Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/343

KISAH edisi 343 (11-9-2013)

Menaruh Pengharapan Hanya Kepada Yesus

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                     Edisi 343,  11 September 2013  
                     
KISAH -- Menaruh Pengharapan Hanya kepada Yesus
Edisi 343, 11 September 2013

Terkadang, Tuhan memberikan jalan keluar untuk setiap masalah yang kita hadapi 
dengan tidak kita duga. Hal-hal yang tidak terpikirkan sering kali Tuhan pakai 
untuk menyatakan kemuliaan-Nya dalam hidup kita. Asalkan kita taat dan tetap 
setia kepada-Nya, Tuhan pasti tidak tinggal diam dalam setiap pergumulan doa 
kita. KISAH edisi 343 menceritakan tentang mukjizat Tuhan yang nyata dalam hidup 
Jahudin. Meskipun jalan hidupnya sangat berliku, tetapi dia tetap taat dan mau 
mengikut Tuhan. Simak kisahnya di bawah ini.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Sigit
< sigit(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/ >


MENARUH PENGHARAPAN HANYA KEPADA YESUS

Saya berasal dari daerah pedalaman Kalimantan Barat, kira-kira 300 kilometer 
dari kota Pontianak. Orang tua saya masih menyembah roh-roh pohon besar dan roh-
roh orang mati.

Pada tahun 1980, setelah tamat SD, saya melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 
Darit, Kabupaten Pontianak. Pada waktu itu, saya belum tahu apa sebenarnya 
kepercayaan saya. Saya sering bertanya kepada orang tua saya, tetapi mereka juga 
tidak tahu. Saya bimbang memilih kepercayaan dan kepada siapa saya harus 
bertanya. Waktu ada teman saya menanyakan agama yang saya anut, saya jadi kecut 
dan tidak bisa menjawab. Pada waktu pengisian data rapor SMP, sebenarnya saya 
belum punya agama, tetapi saya memberanikan diri menyatakan bahwa saya beragama 
Kristen (Protestan).

Sejak saat itu, saya mulai tertarik membaca Alkitab. Saya tertarik karena di 
dalamnya banyak cerita tentang Tuhan Yesus, cerita-cerita ajaib, kata-kata 
nasihat, pendidikan, dan sebagainya. Pada akhir tahun 1983, saya mengambil 
keputusan untuk menaati ajaran Tuhan. Saya merasa dituntun pada jalan kebenaran 
dan takut melanggar segala larangan-Nya. Pada saat itu, saya mulai merasakan 
bahwa Tuhan mengasihi saya dan membuka jalan bagi saya.

Waktu itu, keluarga kami mengalami kesulitan ekonomi yang diakibatkan gagal 
panen. Akibatnya, orang tua saya tidak bisa membiayai perkuliahan saya. Keluarga 
kami adalah keluarga besar, kami sembilan bersaudara. Sebab itu, orang tua 
menyarankan agar saya jangan bersekolah tahun itu.

Dalam keadaan demikian, saya berdoa kepada Tuhan meminta jalan keluar untuk 
masalah yang sedang dihadapi keluarga saya. Waktu itu, kakak saya baru 
menyelesaikan pendidikan di Pontianak dan pulang ke kampung. Ia mendorong saya 
untuk melanjutkan pendidikan di Pontianak. Saya menerima sarannya dengan baik. 
Saya pun berangkat ke Pontianak untuk mendaftar sekolah di SPG. Puji Tuhan, doa 
saya dikabulkan Tuhan dan saya diterima di sekolah itu.

Setelah lulus tes, muncul masalah baru. Kami diharuskan membayar sebesar Rp 
80.000, padahal saya tidak punya uang. Waktu itu, saya teringat akan firman 
Tuhan, "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa 
yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan 
apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan 
dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian?" (Matius 6:25). Firman itu 
memberikan kekuatan kepada saya. Saya juga ingat firman Tuhan dalam Matius 7:7, 
"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; 
ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu." Apa yang saya imani itu ternyata 
dipenuhi. Waktu itu, ada seseorang yang tidak saya kenal menemui saya dan 
mengajak saya tinggal di rumahnya.

Orang itu baik sekali. Saya dianggap seperti anak kandung sendiri. Semua 
kebutuhan saya dipenuhi dan saya merasa tinggal di rumah orang tua sendiri. Saya 
diberi kebebasan untuk beribadah di gereja walaupun mereka beragama Islam.

Pada tahun 1986, setelah menyelesaikan pendidikan di SPG, saya disuruh mendaftar 
di Universitas Tanjungpura. Namun, saya menolaknya karena saya ingin melanjutkan 
pendidikan ke sekolah teologi. Keinginan itu didorong oleh kenyataan yang saya 
lihat; banyak saudara saya yang belum mendengar berita keselamatan. Saya ingin 
menyampaikan berita itu kepada mereka.

Namun, keluarga saya tidak menyetujui keputusan saya. Akibatnya, saya dikucilkan 
dan tidak diperhatikan lagi. Akan tetapi, saya yakin bahwa Tuhan akan memberikan 
jalan sehingga saya bisa melanjutkan pendidikan ke sekolah teologi.

Pada tahun 1986, dengan penuh keyakinan, saya melangkahkan kaki ke Jakarta dan 
masuk ke Sekolah Tinggi Teologi Mikhael. Apa yang saya doakan itu dapat terwujud 
walaupun banyak tantangan. Saya yakin Tuhan menolong saya sampai selesai. Saya 
sadar bahwa semua yang telah saya terima itu berasal dari Tuhan, dan sampai 
selama-lamanya, saya akan menaruh pengharapan hanya kepada Tuhan Yesus.

Diambil dan disunting dari:
Judul buletin: Kalam Hidup, No. 556, Maret -- April 1989
Penulis: Jahudin Jamen
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman: 28 -- 29


POKOK DOA

1. Berdoalah kepada Tuhan Yesus bagi setiap anak Tuhan yang memiliki kerinduan 
   untuk melayani, agar mereka memiliki iman yang kuat untuk menghadapi setiap 
   kendala dalam mewujudkan impian terjun ke ladang pelayanan.

2. Marilah kita berdoa kepada Tuhan Yesus Kristus agar semakin banyak orang 
   Kristen yang memiliki panggilan untuk terjun ke ladang pelayanan. Sebab, ladang 
   sudah menguning dan siap untuk dituai.

3. Kita berdoa kepada Tuhan Yesus Kristus untuk setiap pelayan Tuhan yang saat 
   ini mengabdikan hidupnya untuk pekerjaan Tuhan, agar mereka terus dikuatkan 
   dalam menghadapi setiap masalah yang ada dalam pelayanan.


"Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya, adalah orang 
  bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah 
                                  hamba-Nya." 
                               (1 Korintus 7:22) 
                      < http://alkitab.sabda.org/?1Kor7:22>


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Sigit, Bayu, dan Yegar
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > 
        

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org