikian lama. Tuhan, jadikan 
aku layak terhadap hal ini."

Berharap untuk mencegah kerumunan agar tidak mengetahui apa yang 
sedang terjadi, para pengawal memindahkannya ke penjara lain di tengah 
malam. Namun, entah bagaimana, berita itu bocor dan sejumlah besar 
orang datang untuk mengucapkan selamat tinggal kepadanya. Banyak yang 
tersedu-sedu secara terang-terangan sementara mereka berdoa baginya. 
Bradford, sebagai gantinya, mengucapkan selamat tinggal dengan lembut 
dan berdoa dengan tekun bagi mereka.

Pada jam empat keesokan paginya, sebuah kerumunan besar telah 
berkumpul di tempat di mana Bradford akan dibakar. Akhirnya, pada jam 
sembilan, sejumlah besar pengawal bersenjata yang tidak lazim membawa 
Bradford menuju tiang pancang. Beserta dengannya adalah John Leaf, 
yang juga menolak untuk menyangkal imannya. Kedua pria itu jatuh 
tersungkur ke tanah dan berdoa selama satu jam.

Bradford bangkit berdiri, mencium sepotong kayu api, dan kemudian 
mencium tiang pancung itu. Dengan suara keras, ia berbicara kepada 
kerumunan: "Inggris, bertobatlah dari dosa-dosamu! Berhati-hatilah 
terhadap berhala. Berhati-hatilah terhadap nabi-nabi palsu. Berjaga-
jagalah supaya mereka tidak menyesatkan kalian!" Kemudian, ia 
mengampuni para penganiayanya dan meminta kepada kerumunan untuk 
berdoa bagi dirinya.

Memalingkan wajahnya kepada John Leaf, ia berkata, "Hiburlah dirimu, 
saudaraku, karena kita akan menghadapi jamuan malam yang riang bersama 
dengan Tuhan malam ini!"

Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api 
siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu 
yang luar biasa terjadi atas kamu. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai 
dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu 
juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan 
kemuliaan-Nya.

Diambil dari:
Judul buku: Jesus Freaks
Penyusun: Toby McKeehan dan Mark Heimermann
Penerbit: Cipta Olah Pustaka, 1995
Halaman: 186 -- 188


POKOK DOA

1. Doakan untuk hamba-hamba Tuhan supaya mereka tetap setia melayani 
Tuhan sampai akhir hidup mereka dan pelayanan mereka bisa memenangkan 
banyak jiwa bagi Kristus.

2. Berdoalah untuk setiap orang Kristen supaya mereka tetap setia 
membela dan mempertahankan imannya sehingga nama Tuhan dimuliakan 
dalam hidupnya.

3. Berdoa untuk keluarga, rekan, dan sahabat kita yang masih belum 
mengenal Kristus supaya mereka membuka hati dan percaya kepada Tuhan 
Yesus Kristus sebagai Juru Selamat dunia.


"Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan 
goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, 
bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." 
(1 Korintus 15:58) < http://alkitab.mobi/tb/1Ko/15/58/ > 
< http://alkitab.sabda.org/?1Kor+154:58 >


STOP PRESS: BERGABUNGLAH DALAM KELAS PERNIKAHAN KRISTEN (PKS) 2014

Pernikahan pada zaman ini sangat rentan terhadap pengaruh pandangan-
pandangan postmodern, yang dapat menjauhkan kita dari tujuan awal 
Allah membentuk sebuah lembaga pernikahan. 

Bagaimana membuat pernikahan anak-anak Tuhan dapat terus berjalan 
sesuai dengan visi Allah? Berkaitan dengan bahasan ini, Yayasan 
Lembaga SABDA < http://ylsa.org > melalui program PESTA (Pendidikan 
Elektronik Studi Teologi Awam) akan membuka kelas diskusi Pernikahan 
Kristen Sejati (PKS) periode Juli/Agustus. Dalam kelas ini, peserta 
dapat belajar bersama-sama tentang dinamika pernikahan Kristen dan 
bagaimana menjalankan pernikahan berdasarkan firman Tuhan. Kami 
mengundang Anda yang sudah menikah untuk ambil bagian dalam kelas 
diskusi ini. Kelas diskusi dibuka untuk umum dan akan berlangsung 
mulai tgl. 3 Juli 2014. Jangan tunda lagi! Segeralah mendaftarkan diri 
ke admin PESTA < kusuma(at)in-christ.net >. 

Silakan unduh Modul PKS di: < http://pesta.org/pks_sil >


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Sigit, Amidya, Bayu, dan Yegar
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org