Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/176

e-Wanita edisi 176 (17-5-2018)

Konflik dengan Keluarga

e-Wanita -- Edisi 176/Mei 2018
 
Konflik dengan Keluarga
e-Wanita -- Edisi 176/Mei 2018
 
e-Wanita

Salam dalam kasih Kristus,

Keluarga sering kali justru menjadi asal atau sumber konflik dalam kehidupan kita. Meski sesungguhnya, Allah menciptakan keluarga untuk menjadikan orang-orang di dalamnya saling menopang dan mendukung dalam kehidupan, tetapi kita hidup dalam situasi dosa yang menyebabkan kita saling menyakiti, termasuk dengan sesama anggota keluarga. Tidak sedikit keluarga menjadi hancur dan menjadi musuh satu dengan yang lain karena adanya konflik. Lalu, bagaimana kita sebagai wanita Kristen menyikapi konflik dalam keluarga ini? Bagaimana kita dapat menghadapi konflik di tengah-tengah keluarga dan melakukan apa yang benar di hadapan Allah? Untuk membantu kita semua dalam menghadapi atau menyikapi konflik dalam keluarga ini, maka kolom Dunia Wanita edisi kali ini menyajikan artikel yang sangat inspiratif bagi Anda terkait dengan permasalahan tersebut. Baca juga kolom Wawasan Wanita yang akan memberi kita beberapa hikmat Alkitab tentang cara menangani perasaan iri hati terhadap orang lain. Menarik bukan? Nah, tanpa berlama-lama lagi, mari kita simak bersama e-Wanita edisi 176 di bawah ini. Tuhan Yesus memberkati.

N. Risanti

Pemimpin Redaksi e-Wanita,
N. Risanti

 

DUNIA WANITA Ikatan Keluarga: Ketika Konflik Menyerang Dekat dengan Rumah

Keluarga penting bagi Allah. Itu sebabnya, hanya sedikit hal yang lebih menyakitkan daripada konflik keluarga yang belum terselesaikan. Mertua yang mendominasi, remaja yang bandel, atau anak tiri yang cemburu dapat mengubah setiap keluarga yang bahagia menjadi zona perang. Isu-isu seperti giliran siapa yang bertugas mengambil sampah dan apakah anak remaja Anda telah menyelesaikan pekerjaan rumah sebelum menyalakan komputer adalah masalah yang relatif kecil mengganggu, yang umumnya dapat diselesaikan dengan gangguan minimal terhadap kehidupan keluarga.

Konflik dalam keluarga

Masalah-masalah lainnya menghadirkan tantangan yang lebih besar -- putra yang mengabaikan ajaran Kristennya, tetapi malah melakukan hubungan homoseksual; pelecehan dan manipulasi dari ibu mertua yang mengancam menghancurkan perkawinan dan kesehatan seorang wanita; ayah dengan penyakit mental yang melakukan kekerasan kepada anak-anaknya. Situasi ini nyata; sayangnya, hal-hal itu terjadi dalam keluarga Kristen. Sementara beberapa situasi dapat diselesaikan seiring berjalannya waktu, yang lain dapat berlangsung selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

Tanya saja Karen.

Kisah Karen

Kisah Karen

Karen dan suaminya, Paul, seorang pendeta, baru saja menerima tawaran di sebuah gereja besar di sebuah komunitas baru.* Hal-hal tampaknya berjalan dengan baik sampai Sarah, putri mereka yang berumur 17 tahun, mengumumkan bahwa dia hamil di luar nikah. Yang membuat masalah jadi lebih rumit, Sarah jatuh cinta pada pria muda yang berasal dari ras lain; bayinya blasteran. Menurut gereja baru mereka, kencan antarras adalah terlarang. Kehamilan itu mengakibatkan pertengkaran antara Karen dan putrinya. Ketika ketegangan meningkat, diskusi berakhir dengan argumen yang hebat. Karen bersikeras agar Sarah menyerahkan bayi itu untuk diadopsi.

