|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/kisah/143 |
|
KISAH edisi 143 (5-10-2009)
|
|
____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________
Edisi 143, 5 Oktober 2009
PENGANTAR
Shalom,
Apa yang akan kita lakukan jika kita dituduh melakukan hal yang
tidak kita lakukan? Mungkin kita akan marah luar biasa, atau kita
menyewa pengacara untuk membela kita di pengadilan. Tapi apa yang
akan kita lakukan jika orang-orang yang menuduh kita tidak memberi
kita kesempatan membela diri, padahal pada saat itu nyawa kita
terancam? Berdoa.
Ya, hanya berdoa yang dapat kita lakukan -- berseru dan menyerahkan
diri kepada Tuhan Allah kita, Yesus Kristus. Kisah edisi 143
menceritakan tentang seseorang yang tidak dapat melakukan hal apa
pun selain berdoa dan berserah penuh kepada Tuhan ketika ia berada
dalam kesulitan. Mari kita simak kisahnya!
Staf Redaksi KISAH,
Tatik Wahyuningsih
http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________
KESAKSIAN
PENGANTIN BARU YANG MENJADI MARTIR
Lorenzo adalah seorang pemuda yang pendiam, lemah lembut dalam
berbicara, dan serius. Ibunya, Veronica, dekat dengannya karena ia
berbakti dan patuh. "Ia melakukan apa yang telah dikatakannya. Ia
adalah seorang pemuda yang baik," kata Veronica. Pada usia 18 tahun,
Lorenzo diundang menghadiri ibadah gereja injili tidak jauh dari
rumahnya. Ketika ia menerima Kristus, keluarganya melihat sebuah
perubahan terjadi dalam perilakunya. "Ia menjadi lebih baik terhadap
orang lain dan anggota keluarganya," kata Veronica, "ia ingin
bernyanyi dan mengabarkan firman. Ketika ia berdoa pada malam hari,
ia biasanya berdoa selama 2 atau 3 jam dan meminta Tuhan
mengampuninya atas kesalahan selama 1 hari."
Ketika Lorenzo tumbuh makin dewasa, ia jatuh cinta kepada seorang
gadis tetangga, Patricia, yang telah ia kenal selama bertahun-tahun.
Pada usia 20 tahun, Lorenzo menikahinya. Mereka berencana membangun
rumah mereka sendiri dan memenuhinya dengan anak-anak. Kedua
mempelai berasal dari suku Tzotzil, dan tradisi mengharuskan Lorenzo
untuk membayar pesta pernikahan tersebut. Lorenzo meminjam 500 peso
(sekitar Rp 500.000) dari pamannya. Kemudian, 3 minggu setelah
pernikahannya, Lorenzo yang merupakan pengantin baru ini
memberanikan diri mengunjungi desa pamannya untuk membayar setengah
dari utangnya. Sepupu Lorenzo dan kakaknya, Juan, ikut dengannya.
Mereka tahu, masuk wilayah Jomalho akan berisiko bagi mereka. Mereka
adalah orang Kristen dan orang-orang di desa itu menjalankan ritual
tradisional Mayan. Orang-orang di desa itu mengusir orang Kristen
keluar dan tidak menerima mereka masuk ke dalam desa mereka.
Saat itu paman Lorenzo tidak berada di rumah ketika mereka tiba.
Oleh karena itu, Lorenzo, Juan, dan sepupunya melangkah masuk ke
dalam sebuah warung di desa itu untuk membeli minuman bersoda.
Orang-orang desa mengetahui keberadan mereka dan tidak lama
berselang sekumpulan kecil orang berkumpul di luar warung tersebut.
Ketika ketiga pemuda Kristen berdiri untuk pergi, salah seorang dari
mereka menunjuk Lorenzo sambil berteriak, "Hentikan dia! Dia baru
saja merampok gereja!" Ketika pemuda ini tahu bahwa tuduhan itu
adalah tidak benar dan tuduhan itu dikatakan sebagai alasan untuk
menyerang mereka, mereka diingatkan akan sebuah ayat favorit Lorenzo
dari Mazmur 102:2, "Ya TUHAN, lepaskanlah aku dari pada bibir dusta,
dari pada lidah penipu."
