Kematian Suamiku Tak Seperti Lazarus
Tanggal 24 Desember 2010 pada musim gugur yang indah. Cuaca begitu sempurna. Putri kecilku baru berusia 3 bulan, dan dia adalah bayi paling bahagia yang pernah Anda lihat. Putra kecilku yang sudah berusia 2 tahun tentu saja menyayanginya, dan suamiku, David, dan aku mulai merencanakan liburan akhir pekan keluarga.
Segalanya mulai berubah ....
Aku tahu ada yang tidak beres ketika aku pulang memenuhi janji dengan dokter anak pada suatu sore. Suamiku tidak sedang berada di rumah, seperti biasanya. Dia tidak kelihatan. Aku menghubungi ponselnya, tetapi hanya ada pesan suara. Tidak ada yang mendengar deringan itu saat itu. Aku mulai merasa marah dan mencari-cari dia di seluruh penjuru kota, dan ketika aku pulang, sebuah mobil polisi sedang parkir di samping rumah.
Mimpi buruk terjadi ....
"Nyonya, suami Anda meninggal dunia." Kata-kata itu berdering di kepalaku seperti lonceng gereja gotik raksasa, menenggelamkan semua suara yang ada. Aku berusaha mendengarkan. Mereka menjelaskan bahwa suamiku mengalami insiden tabrakan dan tewas seketika. Tidak ada kata-kata terakhir, tidak ada pelukan dan ciuman selamat tinggal. Dia ... sudah pergi ... selamanya ....
Pikiranku mulai berpacu mencerna semuanya. Aku merasa seperti mengalami mimpi buruk yang mengerikan dan sedang dalam keadaan tidur. Aku mencoba menemukan secercah harapan: dia mungkin hanya pura-pura mati. Mungkin mereka keliru. Aku menuntut bukti.
Aku mencintai pria ini dengan segenap hatiku, bagaimana mungkin dia mati? Yang artinya, semua sudah berakhir? Kebahagiaan abadi, tawa, dan leluconnya. Dia adalah satu-satunya yang aku percaya tentang segala hal, ayah dari anak-anakku, teman terbaikku. Dia tidak mungkin mati!
Namun, tragedi kematian mengerikan itu abadi. Dan, tak peduli berapa banyak cara yang Anda lakukan untuk memperbaiki masalah, tak akan ada jalan keluar.
Itu adalah hari duka yang begitu nyata bagiku. Bukan hanya bagi orang tua atau penjahat atau orang-orang yang hidup menderita akibat penyakit. Tidak ada diskriminasi, dan tak peduli seberapa baik Anda, atau seberapa banyak Anda sudah menghibur orang lain, tak peduli seberapa salah Anda, kematian akan mendatangi kita semua, dan tak ada cara untuk menghentikannya.
Pergolakan batin yang serius dimulai ....
Beberapa bulan kemudian, ketika musim dingin semakin menusuk, mengisolasi kegelapan, rumah serasa mati saat anak-anak sudah tertidur. Aku hanya bisa menangis dan memohon bantuan Tuhan atas rasa putus asaku. Aku punya banyak orang terdekat yang bisa membantuku, tetapi dalam diriku, terjadi pertempuran rohani yang serius antara "gelap" dan "terang".
Aku mengalami apa yang dialami Yesus di padang gurun, kelaparan dan terasing dari tempat di mana semua orang yang mencintaiku berada, khususnya suamiku terkasih. Iblis menyerangku dengan segala macam keraguan tentang kasih dan kedaulatan Tuhan.
"Jika Tuhan benar-benar mencintaimu, kenapa Dia membiarkan hal ini terjadi?"
"Jika Tuhan benar-benar mengambil kendali, kenapa Dia tidak menghentikan kecelakaan itu?"
"Benarkah ini semua dilakukan Tuhan?"
"Apa yang harus kamu lakukan untuk menghentikan kutuk ini?"
Kitab Yohanes menjadi susu dan rotiku. Aku memegang setiap kata Yesus. Lagu pujian "Rescue" begitu jelas menjabarkan hal itu. I need You, Jesus, to come to my rescue. Where else can I go? (Aku memerlukan-Mu, Yesus, untuk datang menolongku. Ke mana lagi aku dapat pergi? - Red.) Dengan segala kekuatan, si iblis mencoba memisahkanku dari kasih Allah, tidak ada tempat lain untuk pergi. Tidak ada yang bisa menawarkan harapan, kecuali Yesus.