Setelah persalinan, Sarah menyerahkan bayi itu kepada seorang pekerja sosial yang menempatkan bayinya di sebuah panti asuhan. Sebagai ibu kandung, Sarah diberi masa tenggang lima belas hari untuk menyerahkan hak asuhnya. Selama lima belas hari itu, Allah berbicara kepada Karen melalui firman-Nya, menghukumnya akan keegoisan prasangkanya, dan kemunafikannya. "Saya mengubah pikiran saya tentang adopsi," kata Karen. Dia dan Paul berbicara dan setuju bahwa bayi Sarah akan pulang untuk tinggal bersama mereka. "Kami melihat ini sebagai kehendak Allah yang sempurna untuk bayi laki-laki yang berharga ini dan ibunya yang baik."

Konflik berbulan-bulan itu pun berakhir karena ketiganya bersukacita atas hasil yang tidak terduga. Kasih karunia Tuhan mengubah situasi yang menyakitkan menjadi berkat yang luar biasa.

Sayangnya, situasi dari Tom tidak berubah menjadi baik.

Kisah Tom

Setelah dituntun kepada Tuhan oleh bibinya, Tom terkejut mengetahui bahwa bibinya itu telah mencuri uang dari rekening pensiunan neneknya. Bibinya telah diberi kuasa oleh pengacara ketika neneknya meminjam uang untuk beberapa tahun. "Salah satu rekening, yang memiliki lebih dari $,100.000 di dalamnya, dikuras menjadi $,3.000 dalam tiga tahun," kata Tom. Bibi Tom terus menghamburkan-hamburkan uang, sementara rumah neneknya dibiarkan terbengkalai -- toilet rusak, rayap memenuhi rumah, dan rumah itu dibiarkan sepenuhnya rusak. Setelah banyak berdoa, Tom menemui bibinya. "Saya disebut lancang, motif saya dipertanyakan, dan iman saya ditantang," katanya. Dapat dimengerti, situasinya sangat memengaruhi Tom dan berdampak negatif pada pernikahannya. Dia mampu memaafkan bibinya, tetapi sampai hari ini, konflik tetap tidak terselesaikan.

Mengelola Konflik Keluarga

Kedekatan hubungan keluarga membuat pengelolaan konflik menjadi lebih sulit. Ketika menghadapi konflik keluarga, berikut ini beberapa panduan umum yang perlu diingat:

Konflik

Buat batasan yang tepat. Konflik keluarga sering melibatkan batasan-batasan yang kabur -- seorang pemuda menikah, tetapi gagal "meninggalkan orang tuanya dan bersatu dengan istrinya"; seorang anak yang sudah dewasa pindah dari rumah, tetapi terus-menerus menelepon ke rumah untuk mendapatkan uang; seorang anak perempuan yang sudah dewasa meninggalkan ketiga anaknya bersama ibunya setiap hari meskipun ibunya telah memintanya untuk tidak melakukannya. Batasan yang tepat bersifat alkitabiah dan memungkinkan Anda menetapkan batasan dengan tetap mengasihi orang lain.

Selalu mengutamakan hubungan. Ketika menghadapi konflik keluarga, selalu tegaskan hubungan, dan lakukan semua yang Anda bisa untuk mempertahankannya. Misalnya, ketika berbicara dengan putra Anda yang sudah dewasa, Anda dapat berkata:

"Eric, aku mengasihimu. Kuharap kamu mengetahuinya. Aku menyesal bahwa kamu terlibat dengan obat-obatan. Kamu dapat tinggal di sini selama beberapa bulan, tetapi hanya jika kamu bertanggung jawab atas masalahmu dan mendapatkan bantuan atasnya. Jika kamu menginginkan bantuanku, kamu perlu menemui konselor atau menjalani rehabilitasi. Terlepas dari apa yang kamu putuskan untuk dilakukan, aku akan selalu mencintaimu."

Kenali batasan Anda dan serahkan hubungan itu kepada Allah. Dibutuhkan dua hati yang lembut agar rekonsiliasi terjadi. Jika satu orang terus berperilaku dosa dan menolak koreksi, hubungan itu akhirnya akan rusak. Kadang-kadang, individu lain yang terlibat akan keluar dari relasi itu. Jika Anda menemukan diri Anda dalam situasi seperti ini, jangan menyerah. Teruslah berdoa, berharap, dan mengasihi. "Jika mungkin, sekiranya hal itu tergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang," (Roma 12:18, AYT) kata firman Allah. Ketika Anda telah melakukan semua yang Anda bisa untuk memulihkan hubungan, tetapi konflik tetap tidak terselesaikan, serahkan hubungan itu kepada Allah. Anda bebas dalam Kristus.

Keluarga adalah gagasan Allah. Dia sanggup menjaga apa yang Anda percayakan kepada-Nya (2 Timotius 1:12). Kita dapat merasa tenang karena mengetahui bahwa Allah mengasihi kita dan akan terus menyusun mengerjakan rencana dan tujuan-Nya dalam keluarga kita. (t/N. Risanti)

*beberapa nama telah diubah untuk menjaga identitas pribadi

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Focus on The Family
Alamat situs : https://www.focusonthefamily.com/lifechallenges/relationship-challenges/conflict-resolution/family-tieswhen-conflict-strikes-close-to-home
Judul asli artikel : Family Ties: When Conflict Strikes Close to Home
Penulis artikel : Mary J. Yerkes
Tanggal akses : 6 April 2018
 

WAWASAN WANITA Saat Anda Menginginkan Apa yang Dimilikinya

Anda bangun pagi ini dalam suasana hati yang sangat baik. Semua sepertinya berjalan sesuai keinginan Anda. Sepatu baru yang Anda beli akhir pekan ini telah menambahkan sedikit pantulan di langkah Anda. Anda yakin jeans Anda membuat Anda terlihat sepuluh pon lebih langsing hari ini. Rambut Anda tampil selaras dengan apa yang Anda inginkan, akhirnya. Anda merasa percaya diri.

Dan, kemudian, itu terjadi -- apa pun itu. Mungkin Anda memperhatikan bahwa pelayan di tempat makan siang Anda sangat cantik. Dia lebih kurus. Tiba-tiba, jeans yang membuat Anda terlihat sepuluh pon lebih langsing, sekarang Anda benci. Mungkin ada seorang gadis baru di tempat kerja menerima penghargaan tidak terhitung jumlahnya, dan Anda telah melakukan pekerjaan Anda dengan baik selama lima tahun tanpa menerima ucapan terima kasih yang sama. Atau, mungkin sebelumnya Anda sangat bersyukur atas Honda Civic 1992 Anda, sampai seorang perempuan berambut pirang berada di samping Anda pada lampu merah dengan mengendarai Mercedes 2014-nya.

Menginginkan Milik Orang Lain

Apa yang dia miliki yang tidak saya miliki? Jarang sekali kita mengungkapkannya dengan terus terang, tetapi kita pasti memikirkannya. Kita terus-menerus membandingkan apa yang dimiliki orang lain dan apa yang tidak kita miliki. Perbandingan adalah pencuri sukacita. Itu adalah jurang keraguan diri dan penghinaan diri sendiri. Perbandingan adalah perasaan mengingini, dan itu menggantikan rasa syukur. Hal itu dengan egoisnya mengarahkan pikiran kepada diri sendiri. Andai saja saya memiliki tubuh seperti dia, pekerjaannya, kehidupannya, suaminya. Yang benar adalah ketika kita bersikeras membandingkan kehidupan kita dengan orang lain, hidupnya, pekerjaannya, dan suaminya, hal itu tetap tidak akan pernah cukup. Rumput akan selalu lebih hijau di tempat lain.

Jika Anda menemukan diri Anda berada di lubang itu, berikut beberapa hikmat Alkitab tentang cara menanganinya:

1. Perhatikan baik-baik pekerjaan Anda sendiri karena dengan begitu, Anda akan mendapatkan kepuasan atas pekerjaan yang dilakukan dengan baik dan tidak perlu membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Sebab, kita masing-masing bertanggung jawab atas tindakan kita sendiri (Galatia 6:4-5).

