Makna Natal yang Sesungguhnya
Pada musim panas 1979, saat saya tinggal di sebuah rumah yang disewakan bersama dengan beberapa saudara dalam perkumpulan kampus saya di Bangor, Maine, saya menyadari keberdosaan saya oleh jamahan Roh Kudus. Saya tinggal di kamar tua yang berbatasan dengan garasi, dan tidur dengan hanya beralaskan matras di lantai. Ketika sedang berbaring di matras, pada suatu malam setelah pesta minum-minum, saya menyalakan televisi. Saat itu, saya menyaksikan dan mendengar seorang pengkhotbah yang dengan tegas berapi-api memproklamasikan Injil.
Dengan segera, pikiran saya pun tertawan dan saya tersadar. Hati nurani saya terpikat. Saya tahu saya hidup dengan tidak benar. Saya tahu bahwa yang saya lakukan adalah dosa di mata Allah.
Saat program acara Injil di televisi tersebut berakhir, pengkhotbah memberikan tawaran kepada para pemirsa untuk menulis surat kepadanya jika mereka telah membuat keputusan untuk (percaya kepada) Kristus. Jika saya tidak salah ingat, saya tersentak dengan sebuah pemikiran. Bagaimana saya bisa berhenti berbuat dosa? Jadi, saya menulis surat kepada pengkhotbah televisi tersebut, mengajukan pertanyaan itu kepadanya. Saya tidak pernah menerima balasan sehingga saya terus menjalankan gaya hidup yang penuh dosa.
Pada waktu-waktu ini, pegawai ruangan pos kampus, yang merupakan seorang Kristen, memiliki kepedulian terhadap saya, dan dialah yang menjadi saksi Injil dalam hidup saya. Pria ini hanya beberapa tahun lebih tua daripada saya dan memancarkan damai sejahtera serta kehadiran Allah. Rasa ingin tahu saya terbangkitkan oleh wataknya. Pada suatu hari, saya melihat Alkitabnya terbuka di atas mejanya, dan saya pun langsung mengetahui rahasia dari roman mukanya yang berseri-seri. Saya tergugah dengan hal itu.
Seiring berjalannya waktu, dia menceritakan banyak hal kepada saya dan dia selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan religius saya dengan: “Alkitab berkata ....” Pada suatu hari, dalam momen yang memburuk, saya menanyakan kepadanya apakah dia tidak memiliki pemikiran dari dirinya sendiri dan memberikan pendapatnya sendiri kepada saya daripada selalu mengutip Alkitab. Jawabnya, “Alkitab mengatakan bahwa pikiran jasmaniah adalah kebencian atau bertentangan dengan Allah.” Arrgh!
Saya melihat bahwa pria ini benar-benar memercayai bahwa Alkitab adalah firman Allah yang tidak dipalsukan dan dia hidup berdasarkan itu. Hal tersebut membuat saya terkesan. Sebagai seorang Katolik Roma yang taat, saya belum pernah bertemu dengan orang seperti dia.
Lama-kelamaan, kami menjadi teman baik dan dia menuntun saya kepada Kristus serta mengajarkan kepada saya untuk mempelajari hal-hal yang Dia perintahkan dari firman-Nya. Akhirnya, dia membaptis saya dengan air. Keinginan saya untuk minum-minum, mengisap mariyuana, dan menjalani hidup berpesta pun menghilang saat saya membaca firman-Nya. Saya dengan cepat menunjukkan pertobatan saya dengan membuang album rock and roll yang memuja seks, obat-obatan, dan setan. Saya membayar ganti rugi untuk beberapa majalah pornografi yang pernah saya curi dari suatu toko yang dekat. Saya berbicara kepada manajer toko dan memberikan penjelasan saat saya memberikan uang kepadanya dan sebuah surat berisikan kesaksian saya -- agak berbeda dari banyak yang disebut sebagai pertobatan pada zaman ini ketika sebuah doa dinaikkan, tangan pengkhotbah bergetar, tetapi tidak ada perubahan setelahnya.