Aku disadarkan tentang kisah Yesus dan Lazarus ....
Dari seluruh sejarah manusia, Yesus mengerti kesedihanku, sama seperti apa yang Dia ucapkan dalam Yohanes 11 saat Lazarus mati. Semua orang, saat itu, mungkin berharap sepenuhnya kepada Yesus untuk segera menyembuhkan Lazarus kembali, tetapi Yesus tidak melakukannya dengan cara seperti itu.
Ketika Yesus akhirnya datang, Lazarus sudah mati selama empat hari lamanya. Kedua saudara Lazarus berkata, "Tuhan, jika engkau datang, saudara kami pasti tidak akan mati."
Aku sudah mengucapkan kata-kata yang sama berkali-kali setelah David meninggal! Rasanya seperti mendengar suara saya sendiri. Mereka tahu bahwa Yesus bisa menyembuhkan saudara mereka jika Dia mau, tetapi nyatanya Lazarus sudah mati. Akan tetapi, Yesus berkata, "Akulah kebangkitan dan kehidupan; siapa pun yang percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan percaya kepada-Ku tidak akan pernah mati." (Yohanes 11:25-26, AYT)
Yesus tidak hanya mengatakan bahwa Dia memiliki kuasa atas kematian, tetapi Dia adalah pusat kehidupan!
Kehidupan berawal dari kematian ....
Aku berhasil melewati musim dingin yang begitu melelahkan. Setelah itu, suasana Paskah pun tiba. Pada awal tahun itu, aku melihat kemuliaan Tuhan memenuhi kehidupanku untuk pertama kalinya. Kebangkitan tampak di mana-mana seperti mekarnya cabang-cabang pohon yang tadinya gundul. Tunas-tunas yang baru seperti menggambarkan perjanjian, kicauan burung seperti sinar matahari.
Itulah kebangkitan, dan aku bisa melihat kehidupan lahir dari kematian, sama seperti Allah yang telah berjanji melalui anak-Nya, Yesus Kristus. Lazarus bangkit, Yesus pun bangkit. David dan semua kenangan kami memberitakan nama Kristus untuk selamanya!
Sesuatu terjadi kepadaku pada pagi Paskah yang cerah setelah kematian David. Kesedihan itu memang tidak lenyap, tetapi keputusasaan itu telah lenyap. Surga terbuka atasku dan segala sesuatunya terjadi sesuai dengan kehendak Ilahi. Aku menyadari bahwa Paskah tidak sekadar berbicara tentang batu kubur yang terguling, tetapi jauh daripada itu, bahwa Yesus sudah bangkit dan telah membangkitkan kita juga dari kematian.
Aku percaya, ada alasan di balik segala persoalan dalam hidupku dan keluargaku. Aku tahu mengapa Yesus tidak menghentikan kecelakaan yang telah merenggut nyawa suamiku, David. Namun, melalui hal itu, Tuhan ingin membawa kemuliaan-Nya sehingga Sang Anak dipermuliakan. Cerita ini tidak berakhir dengan kematian, tetapi berakhir dengan kebangkitan kembali.
Download Audio
POKOK DOA
- Berdoa untuk Sabrina Beasley supaya semakin kuat beriman pada Tuhan Yesus. Kiranya dengan peristiwa ini, dia bersemangat membagikan kebaikan Tuhan kepada orang lain.
- Berdoa untuk setiap wanita yang suaminya telah berpulang ke rumah Bapa. Kiranya mereka semakin dikuatkan oleh penghiburan dari saudara seiman sehingga mereka semakin kuat dalam iman kepada Tuhan Yesus dan mau bersaksi akan kasih Tuhan dalam hidup mereka.
- Berdoa untuk setiap orang yang sedang mengalami pergumulan hidup. Kiranya mereka semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dan mengandalkan Tuhan dalam setiap pergumulan mereka.
Sekarang, kiranya Tuhan kita, Yesus Kristus, sendiri dan Allah Bapa kita, yang telah mengasihi kita dan memberi kita penghiburan kekal dan pengharapan yang indah melalui anugerah. (2 Tesalonika 2:16, AYT)
|