Dengan kata lain, lakukan apa yang Allah ingin Anda lakukan. Jalankan pertandingan Anda. Tetaplah di jalur Anda. Berfokuslah melakukan pekerjaan Anda dengan baik daripada berfokus pada jalan yang ditempuh orang lain.

2. Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan (3-1a). Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku dan memberi kepastian kepadamu (Filipi 3:1).

Sungguh-sungguh bersukacitalah dengan orang lain saat mereka diberkati. Saat teman Anda menikah, bersyukurlah atas pasangan barunya yang Anda tahu telah dia doakan, daripada memusatkan perhatian pada kesepian Anda sendiri. Saat tetangga mendapat mobil baru, bersukacitalah dengan mereka. Bersyukurlah ketika melihat Allah bergerak dalam kehidupan seseorang. Dia juga memiliki rencana baik untuk Anda. Mungkin terlihat berbeda. Mungkin pada waktu yang berbeda. Namun, rencana itu tetap saja baik.

Bersyukur

3. Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan (Filipi 4:11-12).

Belajarlah untuk bersyukur atas apa yang Allah taruh di tangan kita, bukan apa yang kita pikir seharusnya kita miliki. Percayalah bahwa Allah menaruh perhatian terbesar pada hati kita. Dia mengenal kita sebelum kita dilahirkan. Dia memilih kita. Dia mencintai kita.

Perbandingan menyebabkan perpecahan. Hal itu mengakibatkan kita tidak menyukai pelayan cantik yang melayani kita, gadis baru di tempat kerja, dan pemilik Mercedes. Kita semua memiliki salib kita sendiri untuk ditanggung. Kita semua memiliki kemenangan dan kekalahan, kegembiraan dan sakit hati. Jangan diam-diam berharap memiliki kehidupan seperti dia. Jadilah penuh dengan rasa syukur atas diri Anda sendiri. (t/N. Risanti)

Download Audio
Diterjemahkan dari:
Nama situs : Crosswalk
Alamat situs : http://www.crosswalk.com/blogs/jennifer-maggio/what-does-she-have-that-i-dont.html
Judul asli artikel : When You Want What SHE Has
Penulis artikel : Jennifer Maggio
Tanggal akses : 2 Agustus 2017
 
Stop Press! Aplikasi Konseling Mobile - HE Cares

Aplikasi HE Cares

Kabar gembira! Yayasan Lembaga SABDA baru saja meluncurkan aplikasi Konseling untuk Android.

Tidak dapat dimungkiri bahwa kebutuhan akan konseling makin bertambah seiring dengan bertambah banyaknya masalah dalam kehidupan manusia. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, permasalahan manusia selalu ada sepanjang zaman, bahkan cenderung semakin banyak dan semakin kompleks. Sebagai orang percaya, kita mengerti bahwa solusi permasalahan manusia ada di dalam firman Tuhan. Firman Tuhanlah yang merupakan jawaban atas permasalahan kehidupan manusia, dan konseling alkitabiah membawa manusia yang bergumul dengan masalahnya kepada firman Tuhan.

Dalam konteks kebutuhan konseling, Yayasan Lembaga SABDA mengembangkan aplikasi konseling dengan nama HE Cares (DIA Peduli). Dengan satu praanggapan pemahaman bahwa Allah itu ada: Dia mendengar; Dia berbicara kepada kita melalui firman-Nya; Dia peduli; kami mengumpulkan bahan-bahan alkitabiah seputar masalah konseling di dalam aplikasi HE Cares ini.

Anda bisa mengunduh aplikasi HE Cares melalui tautan berikut ini:

Aplikasi HE Cares »

 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Wanita.
wanita@sabda.org
e-Wanita
@sabdawanita
Redaksi: N. Risanti, Amidya, dan Margaretha I.
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2018 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org