Saya bersyukur kepada Allah untuk permulaan saya yang sederhana dan untuk saksi yang setia yang mengajarkan kepada saya apa artinya menjadi seorang murid Yesus Kristus. Bukankah ini yang seharusnya kita semua lakukan bagi mereka yang masih tersesat?
Pada Minggu ini, ketika saya kembali merayakan Natal -- dalam kehidupan ke-35 tahun dalam Kristus, saya diingatkan lagi bahwa sama seperti Kristus dilahirkan dan dibentuk di dalam rahim perawan Maria, demikian pula Dia dilahirkan dan dibentuk di dalam setiap kita yang adalah murid-murid-Nya. Dalam cara yang nyata, inkarnasi-Nya 2.000 tahun lalu diulang dan terjadi lagi di dalam daging manusia setiap kali seseorang benar-benar dilahirkan dari atas dan mengikut Yesus.
Meskipun saya sangat tidak setuju dengan banyaknya ritual dan komersialisme pagan yang menyelubungi masa Natal, saya masih merayakan kelahiran Juru Selamat kita dengan sukacita dan kegembiraan yang besar. Yang sangat saya benci adalah penyimpangan pesan yang disampaikan oleh para malaikat kepada para gembala mengenai kelahiran-Nya.
“Tiba-tiba, tampaklah bersama-sama malaikat itu sekumpulan besar tentara surgawi yang memuji Allah dan berkata, ‘Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi, di antara orang-orang yang berkenan kepada-Nya.”’ (Lukas 2:13-14, AYT)
Pesan yang diberitakan oleh para malaikat bukanlah manusia memiliki damai sejahtera dan kebaikan terhadap satu sama lain, tetapi pesan itu adalah sebuah komunikasi dari Bapa surgawi kepada umat manusia -- “Sekumpulan besar tentara surgawi bukan datang untuk melenyapkan Anda, melainkan untuk memberitakan pesan damai sejahtera dan kebaikan. Bapa telah mengutus Anak-Nya sebagai Anak Domba (itulah sebabnya, mengapa Dia lahir di kandang) dan damai sejahtera diberikan kepada seluruh umat manusia.”
Betapa menyedihkan bahwa damai sejahtera dan kebaikan yang diberikan oleh Bapa kepada seluruh umat manusia di dalam Anak-Nya telah dikerdilkan menjadi, “Seluruh umat manusia menjadi ramah satu terhadap yang lain dan saling bertukar hadiah.”
Kelahiran dan inkarnasi-Nya -- Allah menjadi manusia -- seharusnya mengingatkan kita semua tentang tujuan tertinggi Allah untuk diwujudkan di antara umat manusia dan bagi setiap kita, yaitu untuk menunjukkan Dia serta sifat-sifat-Nya.
“Kristus ada di dalam kamu, yaitu pengharapan dari kemuliaan.” (Kolose 1:27, AYT). Inilah Yesus yang sesungguhnya dan arti Natal yang sesungguhnya.
Beritakanlah hal itu dan selamat Hari Natal untuk Anda semua. (t/Jing-Jing)
Download Audio
POKOK DOA
- Bersyukurlah kepada Tuhan atas kelahiran Yesus Kristus dalam kehidupan kita sehingga kita memperoleh keselamatan dan kebebasan dari dosa.
- Berdoalah kepada Tuhan Yesus agar melalui ibadah atau perayaan Natal, banyak orang mendengarkan Kabar Baik dan beroleh keselamatan.
- Mari berdoa bagi setiap orang Kristen supaya dapat menggunakan setiap kesempatan untuk menjadi saksi Kristus. Kiranya hikmat Tuhan senantiasa menaungi setiap orang Kristen ketika menyampaikan Kabar Baik kepada orang-orang yang belum percaya.
“Beginilah kasih Allah dinyatakan di antara kita: Allah mengutus Anak-Nya Yang Tunggal ke dalam dunia supaya kita dapat hidup melalui Dia.” (1 Yohanes 4:9, AYT)
|