Juan dan sepupunya lari menuju hutan, tetapi Lorenzo ditangkap oleh
gerombolan yang sedang marah ini. Ketika orang-orang desa memukuli
dan menendanginya, Lorenzo berteriak memohon, "Jangan bunuh saya!
Jangan bunuh saya! Saya baru saja menikah!" Gerombolan tersebut
mengikat leher Lorenzo, dan pengantin baru yang menangis ketakutan
ini dipaksa menggali kuburannya sendiri. Beberapa saksi berkata
beberapa orang desa memukuli gigi Lorenzo dan kemudian mencungkil
kedua bola matanya. Beberapa pria menarik tali yang mengikat leher
Lorenzo dan pria lain menarik Lorenzo ke arah yang berlawanan.
Lorenzo mati tercekik, mereka membuang mayatnya ke dalam lubang yang
dalam dan memukul tengkorak kepalanya dengan batu besar. Mereka
menutupi lubang tersebut dengan kotoran dan kembali ke rumah dan
tempat pekerjaan mereka seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa.
Para penyidik dari pemerintahan daerah Chiapas tiba di desa itu 3
hari setelah kejadian dan memindahkan mayat Lorenzo. Hanya 1 orang
saja yang dihukum penjara. Ia dijatuhi hukuman 25 tahun penjara,
tetapi sepertinya ia akan dibebaskan sebelum masa hukuman tuntas
dijalaninya. Lorenzo adalah seorang Kristen yang percaya kepada
kebenaran dan menyerahkan hidupnya demi kebenaran itu. Walaupun ia
tidak jahat terhadap mereka, gerombolan itu membenci apa yang ia
pegang teguh -- ia mengikut damai Yesus. Mereka menginginkan
peperangan. Ia ingin mengisi anggur baru ke dalam kantung tua. Lebih
dari 8 bulan telah berlalu sejak kematian Lorenzo. Veronica pun
terus bergumul. Dengan uang pendapatan yang pas-pasan, ia sekarang
bergantung kepada putrinya yang berumur 17 tahun untuk mengisi
kekosongan ini. Veronica berkata, mengatasi kehilangan putra yang
dikasihinya, Lorenzo, sangat sulit. "Saya telah menerima kematian
putra saya dan melepaskannya pergi," katanya. "Saya telah meminta
Tuhan untuk memberikan kepada saya kekuatan dan kasih karunia untuk
melihat apa yang terjadi."
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama buletin: KDP (Kasih Dalam Perbuatan), Edisi November --
Desember 2008
Penulis: Tim KDP
Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya 2008
Halaman: 3 -- 5
______________________________________________________________________
Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia
sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan
Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia. (Yakobus 1:12)
< http://sabdaweb.sabda.org/?p=Yakobus+1:12 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA
1. Doakan keberadaan orang-orang Kristen di Chiapas, agar Tuhan
memberi kekuatan kepada mereka untuk setia dalam mengikut
Kristus.
2. Mengucap syukur untuk keberadaan orang-orang percaya yang telah
menjadi berkat bagi orang-orang di lingkungannya. Meskipun untuk
menjadi berkat di lingkungan yang membenci kita ada harga yang
harus dibayar, namun melalui hidup mereka kita bisa melihat
kasih, kesetiaan, dan penyertaan Tuhan.
3. Berdoa juga untuk keluarga Lorenzo, agar Tuhan memampukan mereka
untuk menjadi terang di lingkungan mereka, sehingga kasih Kristus
terpancar melalui kehidupan mereka sehari-hari, dan banyak orang
yang diselamatkan dapat melihat kasih Allah dan memperoleh
keselamatan di dalam Dia.
______________________________________________________________________
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2009 YLSA
YLSA -- http://www.ylas.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih
Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/
Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org
______________________________________________________________________
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |